Berbagi dengan Ketulusan

Jurnalis : Ivana, Fotografer : Feranika Husodo, Henry Tando (He Qi Utara)
 
 

foto Para relawan Tzu Chi sungguh gembira menerima berkah berupa kunjungan dan sharing pengalaman dari relawan Tzu Chi Taiwan dan Singapura.

Kita semua bertemu bersama di Tzu Chi
Jalinan karma selama ratusan ribu tahun terakumulasi
Jodoh dengan Tzu Chi harus dihargai
Dalam setiap kelahiran mengabdi dalam Tzu Chi

Tzu Chi dalam syair singkat di atas dapat berarti organisasi tempat para relawannya bernaung. Namun, kata “Tzu Chi” sendiri sesungguhnya berarti membantu sesama dari penderitaan dengan penuh welas asih.

Bersatu Hati
Ruang Serbaguna RSKB Cinta Kasih ramai sebagaimana bila sedang ada acara yang digelar di sana. Pada tanggal 19 Februari 2011 ini, sekitar 180 relawan Tzu Chi Indonesia menerima berkah bersama, berupa sharing pemikiran dan pengalaman dari 7 orang relawan Tzu Chi dari Taiwan, dan 1 relawan dari Tzu Chi Singapura. Acara ini dikemas dalam bentuk pelatihan bagi para relawan komite, calon komite, dan fungsional komunitas He Qi.

Bersatu hati, salah satu tema materi ini disampaikan oleh Huang Qiu Lan Shixiong. Ia membagikan pandangan Master Cheng Yen bahwa, “Bersatu hati berarti menyatukan hati kita sendiri dengan orang lain, dan bukan sebaliknya meminta orang lain yang menyesuaikan dengan kita.” Sebagai organisasi yang mewadahi relawan yang sangat beragam, kesatuan hati menjadi sangat penting. Belakangan Huang Qiu Lan Shixiong menambahkan, “Visi yang hendak diwujudkan Tzu Chi sangat besar, membutuhkan uluran tangan dari banyak orang untuk mewujudkannya. Bila tanpa adanya kesatuan antara para relawan, tidak mungkin bisa berhasil.”

Materi yang disampaikan dengan penuh kerendahan hati oleh Huang Shixiong ini mendapat perhatian penuh dari para relawan Tzu Chi Indonesia yang bertanggung jawab dalam struktur fungsional relawan komunitas 4 in 1 tersebut.  Kedatangan tim “besar” dari Taiwan dan Singapura yang berjumlah 8 orang tersebut salah satunya didorong oleh harapan besar Tzu Chi Indonesia untuk memenuhi ikrarnya menggalang 200.000 anggota donatur sebagai usaha membangkitkan para Bodhisatwa dunia.

Zen Mei Yi Shijie menguatkan materi yang disampaikan oleh Huang Shixiong dengan membagikan banyak sekali kisah tentang penggalangan hati. Ia mengatakan, “Bila hendak menggalang hati orang lain pertama-tama harus menggalang hati sendiri lebih dulu. ” Makna menggalang hati dalam Tzu Chi yang paling sederhana memang dimulai dari memberikan sumbangan dana, yang berarti seseorang telah membangkitkan cinta kasih dan kepedulian untuk meringankan penderitaan sesama. Setelah itu dilanjutkan dengan memberi sumbangan tenaga, pemikiran, dan waktu dengan bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Huang Qiu Lan Shixiong mengisi sesi pertama pelatihan yang menyampaikan tentang pentingnya kesatuan hati antar relawan serta tujuan dari mengemban tanggung jawab di Tzu Chi. (kiri)
  • Para pemateri yang terdiri dari 7 relawan Tzu Chi Taiwan dan 1 orang relawan Tzu Chi Singapura dengan serius dan sungguh-sungguh mempersiapkan materi yang akan disampaikan. (kanan)

“Dengan berbicara pada setiap orang tentang Tzu Chi, maka kita dengan mudah dapat menggalang hati,” kata Zen Mei Yi. Ia mencontohkan pengalamannya sendiri yang memulai dengan mengajak suami dan kakak-kakaknya menjadi donatur bahkan relawan komite Tzu Chi. Kemudian ia juga memotivasi anak-anaknya untuk bergabung. Seorang anak laki-lakinya bahkan sangat meresapi jiwa dan semangat Tzu Chi. Ketika anak laki-lakinya akan melanjutkan kuliah ke Jerman dan berpamitan dengan Master Cheng Yen, Master berkata, “Mengapa harus melanjutkan sekolah di tempat yang begitu jauh?” Anak laki-lakinya justru menjawab dengan ikrar akan menyebarkan semangat Tzu Chi di manapun ia berada. Ikrar tersebut dipenuhi dengan baik oleh anak laki-lakinya yang mengadakan sosialisasi dan menggalang relawan Tzu Chi di Jerman.

Menggenggam Jodoh dengan Tzu Chi
Dalam tingkatan kerelawanan di Tzu Chi, komite berarti para relawan yang berkomitmen untuk menempatkan Master Cheng Yen sebagai guru dan bertekad akan mengikuti jejak langkah beliau. Proses pelatihan untuk menjadi relawan komite salah satunya dengan mengemban tanggung jawab dalam struktur fungsional Tzu Chi. Begitupun setelah menjadi relawan komite, mengemban tanggung jawab adalah bagian yang tak terelakkan.

Mei Zi Shijie menjelaskan, “Kesediaan bertanggung jawab adalah benih bagi tumbuhnya kebijaksanaan.” Sebab menurutnya dengan memiliki tanggung jawab, kita akan mencoba untuk lebih membuka hati. Dalam ulasan serta cuplikan video yang ditayangkan olehnya, Mei Zi Shijie mengingatkan bahwa kesempatan untuk dapat berkumpul dalam organisasi kemanusiaan yang berlandaskan welas asih dan memberi lingkungan yang baik bagi para relawan menyucikan hati mereka adalah sangat berharga. Karenanya jalinan jodoh ini harus digenggam baik dengan mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen sebaik mungkin.

