Berbagi Berkah dengan Pengungsi Merapi
Jurnalis : Riani purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas), Fotografer : Yudha Arya Putra (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas)Dengan tersenyum dan hati yang tulus, relawan mengantarkan beras untuk Kakek Cokro yang tidak kuat mengangkat beras sampai ke tempat tinggalnya. |
| |
Pada tanggal 16 dan 17 Agustus 2011, Tzu Chi mengadakan pelatihan pembagian kupon dan beras di Aula STIPER Yogyakarta. Para relawan sangat bersemangat mengikuti pelatihan dan berharap dapat mempraktikkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Tzu Chi dalam pembagian kupon dan beras di lapangan. Pada tanggal 18 Agustus 2011 beras telah tiba di lokasi, hal ini membuat para relawan mulai membagikan kupon. Terdata sebanyak 7.000 kupon yang dibagikan untuk para korban pascaletusan Merapi yang tinggal di shelter-shelter yang dibangun pemerintah untuk tempat tinggal sementara, maupun desa-desa pinggiran di Magelang yang jauh dari kemakmuran. Kegiatan pembagian kupon ini berlangsung dengan teratur dan rapi. Para penerima bantuan dengan sabar melewati berbagai proses survei dan pendataan. Akhirnya pada tanggal 20-22 Agustus 2011, secara terpisah pembagian beras pun dilakukan di Yogyakarta dan Magelang dengan beberapa titik pembagian. Dengan kupon di tangan, para penerima bantuan berbaris dengan teratur. Nenek Endah, misalnya, meskipun harus mengantri selama satu jam tetapi hal itu tidak menurunkan semangatnya. “Selama ini saya hidup berdua dengan suami sebagai petani sayur mayur. Anak saya ada 2, tetapi mereka merantau ke Surabaya dan Jakarta. Mereka sudah berkeluarga semua dan hidup cukup mapan dan berkecukupan, sayangnya mereka tidak ingat pada kami,” ucap Nenek Endah(80), yang tinggal di Desa Pugeran, Magelang.
Keterangan :
Sewaktu Nenek Endah masih muda, ia merupakan bunga desa di desanya. Banyak saudagar dari Yogyakarta maupun Solo yang singgah di desanya untuk membeli sayur mayur. Karena merasa dirinya cantik, Endah pun menjadi tinggi hati. Pemuda desa pun sering ia ejek. Sampai suatu ketika, kecelakaan menimpa Endah dan menyebabkan dirnya kehilangan kaki kanannya. Sejak itu Endah merasa malu dan terus mengurung diri di kamar. Ternyata nasib baik masih berpihak pada dirnya, ada seorang pemuda dari desa tetangga yang masih mau menikahi dirinya. Dari pernikahannya Endah melahirkan dua anak. Mungkin memang anak meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Karena kebutuhan rumah tangga yang semakin banyak dan mahal, dirinya pun sibuk bekerja di ladang bersama suami dan tidak sempat pulang ke rumah ibu maupun mertuanya yang berada di desa tetangga. Anak-anaknya pun tidak dikenalkan kepada mereka. Mungkin inilah yang mereka tiru sekarang. “Tiap kali mudik (Lebaran-red) datang, kami selalu menunggu di balai-balai dengan pakaian terbagus kami yang telah bertahun-tahun kami miliki dan berharap melihat lambaian tangan anak kami dari kejauhan ladang. Mungkin nanti Allah akan menjawab doa-doa yang telah kami panjatkan, bahwa sebelum ajal kami datang, mereka akan datang dan ingat bahwa mereka masih memiliki orangtua di desa ini,” ujar Endah dengan buliran air mata yang mengalir di pipinya.
Keterangan :
Seperti yang dikatakan oleh Master Cheng Yen, “Ada dua hal yang tidak dapat ditunda, yang pertama berbakti kepada orangtua dan yang kedua adalah berbuat kebajikan.” Selagi kita masih muda, ajarkan kepada anak kita untuk berbakti kepada orang tua, bukan hanya dengan perkataan dan perintah, namun juga melalui perbuatan. Berilah contoh bagi anak-anak kita dan sayangilah orang tua kita selagi mereka masih ada. Nenek Endah yang hidup di bawah garis kemiskinan pada masa tuanya hampir tak berdaya bekerja. Bantuan dari Tzu Chi ini secara tidak langsung telah meringankan beban yang harus dipikul oleh Endah. Di bulan Ramadan ini, baik relawan maupun penerima bantuan sama-sama merasakan mendapatkan berkah yang luar biasa. Sebanyak 3.571 keluarga (KK) menerima bantuan beras masing-masing 20 kg untuk membantu kehidupan mereka sehari-hari. Kakek Cokro di Pengungsian Kisah para penerima bantuan dapat menjadi refleksi bagi kita semua. Menyayangi orangtua kita selagi mereka hidup adalah masa terbaik, karena jika mereka sudah tiada, tidak ada lagi yang dapat menerima bakti kita. Jangan sia-siakan setiap detik hidup kita untuk dapat bermanfaat bagi orang lain. |
Artikel Terkait
Memupuk Budi Pekerti Luhur Sejak Dini.
10 Desember 2012 Pendidikan yang diberikan oleh Tzu Chi adalah pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan semata, namun juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan.Kebersamaan di Tengah Hujan
14 April 2015 Cuaca memang tak dapat diprediksi. Tak lama setelah acara berlangsung, awan mendung mulai menghiasi langit yang disusul dengan guyuran hujan deras. Meski harus bersembunyi di bawah payung dan tenda, 80 warga yang hadir dalam acara ini tetap antusias.Penuh Berkah di Jalan Tzu Chi
03 Juni 2015Merapatnya Abun dan Lina dengan kegiatan Tzu Chi ternyata juga menular ke anak-anaknya. Anak pertama mereka, Arya Dharmawira kini juga merupakan anggota Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) dan anak kedua mereka, Cynthia Sabrina menjadi anggota Tzu Shao.