Berbagi Ilmu dan Pengetahuan

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

fotoSophia Feng, Dosen Universitas Chiayi Taiwan tengah memberikan materi tentang cara pembuatan masakan Sup Asam Pedas yang baik untuk kesehatan kepada para siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

“Bagaimana rasanya?” tanya Sophia Feng, dosen Universitas Chiayi Taiwan kepada 30 murid SMK Cinta Kasih Tzu Chi. Diterjemahkan oleh Selvi, guru Sekolah Cinta Kasih, para murid yang ditanya saling melempar pandang dan senyum satu sama lain. “Enak, cuma rasanya terlalu asam,” jawab mereka. Setelah diberi penjelasan oleh Selvi, Sophia pun tersenyum, ia meminta maaf kepada para siswa SMK Cinta Kasih karena membuat mereka merasakan makanan yang belum terbiasa mereka konsumsi sehari-hari.

Sophia pun menceritakan pengalamannya, “Sewaktu saya pertama kali ke Indonesia dan mencoba makan gado-gado, waktu itu rasanya terlalu manis sekali. Tapi, setelah 3 kali datang ke Indonesia dan makan gado-gado lagi, ternyata sekarang rasanya lebih enak. Jadi, saya berharap kalian bisa menikmati masakan Taiwan di kemudian hari.” Sophia yang merupakan pengajar di Fakultas Teknologi Pangan Universitas Chiayi ini juga menerangkan bahwa masakan yang mereka buat memang rasanya tidak terlalu “medok” seperti mayoritas masakan Indonesia. “Karena memang untuk kesehatan kita semua, kita kurangi konsumsi garam dan minyak goreng,” tandasnya.

Mengenal Satu Sama Lain
Sabtu, 24 Juli 2010, sebanyak 12 mahasiswa Univesitas Chiayi Taiwan dan 2 dosen pembimbing mengunjungi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat. Ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan mereka ke Indonesia dalam rangka memberikan pengajaran sekaligus menjadi relawan di Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman dan juga Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Kunjungan yang dimulai sejak tanggal 16-26 Juli 2010 ini berisikan materi tentang cara bercocok tanam, pengolahan makanan, bernyanyi, dan melukis.

Kunjungan di pesantren yang dimulai sejak 17-22 Juli ini berisikan 4 materi tersebut, sementara untuk di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, materi tentang cara bercocok tanam ditiadakan. Ini merupakan kali ketiga pihak Universitas Chiayi mengunjungi para murid Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Siang itu, para mahasiswa dari jurusan Teknologi Pangan memberikan materi cara membuat makanan Sup Asam Pedas dan La Mian (mi) kepada para murid SMK Cinta Kasih. Minat anak-anak untuk belajar memang cukup tinggi, ini terlihat di saat praktik. Mereka dengan sungguh-sungguh melakukan instruksi dari para pembimbingnya. Dengan menggunakan bahan-bahan vegetarian, seperti jamur, wortel, cabai, jamur enoki, dan kubis, anak-anak pun mencoba membuat masakan yang sehat dan bergizi tinggi ini.

              foto  foto

Ket : - Dengan bahan-bahan alami, sehat, dan mudah didapat, para siswa SMK Cinta Kasih ini mempraktikkan             cara pembuatan masakan dengan dibimbing para kakak dari Universitas Chiayi. (kiri)
         - Selain menambah pengetahuan, kegiatan ini juga dapat menambah wawasan bagi para siswa SMK             Cinta Kasih dan juga mahasiswi dari Taiwan. (kanan)

“Rasanya asin, asem, dan pedas juga,” kata Dian Nurdianti, siswi kelas 1 SMK Cinta Kasih seusai mencicipi hasil masakan kelompoknya. Dian sengaja mengikuti kelas memasak ini karena ingin menambah pengetahuan dan pengalamannya. “Ini nggak diwajibkan, cuma saya ingin sendiri, lumayan bisa nambah wawasan,” ungkapnya. Dian mengaku senang mengikuti kelas memasak ini, yang belum ada ekskulnya di sekolah. “Senang karena bisa masak bareng teman-teman, terus bahan-bahannya yang mungkin di Indonesia jarang dipakai, ternyata di sini bisa dipake, jadi ini menambah pengetahuan saya juga,” ujarnya.

Dian yang memiliki adik yang masih kecil di rumah ini merasa bahwa masakan ini sangat cocok untuk adiknya. Ia pun berniat untuk mencobanya di rumah. “Saya ingin adik saya sehat, masakan ini kan bahan-bahannya semua kan kaya protein dan nutrisi,” tegas Dian yang mengaku mendapat pengalaman berharga karena bisa berinteraksi dan memperoleh pengetahuan baru dari para mahasiswa dari luar negeri. “Kakak-kakaknya pada ramah dan asyik semua,” ujarnya.