Penjelasan dari Mei Zi Shijie ini ternyata mendorong Hanny Pangestu Shijie (52 tahun) untuk lebih giat dalam kegiatan Tzu Chi. “Saya merasa memang benar kita tak memiliki banyak waktu lagi, apalagi dengan melihat kondisi dunia yang semakin sering terjadi bencana,” katanya. Begitu pula yang dirasakan oleh Chaidir Shixiong yang secara khusus datang dari Padang. Ia mengungkapkan, “Saya berpikir untuk memulai dari menyucikan hati saya sendiri lebih dulu.” Selain dari kantor penghubung Padang, relawan dari kantor penghubung Pekanbaru, Batam, dan Surabaya juga hadir.

foto  foto

Keterangan :

  • Kesungguhan juga tampak dari para peserta yang merupakan relawan fungsional Tzu Chi Indonesia yang mengembang tanggung jawab di masing-masing komunitas relawan. (kiri)
  • Khe Guo Shou Shixiong dan Li Ding E Shijie bercerita dengan menarik bagaimana mereka menemukan kembali kebahagiaan rumah tangga di dalam lingkungan besar Tzu Chi. (kanan)

Sejak tahun 2009, Tzu Chi Indonesia tengah menyiapkan rumah barunya, yaitu Jing Si Tang di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Bangunan yang dibangun di atas lahan seluas 5 hektar ini diharap-harapkan sebagai pusat kegiatan dan berkembangnya Tzu Chi Indonesia. Sarana dan prasarana yang telah disiapkan ini tengah menanti sentuhan dari lebih banyak lagi relawan Tzu Chi untuk memanfaatkannya. Luo Mei Zhu Shijie dari San Cong, Taiwan membagikan pengalaman berharganya tentang proses pembangunan hingga penggunaan Jing Si Tang di San Cong. Sharingnya yang diwarnai lelucon ringan sangat menghidupkan suasana. Luo Mei Zhu Shijie berharap Jing Si Tang Pantai Indah Kapuk nantinya dapat benar-benar menjadi rumah bagi semua relawan Tzu Chi Indonesia.

Tersentuh Ketulusan
Tak terukur kemurahan hati para relawan Tzu Chi dari Taiwan yang sangat semangat dalam membagikan pengalaman mereka. Masih ada Wang Yu Ru Shijie yang memutarkan banyak cuplikan video tentang ikrar luhur yang perlu dimiliki seseorang agar memperoleh kekuatan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik. Salah satu videonya cukup menginspirasi dengan mengisahkan perubahan diri seorang peternak babi yang suatu kali tersadar bahwa usahanya menimbulkan penderitaan bagi makhluk hidup lain. Dan sharing terakhir disampaikan oleh pasangan suami-istri Khe Guo Shou dan Li Ding E yang kisahnya belum lama diangkat menjadi drama oleh Da Ai TV Taiwan. Sharing ini menyampaikan pesan tentang perlunya pertobatan bagi seseorang untuk mengubah dirinya.

Suasana tenang yang terpelihara selama sepanjang hari Sabtu itu, seperti memberi ruang bagi para relawan pesertanya untuk merenungi dan menyegarkan semangat mengemban misi Tzu Chi dalam hati mereka. Ketulusan hati para relawan Tzu Chi Taiwan dan Singapur menyentuh para relawan Indonesia. Linda Budiman Shijie bahkan mengatakan bahwa ia bermaksud untuk hadir kembali dalam pelatihan yang sama yang diadakan esok harinya tanggal 20 Februari 2011 di tempat yang sama. “Para shixiong shijie ini sudah bersedia datang jauh-jauh dari Taiwan, bahkan dengan biaya sendiri. Maka saya harus baik-baik memanfaatkan kesempatan ini,” katanya.
  
 

Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun : Asal usul Pemberkahan Akhir Tahun

Pemberkahan Akhir Tahun : Asal usul Pemberkahan Akhir Tahun

12 Januari 2014 Setiap tahunnya, seluruh insan Tzu Chi selalu bersama-sama mengadakan sebuah kegiatan besar yang biasa disebut dengan pemberkahan akhir tahun. Penyelenggaraan pemberkahan akhir tahun jatuh pada akhir tahun penanggalan Imlek setiap tahunnya.
Baksos Palembang:  “Mencuci Kaki Mama”

Baksos Palembang: “Mencuci Kaki Mama”

02 Mei 2011
Diana tidak merasa bagian mencuci kaki ini sebagai tugas dan beban. ”Kita melayani mereka yang kurang mampu, kita berikan pelayanan yang baik sekaligus kita juga melatih diri kita sendiri,” ungkap Diana. Ia pun mengenang masa lalunya yang hanya mendapat kesempatan sekali saja dalam seumur hidupnya mencuci kaki ibunya.
Merayakan 9 Tahun Tzu Ching UNPRI Menebarkan Kebaikan, Membina Hati dan Pikiran Generasi Muda

Merayakan 9 Tahun Tzu Ching UNPRI Menebarkan Kebaikan, Membina Hati dan Pikiran Generasi Muda

07 Mei 2024

Relawan Muda Mudi Tzu Chi Universitas Prima Indonesia (UNPRI) merayakan ulang tahun Tzu Ching UNPRI ke-9. Acara ini juga dilanjutkan dengan acara sosialisasi relawan baru yang akan mengikuti jejak Dharma melalui Tzu Ching Medan.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -