Berbagi dan Bersyukur

Jurnalis : Heni Habba (He Qi Pusat), Fotografer : Ciu Yen, Hioe Hanssen (He Qi Pusat)
 
 

foto
Rasa haru memenuhi perasaan ibu dan anak dalam acara Gathering Gan En Hu dan Anak Asuh yang dilaksanakan pada Minggu, 19 Mei 2013.

Tanggal 19 Mei 2013, hari Minggu, bertempat di ITC Mangga Dua lantai 6, Jakarta Pusat,  relawan Tzu Chi dari He Qi Pusat mengadakan acara Gathering Gan En Hu dan Anak Asuh. Tujuan dari acara ini adalah untuk menjalin rasa kekeluargaan dan silaturahmi antara relawan dan penerima bantuan, karena penerima bantuan sudah seperti keluarga sendiri bagi para relawan. Namun kali ini ada yang lebih istimewa dibandingkan pada bulan sebelumnya, karena bulan Mei adalah bulan penuh berkah dan bakti anak kepada orang tua.

 

Sejak pukul 07.00 WIB relawan sudah mulai berdatangan. Sekitar 55 orang relawan datang  membantu para anak asuh yang berjumlah 41 orang anak, yang terbagi menjadi 2 sesi, di mana ada 22 anak pada sesi pagi dan 19 anak di sesi siang. Peserta yang sudah datang dipersilahkan untuk menunggu di ruangan terpisah. Ini dilakukan agar anak dapat memberikan surprise kepada orangtuanya. Sesaat sebelum acara dimulai, Like Shijie memberikan briefing singkat kepada anak-anak asuh tentang bagaimana posisi memegang kartu ucapan dan juga bunga yang benar untuk kemudian diberikan kepada orangtua dari masing-masing anak.

Alunan lagu Bunda yang sangat menyentuh hati, mengiringi para anak asuh saat memasuki ruangan menghampiri orangtua masing – masing dengan memegang setangkai bunga mawar dan sebuah kartu ucapan karya mereka yang berisikan ungkapan permintaan maaf dan curahan cinta kasih, serta harapan untuk membahagiakan orang tua mereka. Dengan dipandu oleh Erna Shijie, mereka kemudian berlutut didepan orang tua mereka sambil memberikan setangkai bunga mawar dan kartu ucapan tersebut. Lalu memeluk dan mengucapkan ungkapan terima kasih kepada orang tua yang telah bersusah payah membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang walau dalam banyak keterbatasan. Setelah itu mereka membasuh tangan dan kaki serta mencium kaki orang tuanya, lalu memberikan secangkir teh kepada orang tua mereka. Etika seperti ini memang seharusnya menjadi sebuah kebiasaan yang harus dilakukan oleh setiap anak kepada orang tuanya. Namun seiring waktu dan perkembangan jaman, hal ini menjadi terlupakan dan langka didalam masyarakat.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi menampilkan drama untuk menggugah hati anak agar peduli dan mau berbakti kepada kedua orang tuanyal (kiri).
  • Setiap anak memberikan kartu ucapan dan setangkai mawar untuk mama mereka (kanan).

Acara kemudian dilanjutkan dengan pementasan drama “Segelas Susu Hangat” yang diperankan oleh para relawan ini, menceritakan tentang seorang anak yang menunda waktu walaupun hanya sebentar untuk membuatkan segelas susu hangat untuk ibu tercintanya yang sedang sakit, sehingga ia tidak mempunyai kesempatan lagi untuk membuatkan segelas susu. Terlihat peserta maupun relawan yang hadir dan menyaksikan drama ini merasa tersentuh dan menitikkan airmata. Drama ini mengingatkan kita betapa pentingnya untuk berbakti kepada orang tua dan lakukanlah segera, jangan selalu menunda waktu karena waktu sangatlah berharga.  Ini seperti kata perenungan Master Cheng Yen “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dunia ini, Berbakti kepada orangtua dan berbuat kebajikan”, karena orang tua telah bersusah payah membesarkan dan memberikan yang terbaik kepada anak–anak mereka. Saat orang tua kita mulai menua karena faktor usia, untuk itu sepantasnyalah kita sebagai anak harus merawat dan melayani orang tua dengan berbakti, patuh dan bersikap sopan santun. Itulah sifat dasar seorang anak manusia.