Selvi, guru bahasa Mandarin yang menjadi penjembatan antara pengajar, mahasiswa dari Universitas Chiayi, dan siswa Sekolah Cinta Kasih juga bisa dapat merasakan begitu antusiasnya para murid mengikuti kegiatan ini. “Sebelum jam 8 sudah kumpul, sangat antusias sekali menunggu. Mereka bahkan bertanya-tanya, ‘Mana ya orang-orangnya, kok belum pada datang sih’?” kata Selvi menirukan ucapan murid-muridnya. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat baik dan memberi manfaat bagi siswa, “Mereka menjadi lebih mengerti ternyata masakan-masakan vegetarian banyak macamnya dan bahan-bahannya juga mudah diperoleh.”

foto  foto

Ket: - Ada 3 materi yang dibawakan oleh para mahasiswa Universitas Chiayi, yaitu: kelas memasak, menyanyi,             dan menggambar. Bagi para mahasiswa Universitas Chiayi, kunjungan ke Indonesia ini adalah untuk             yang ketiga kalinya.(kiri).
         - Bermain sambil belajar, hal inilah yang ditekankan para mahasiswa dari Universitas Chiayi Taiwan             "dalam berinteraksi dan berbagi pengetahuan kepada siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. (kanan)

Pertukaran Budaya
Bukan hanya memberi manfaat bagi para murid Sekolah Cinta Kasih, tetapi kegiatan ini juga berguna bagi para mahasiswa-mahasiswi Universitas Chiayi sendiri. Seperti diungkapkan oleh Fanny, “Kami jadi bisa melihat sisi-sisi kehidupan masyarakat Indonesia yang berbeda dan bisa belajar banyak juga dari mereka.” Mahasiswi asal Palembang ini juga merasa beruntung bisa berkunjung ke pesantren. “Kalau nggak dari Tzu Chi mana mungkin kami bisa masuk ke sana,” ungkapnya. Dari kunjungannya ke pesantren maupun sekolah Cinta Kasih, Fanny merasa salut dengan antusiasme anak-anak dalam belajar. “Senang, mereka sangat antusias untuk mengikuti apa yang kami ajarkan,” ujarnya, “semoga apa yang dah kita pelajari di Taiwan yang dah dilakukan bisa kita ajarkan dan bisa memberi manfaat untuk mereka. Di kemudian hari bisa digunakan dan bisa memberi yang terbaik untuk bangsa.”

Mahasiswi semester 1 ini juga menjelaskan jika di jurusannya mereka memang difokuskan dalam mengembangkan teknologi pangan, pengolahan produk makanan, komposisi sekaligus fungsinya bagi tubuh. Menurutnya, makanan dari Taiwan memang bercita rasa berbeda dengan masakan Indonesia. Selain lebih tawar, masakan Taiwan memang lebih mementingkan nilai gizi dan kesehatannya bagi tubuh. “Awalnya waktu pertama kuliah di sana saya juga agak kesulitan dengan makanan di sana, tapi lama kelamaan juga menjadi terbiasa,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Bao Bing, relawan Tzu Chi yang aktif di bidang pendidikan, “Senang sekali, lihat anak-anak antusias. Anak-anak bisa merasakan bahwa kalau ada keahlian atau kemampuan mereka juga bisa bersumbangsih untuk membantu orang lain.” Meski sedikit terkendala masalah bahasa, namun Bao Bing justru melihat sisi positif lainnya. “Mereka justru bisa saling mengenal satu sama lain, dan ini menambah wawasan bagi anak-anak kita,” ujarnya. Ia pun berharap jika para murid ini nantinya bisa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Tzu Chi. “Kalau ada acara dan waktu kan siapa tahu mereka bisa bantu masak para relawan,” katanya.
  
 
 

Artikel Terkait

Meningkatkan Spirit  Tim Medis Tzu Chi

Meningkatkan Spirit Tim Medis Tzu Chi

09 November 2011 Berawal dari pemikiran inilah misi kesehatan Tzu Chi dijalankan dengan membantu pengobatan orang-orang yang kurang mampu melalui baksos kesehatan secara massal maupun memberi bantuan khusus kepada pasien kurang mampu.
Paket Cinta Kasih untuk Warga Panunggangan

Paket Cinta Kasih untuk Warga Panunggangan

19 April 2023
Relawan Tzu Chi Tangerang memberikan 1.650 Paket Cinta Kasih Idul Fitri 2023  kepada warga yang membutuhkan di Kelurahan Panunggangan Barat, Tangerang, Banten.
Percaya Diri Dalam Mengejar Impian dan Potensi

Percaya Diri Dalam Mengejar Impian dan Potensi

11 Maret 2020

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali mengadakan kelas budi pekerti pada Sabtu, 29 Februari 2020. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan gambaran kepada anak-anak untuk menentukan masa depan dengan tepat, benar, dan bermanfaat bagi banyak orang.

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -