Seluruh Gan En Hu yang hadir di Kantor Tzu Chi Tangerang menyaksikan video edukasi mengenai pelestarian lingkungan dan bahaya dari kebiasaan mengonsumsi minuman instan dalam jangka panjang.
Pada Sabtu, 7 September 2024, Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang kembali menunjukkan kepedulian mereka melalui kegiatan pemberian bantuan rutin kepada Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi). Dalam kegiatan ini, juga diadakan seminar inspiratif dan permainan edukatif bagi Anak Asuh Teratai. Dengan semangat kebersamaan, sebanyak 20 relawan menyambut kedatangan para Gan En Hu beserta Anak Asuh Teratai di Kantor Tzu Chi Tangerang.
Suasana penuh rasa syukur menyelimuti lantai dasar Kantor Tzu Chi Tangerang saat 50 Gan En Hu berkumpul sekaligus menunggu penyerahan bantuan bulanan dari Tzu Chi. Kegiatan kali ini dibuka dengan tayangan video edukasi yang mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan dan bahaya dari kebiasaan konsumsi minuman instan dalam jangka panjang.
Selanjutnya, relawan dengan cekatan juga memanggil satu per satu Gan En Hu untuk menerima bantuan sesuai kategorinya seperti bantuan biaya hidup, pengobatan, transportasi, pendidikan, hingga kebutuhan bayi. Semua bantuan ini diberikan setelah para Gan En Hu disurvei serta memenuhi semua persyaratan pengajuan bantuan yang selalu di update perkembangannya oleh tim relawan setiap bulannya.
Relawan mendengarkan cerita dan keluh kesah Gan En Hu seputar kebutuhan hidupnya.
Salah satu nilai yang dipegang Tzu Chi adalah semua orang dapat berbuat kebajikan, terlepas dari keterbatasan atau latar belakangnya. Hal ini dicerminkan pada kegiatan kali ini, dimana tampak beberapa Gan En Hu ikut bersumbangsih lewat celengan bambu mereka. Tidak hanya itu, ada pula beberapa Gan En Hu yang turut menyumbangkan beras yang dimilikinya untuk ikut membantu yang membutuhkan.
Adi (40), salah satu Gan En Hu yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online memiliki riwayat penyakit tumor neurofibroma sejak lahir dan tumor tersebut semakin membesar di bagian punggungnya. Pada 2023, ia menjalani operasi pertama di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tetapi, pascaoperasi ia terkena infeksi sehingga perlu menjalani operasi kedua sesuai arahan dokter.
Dengan kondisi kesehatannya saat ini, Adi pun tidak dapat bekerja seperti biasanya. Tidak hanya itu, ia juga harus menghidupi seorang istri beserta dua anaknya di rumah. Dikarenakan tidak dapat membayar kontrakan, Adi dan keluarganya terpaksa harus angkat kaki dari kontrakan tempat tinggalnya.
Suatu hari saat Adi menjelajah internet, ia menemukan informasi program bantuan Tzu Chi. Dari sini, Adi pun mengajukan permohonan bantuan ke Tzu Chi. Setelah berkas diterima, relawan kemudian melakukan survei dan permohonan bantuan pun diterima. Adi merasa sangat terbantu dan berterima kasih atas bantuan biaya hidup dan kontrakan yang diberikan Tzu Chi.
Menonton Mini Drama Anak Asuh Teratai
Pada waktu yang bersamaan, sebanyak 11 Anak Asuh Teratai
He Qi Tangerang yang duduk di bangku SD, berkumpul di lantai dua untuk mengikuti kegiatan permainan. Kegiatan diawali dengan menonton dua video kartun dengan cerita moral di dalamnya. Setelah menonton, mereka diminta untuk berbagi dan menyimpulkan isi dari video tersebut.
Anak Asuh Teratai He Qi Tangerang kelas kecil menonton video kartun yang berisi tentang pesan-pesan moral.
Selanjutnya, para Anak Asuh Teratai dibentuk ke dalam dua kelompok kecil. Setiap kelompok diminta untuk membuat sebuah mini drama yang bertemakan “Kebajikan dan Keburukan yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan terhadap Teman”. Di sini, para Anak Asuh Teratai diuji kreativitas dan kerja samanya dalam menyusun dan mempersiapkan penampilan mini drama mereka.