Setiap peserta yang memberikan sharing setelah pementasan drama, mereka merasa menyesal karena sering mengulangi kesalahan yang sama, dan merasa sedih karena adakalanya lupa berbakti kepada orang tuanya. “Dari saya kecil sampai umur 40 tahun ini, saya belum pernah mencuci kaki orangtua saya. Saya sangat terharu waktu Suryani mencuci tangan dan kaki saya. Meski ia bukan anak kandung tapi anak angkat yang memang sudah sejak umur 3 tahun saya asuh dan sudah saya anggap seperti anak kandung saya sendiri, dia mau cuci kaki saya.” ungkap Ibu Cicih yang sejak awal sampai akhir acara terlihat menangis haru, dan ia juga  tanpa henti selalu merasa bersyukur telah mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah mengubah pandangan hidupnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Anak-anak pun diberi kesempatan untuk membasuk dan mencuci kaki mama mereka sebagai salah satu wujud bakti mereka (kiri).
  • Seorang ibu tidak sanggup menahan air mata saat diminta sharing oleh relawan tentang perasaannya mengikuti kegiatan ini (kanan).

Membalas Budi Mama
Di antara para peserta tampak ada seseorang yang sudah saya kenal, ia adalah Yuliarti Shijie  seorang Gan En Hu yang akhirnya menjadi relawan. Jalinan jodoh Yuli Shijie berawal di tahun 2008 saat Yayasan Buddha Tzu Chi melakukan bedah kampung di Pademangan, Jakarta Pusat. Suatu ketika ia bertemu dengan Yopie Shixiong yang kemudian mengajaknya untuk turut serta bersumbangsih dalam masyarakat dengan menjadi relawan. Maka ia pun langsung memutuskan bergabung dalam barisan Tzu Chi, bersama-sama dengan relawan lainnya dalam memberikan kebahagiaan yang lebih luas lagi. Kartika (16) adalah anak dari Yuli Shijie dan juga merupakan anak asuh Tzu Chi. Saya pun bertanya apa yang ia rasakan saat mencuci tangan dan kaki orang tua dan juga melihat drama tadi, “Saya baru kali ini mencuci tangan dan kaki Mama, waktu melakukannya hati saya merasa sangat bahagia sekali. Saya juga akan lebih berbakti pada orang tua dengan belajar lebih rajin lagi dan juga membantu di rumah,” Kartika menjawab sambil tersenyum dan menatap Mamanya dengan tatapan sayang.

Kegiatan ini telah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melakukan bakti kecil terhadap orangtua, dan mengingatkan betapa berharga dan mulianya orang tua mereka, memberikan kesempatan untuk saling mengungkapkan perasaan kasih mereka secara teori dan praktik. Ini Membuat hubungan orang tua dan anak menjadi semakin baik dan saling memeluk dalam suasana haru yang menggembirakan. Dengan saling memahami dan memaafkan akan membuat hubungan orang tua dan anak menjadi semakin lebih baik. Hal ini membuktikan bahwa sifat alami setiap manusia pada dasarnya adalah baik, seperti seorang bayi yang baru lahir, putih polos tanpa kebencian.

Wajah setiap peserta yang meninggalkan ruangan setelah acara ini selesai diliputi perasaan bahagia dan penuh semangat. Begitu juga dengan setiap relawan, terpancar senyum bahagia dan sukacita dalam memberikan bantuan dan pelayanan. Kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan tidaklah dapat dibeli oleh materi. Hanya dengan hati penuh syukur dan tidak banyak menuntut maka kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan akan menjadi lebih terasa di dalam batin.

  
 

Artikel Terkait

Menaati Sila dan Melakukan Pelatihan Diri

Menaati Sila dan Melakukan Pelatihan Diri

05 November 2014 Insan Tzu Chi kita harus memiliki semangat Bodhisatwa yaitu memiliki hati Buddha, hati yang tercerahkan dan tekad guru yang ingin menolong semua makhluk yaitu jalan Bodhisatwa di dunia. Dalam segmen “Semangat Bodhisatwa”, Kiho Shixiong mengatakan bahwa, “kita bisa belajar dari semangat Buddha Sakyamuni yang penuh welas asih dan kebijaksanaan.
Kelas Anak Asuh Teratai : Teratai Got Talent

Kelas Anak Asuh Teratai : Teratai Got Talent

05 Juli 2023

Relawan Tzu Chi  (komunitas He Qi Pusat) dari kelas anak asuh teratai mengadakan kegiatan Teratai Got Talent (pencarian bakat) yang diikuti oleh 72 orang anak asuh. Kegiatan ini sebagai wadah dan membangkitkan bakat di dalam diri anak-anak.

Bakti Sosial Donor Darah Perdana di Kota Dumai

Bakti Sosial Donor Darah Perdana di Kota Dumai

03 Juni 2022

Untuk pertama kalinya, Tzu Chi Pekanbaru menggelar kegiatan bakti sosial donor darah di Kota Dumai, Riau. Dalam kegiatan ini berhasil terkumpul 66 kantong darah.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -