Berbagi Hati, Berbagi Rasa

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Juliana Lie (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoMenonton ceramah Master Cheng Yen dan saling berbagi rasa setelahnya, memberi kesempatan pada para relawan Medan untuk semakin memahami makna kehidupan. Zusin Shixiong misalnya yang menceritakan perubahan dirinya setelah bergabung dengan Tzu Chi.

Hari Minggu, mungkin bagi sebagian orang adalah hari untuk beristirahat setelah bekerja selama 5 atau 6 hari lamanya. Ada yang menghabiskan hari Minggunya dengan bersantai di rumah, ada pula yang bertamasya atau mungkin berbelanja di mall-mall hanya untuk menghabiskan waktu. Tetapi tidak demikian dengan para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Medan wilayah Xie Li 4. Pada tanggal 7 Maret 2010, hari Minggu, jam 8.30 pagi, mereka telah berseragam lengkap dan rapi berkumpul di Kantor Tzu Chi Perwakilan Medan. Tujuan kedatangan mereka semua adalah untuk mengikuti Sharing Session.

Ladang Pelatihan Spiritual
Sebanyak 40 relawan memasuki ruangan dengan tertib. Acara pun dimulai dengan pemberian hormat kepada Master Cheng Yen serta dilanjutkan dengan menyanyikan Mars Tzu Chi. Kemudian, Leo, pembawa acara menjelaskan, “Tujuan diadakan acara Sharing Session ini adalah setelah kita sama-sama menyaksikan ceramah dari Master Cheng Yen, kita bisa sharing bersama dan saling bertukar pikiran tentang Tzu Chi.”

Pemutaran video ceramah Master Cheng Yen yang pertama berjudul “Ladang Pelatihan Spiritual”. Dalam ceramah tersebut, Master mengangkat kisah tentang kehidupan Bapak Hu (76 tahun). Bapak Hu mempunyai 5 anak, yaitu 4 perempuan dan 1 laki-laki. Semua anak perempuannya telah menikah dan tidak tinggal di rumahnya lagi, tetapi anak laki-lakinya yang sudah berumur 53 tahun masih saja hidup bersamanya dan istrinya. Rupanya anak laki-lakinya ini semenjak lahir mengalami keterbelakangan mental, sehingga tidak bisa mandiri. Ditambah lagi anaknya ini mengidap penyakit kencing manis sehingga salah satu kakinya harus diamputasi.

foto  foto

Ket : - Seusai menonton video ceramah Master Cheng Yen, Betty Shijie memberikan pandangannya. "Hidup              dengan menerima apa yang ada dengan gembira barulah penuh makna," menurutnya. (kiri)
         - Salah seorang relawan, Dewi bertekad untuk bergabung dengan Tzu Chi dan berharap Tzu Chi bisa             terus berkembang dan menyebarkan cinta kasih. (kanan)

Bapak Hu selalu membantu anaknya untuk mandi dengan menggendongnya ke kamar mandi. Ia dan istrinya juga senantiasa menyiapkan makanan bagi anak laki-laki satu-satunya ini. Sewaktu ditanya apakah ia pernah menyalahkan takdir? Dengan lantang bapak ini menjawab, “Ini adalah hutang masa lalu yang saya harus bayar ke anak saya. Dihitung-hitung, ini adalah berkah buatnya.” Bapak Hu juga mengatakan, “Dengan hati yang penuh kebahagiaan mengikis karma buruk dan dengan hati yang penuh syukur menciptakan berkah.”

Master Cheng Yen memuji kebijaksanaan Bapak Hu dan berkata bahwa dengan berjalannya waktu, sebenarnya kita juga mengumpulkan karma buruk sehingga kita hendaknya bertekad untuk melenyapkan 3 rintangan atau 3 akar kejahatan, yakni : Lobha (keserakahan), Dosa (kebencian), dan Moha (kekotoran batin). Master Cheng Yen mengatakan bahwa dalam kehidupannya, Bapak Hu mengurus 3 ladang, yakni ladang kebajikan untuk anaknya, ladangnya sendiri karena beliau ada petani, dan ladang kebajikan di posko daur ulang di Tzu Chi. Master juga menambahkan bahwa Bapak Hu adalah orang yang sangat bijak, yang selalu bisa bersyukur dan menciptakan berkah.

Setelah menonton video ceramah Master Cheng Yen yang pertama, Leo mencoba menyarikan pesan dari Master dan kemudian mengajak relawan untuk membagi perasaan mereka. Betty Shijie langsung memberi pandangannya, “Kehidupan ini pahit atau tidak, tergantung dari bagaimana kita menjalankannya. Kalau kita kaya, tetapi senantiasa mempunyai keinginan yang tidak terbatas, itu adalah sebuah penderitaan. Tetapi kalau kita bisa menerima segala sesuatu apa adanya, itu baru namanya kehidupan yang indah.” Salah satu relawan lainnya, Suriati shijie juga memberi komentar, “Ini adalah buah karma kita sendiri, hendaklah kita bisa menerima apa yang sudah menjadi buah karma kita.”

foto  

Ket : - Sylvia Shijie sangat tersentuh karena salah satu video ceramah yang diputar hari itu, adalah ceramah             yang didengarnya sewaktu menjalani pelatihan untuk menjadi komite. Ia menjadi relawan juga sebagai             salah satu wujud bakti pada orangtua.           

