Berbagi Inspirasi dalam Keterbatasan
Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, Lily Hermanto (Tzu Chi Medan)Anak-anak disabilitas dari Yayasan Pendidikan Tuna Netra (Yapentra) memainkan alat musik tradisional Batak taganing dalam acara ramah tamah bersama seniman difabel asal Tiongkok, My Dream (China Disabled People’s Performing Art Troupe), Kamis, 20 Juli 2017.
Yayasan Buddha Tzu Chi Medan mengundang Yayasan Pendidikan Tunanetra (Yapetra) untuk beramah-tamah bersama seniman difabel asal Tiongkok, My Dream (China Disabled People’s Performing Art Troupe). Pertemuan yang dilakukan pada Kamis, 20 Juli 2017 tersebut berlangsung penuh kehangatan dengan penampilan-penampilan yang dibawakan oleh keduanya.
Tony Honkley, koordinator kegitan menuturkan bahwa ia ingin My Dream dapat berbagi inspirasi kepada kaum difabel dalam negeri, khususnya di Medan. “Tim My Dream, seperti yang kita tahu, mereka semua mempunyai kekurangan, namun mereka dengan segala kekurangannya bisa menampilkan karya yang luar biasa hingga bisa menjelajah 97 negara,” tutur Tony. “Semoga ini bisa memotivasi Yapetra yang kini membimbing 70 anak tunanetra,” imbuhnya.
Tony Honkley (kemeja putih), koordinator kegitan menuturkan bahwa ia ingin My Dream dapat berbagi inspirasi kepada kaum difabel dalam negeri, khususnya di Medan.
Tak mau kalah, My Dream juga menunjukkan permainan musiknya. Mereka menggunakan erhu, seruling, saxophone, drum, dan keyboard.
Pertemuan mereka hari itu diawali dengan permainan alat musik tradisional Batak taganing atau gondang Batak. Permainan itu dilengkapi dengan seruling dan kecapi Batak yang dibawakan oleh anak-anak Yapentra. Penampilan itu juga diiringi dengan tarian tradisional Batak, relawan bahkan ikut menari Tor Tor. Mereka semakin semangat karena disambut tepuk tangan meriah dari tim My Dream.
Tak mau kalah, My Dream juga menunjukkan permainan musiknya. Mereka menggunakan erhu, seruling, saxophone, drum, dan keyboard. Sebelum memulai lagu, Yu Huo (26), yang telah 15 tahun bergabung dengan My dream mengatakan bahwa mereka gembira bisa mendengar suara dari tenam-teman mereka dari Yapetra. “Kami akan memainkan sebuah lagu yang pasti semua orang bisa ikut bernyanyi,” lanjutnya.
Benar saja, mereka memainkan lagu Indonesia Pusaka. Spontan anak-anak ikut bernyanyi dan tim My Dream lainnya pun segera menggandeng tangan anak Yapentra untuk bernyanyi bersama. Semua yang hadir di ruangan tersebut menjadi terharu. Selanjutnya mereka membawakan Yue Liang Dai Biao Wo De Xin dan Shi Shang Zhi You Ma Ma Hao.
Membagi Pengalaman Berharga
Melihat aksi My Dream yang memukau tentu banyak yang bertanya tentang bagaimana para seniman dengan disabilitas tersebut bisa mencapai keberhasilan seperti sekarang?
“Di China, ada delapan ribu lebih orang cacat. Setiap tahun pemerintah mengadakan perlombaan untuk orang cacat. Jadi tetap ada kesempatan bagi orang cacat untuk menunjukkan kebolehannya. Sehingga jangan meremehkan diri sendiri. Coba perhatikan apa yang ada di diri kita dan ingat hati kita adalah masa depan yang cerah,” ujar Shu Zhi (30) menjawab pertanyaan Landes Simatupang yang hari itu menyaksikan penampilan mereka.
My Dream memainkan lagu Indonesia Pusaka, dengan spontan anak-anak ikut bernyanyi dan anggota My Dream lainnya segera menggandeng tangan anak Yapentra untuk bernyanyi bersama.
Landes Simatupang (berdiri memegang mikrofon) bertanya kepada tim My Dream tentang tentang bagaimana para seniman dengan disabilitas tersebut bisa mencapai keberhasilan seperti sekarang.
Pertanyaan lain kemudian datang dari Togar Pasaribu. Ia bertanya tentang apakah mereka mengalami kecacatan sejak lahir. Wang Qi (33), satu dari pemain My Dream menjawab cacat yang ia alami tidak dideritanya sejak lahir. “Saya mengalami kecelakaan saat berusia 13 tahun. Ketika saya tahu saya tidak bisa melihat, itulah kesempatan saya menyakinkan diri sendiri dan saya tetap harus pertahankan tekad saya. Penampilan adik-adik (Yapetra) mendorong saya agar bisa tampil lebih baik lagi,” tuturnya.
Wang Qi pun berpesan kepada anak-anak Yapetra untuk terus mengembangkan keterampilan mereka. “Sekarang teknologi sudah begitu canggih, banyak media sesial yang bisa digunakan untuk membagikan keterampilan kalian sehingga banyak orang bisa melihat dan kalian bisa berkembang,” imbuhnya. Ia melanjutkan, “Saya tahu adik-adik juga punya mimpi walaupun punya kekurangan tapi ingat harus tetap pertahankan tekad kita.”
Salah satu murid Yapentra, Robert Simbolon yang baru menyelesaikan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas tahun ini pun merasa termotivasi. “Saya semakin bersemangat setelah mendengarkan penampilan musik dari para seniman difabel kelas dunia ini. Semoga dapat menginspirasikan diri saya dan teman-teman Yapentra yang hadir agar tidak gampang menyerah dan mau bekerja keras demi masa yang diimpikan,” ucapnya.
My Dream akan memberikan penampilan mereka di Medan pada akhir pekan ini, 22 - 23 Juli 2017. Mereka juga akan tampil di Jakarta pada 29 - 30 Juli 2017 dan Surabaya pada 5 - 6 Agustus 2017.
Artikel Terkait
Berbagi Inspirasi dalam Keterbatasan
21 Juli 2017Yayasan Buddha Tzu Chi Medan mengundang Yayasan Pendidikan Tunanetra (Yapetra) untuk beramah-tamah bersama seniman difabel asal Tiongkok, My Dream (China Disabled People’s Performing Art Troupe). Di sana mereka saling berbagi inspirasi.