Setelah sesi diskusi dan latihan, satu per satu kelompok maju untuk menampilkan mini drama yang disusun. Ketika menyaksikan penampilan setiap kelompok, tampak senyuman dan kebahagiaan di wajah para Anak Asuh Teratai. Para relawan juga tidak menyangka penampilan yang diberikan sangat baik terlepas dari keterbatasan waktu yang ada untuk persiapan.
Setelah pentas, seluruh kelompok mendapat tepuk tangan dan pujian dari relawan. Tidak hanya itu, mereka juga mendapat hadiah spesial yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan ini diakhiri dengan menyanyikan lagu “Kita Satu Keluarga”, sebuah lagu yang menggambarkan rasa kebersamaan dan persaudaraan dalam sebuah keluarga.
Seminar Anak Asuh Teratai
Berbeda dengan kelas kecil, sebanyak 27 Anak Asuh Teratai yang duduk di bangku SMP-SMA berkumpul di lantai empat untuk mengikuti kegiatan seminar. Pada seminar kali ini, He Qi Tangerang mengundang tamu eksternal, Christian Bachtiar, untuk membawakan tema “Turning Adversity to Opportunity (Mengubah Keterbatasan Menjadi Peluang)”. Tema ini dipilih oleh para relawan untuk menyadarkan akan peluang yang dimiliki sekaligus memberikan semangat bagi seluruh Anak Asuh Teratai.
Relawan He Qi Tangerang juga mendampingi Anak Asuh Teratai yang sedang berlatih untuk pementasan mini drama.
Christian Bachtiar mengawali seminar dengan menceritakan latar belakang dirinya yang hampir sama seperti para Anak Asuh Teratai lainnya, yakni memiliki keterbatasan akan akses terhadap pendidikan. Ketika duduk di bangku SMA, ia hampir putus asa untuk melanjutkan studi perkuliahan dikarenakan adanya keterbatasan biaya. Pada kala itu, kondisi ekonomi keluarganya kurang baik sehingga ia merasa kuliah bukanlah suatu opsi baginya.
Suatu hari, Christian mendengar adanya peluang untuk kuliah dengan dibiayai penuh oleh salah satu perguruan tinggi agama Buddha. Dari sana ia pun mulai mencari-cari informasi seputar beasiswa dan memberanikan dirinya untuk mencoba. Selang beberapa hari, ia mendapat kabar bahwa ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh di perguruan tinggi tersebut.
Sambil berkuliah, Christian pun mengeksplor potensi yang dimilikinya secara penuh, salah satunya dengan menjadi asisten dosen di kampusnya. Setelah lulus, ia mulai mengambil profesi sebagai guru bahasa Inggris hingga sekarang sukses menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan pada salah satu sekolah swasta.
Christian Bachtiar yang menjadi pembicara seminar menjelaskan latar belakangnya dulu yang mirip seperti kondisi para Anak Asuh Teratai saat ini.
Dari sini, ia belajar bahwa memiliki keterbatasan bukan berarti hidup kita pasti akan gagal. “Namun lebih bagaimana kita mengatasi keterbatasan tersebut dengan mencari peluang-peluang lainnya yang ada di sekitar kita, ungkap Christian kepada para Anak Asuh Teratai. Christian juga menekankan bahwa banyak orang sukses yang memulai dari nol, tanpa sumber daya atau keistimewaan. Namun dengan tekad yang kuat dan kemauan keras, mereka mampu meraih impian dan kesuksesan.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab, diikuti dengan penyerahan simbolis berupa salah satu buku yang ditulis Master Cheng Yen. Kegiatan seminar diakhiri dengan sosialisasi Tzu Ching. Menurut para relawan, Tzu Ching merupakan salah satu wadah yang tepat bagi para Anak Asuh Teratai untuk mengembangkan potensi dirinya secara lebih jauh.
Melalui kegiatan ini, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang tidak hanya memberikan bantuan material, tetapi juga membekali Gan En Hu dan Anak Asuh Teratai dengan semangat dan harapan baru. Setiap orang, baik penerima bantuan maupun relawan, pulang dengan hati yang lebih ringan, membawa pelajaran penting bahwa dalam kebersamaan, selalu ada kekuatan untuk bangkit dan berbagi.
Editor: Arimami Suryo A.