Hilangkan Kerisauan dan Kemelekatan
Untuk ceramah Master Cheng Yen yang kedua, para relawan menyaksikan gambaran apa yang terdapat di dunia relawan Tzu Chi. Judul dari ceramah tersebut “Saling Bertautan Hati dalam Jalinan Dharma”. Dalam ceramahnya ini, Master memuji semua relawan Tzu Chi dan para dokter Tzu Chi yang tanpa kenal lelah dan sepenuh hati bekerja di Tzu Chi. Master mengatakan bahwa selama ada dalam dunia Tzu Chi, perlakuannya terhadap relawan maupun semua muridnya adalah sama, yakni dengan penuh disiplin. Dengan tegas Master mengatakan bahwa kalau bukan di Tzu Chi, di mana lagi kita hendak mengasah kehidupan kita, karena pada dasarnya kita sudah kehabisan waktu untuk mengasah diri.

Master Cheng Yen mengatakan dalam menjalankan kegiatan Tzu Chi, kadang kala para relawan bisa berbenturan demi tercapainya sebuah misi yang sempurna sehingga muncul perselisihan. Hal ini sebenarnya membuat hati Master sedih. Dalam tayangan tersebut, Master juga mengatakan bagaimana insan Tzu Chi mampu bisa merangkul segenap alam semesta, jika diantara mereka sendiri tidak saling bertenggang rasa dan berpengertian. “Kosongkanlah kerisauan hati, kosongkanlah kemelekatan hati, baru kita bisa merangkul segenap alam semesta,” kata Master Cheng Yen.

Banyak relawan yang terharu menyaksikan ceramah Master tersebut, salah satunya adalah Sylvia Shijie, salah satu komite. Sylvia bercerita bahwa itu adalah ceramah Master yang disampaikan saat ia dalam proses pelatihan untuk dilantik menjadi komite. Sylvia juga bercerita tentang bagaimana dirinya bisa bergabung di Tzu Chi yakni karena ajakan dari ibunya yang lebih dulu bergabung dan sebagai wujud membalas bakti kepada orangtuanya. Relawan lain yang juga sharing dalam kesempatan ini adalah Zusin shixiong. Zusin bercerita bahwa dirinya bisa bergabung di Tzu Chi karena ajakan dari temannya, Steel Edwin yang bertanggung jawab di bagian logistik. Zusin yang sudah bergabung dengan Tzu Chi selama setahun lebih ini berbagi tentang perubahan pada dirinya. “Sebenarnya saya adalah orang yang sangat keras kepada dan memiliki hubungan yang kurang baik dengan Papa saya. Tetapi dengan menjadi relawan Tzu Chi, pelan-pelan perubahan ke arah yang lebih baik terjadi pada saya. Saya sudah bisa membina hubungan yang baik dengan Papa saya,” ujar Zusin dengan mata yang berkaca-kaca. Relawan lainnya yang ikut sharing  adalah Dewi yang mengenal Tzu Chi melalui DAAI TV Medan. Sejak itu ia bertekad untuk bergabung dengan Tzu Chi dan berharap Tzu Chi bisa terus maju dan terus menyebarkan cinta kasihnya di dunia.

Tanpa terasa acara Sharing Session pun selesai, dan ditutup dengan doa bersama, penuh ketulusan memanjatkan 3 ikrar, yakni : Semoga dunia dijauhkan dari perang dan dendam sehingga bebas dari penderitaan, Semoga masyarakat damai dan tentram tanpa perseteruan, dan Semoga hati manusia bisa suci bagaikan pagi hari yang bersih.

  
 
 

Artikel Terkait

“Berdoa Saja, Tidak Mau Bersedih”

“Berdoa Saja, Tidak Mau Bersedih”

28 Januari 2014 Di hari itu relawan kembali mengadakan program “cash for work” untuk kedua kali. Warga diajak untuk bersama-sama membersihkan lingkungannya, dan setelah itu mereka akan mendapatkan bantuan berupa uang dan paket bantuan.
Menjadi Mata Air yang Menjernihkan Hati Manusia

Menjadi Mata Air yang Menjernihkan Hati Manusia

16 Maret 2015

Sedikitnya 500 hadirin yang terdiri dari donatur dan pemirsa DAAI TV mengikuti acara ini. Memang, menurut Linawaty, koordinator acara, Malam Keakraban DAAI TV ini ditujukan untuk menjalin silaturahmi para donatur, dan pemirsa DAAI TV.

Supaya Mangrove Terus Lestari

Supaya Mangrove Terus Lestari

25 November 2023

Pantai mangrove Tanjung Pasir sejak pagi (25/11) sudah ramai. Ratusan personil Polairud bahu-membahu menanam 2.000 bibit pohon mangrove. Hadir juga para relawan Tzu Chi. Tzu Chi Indonesia juga memberikan 1.000 paket sembako untuk warga kurang mampu di dua desa sekitar pantai mangrove.

Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -