Berbagi Inspirasi dan Motivasi dengan Gathering Misi Amal

Jurnalis : Robby Mulia Halim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Robby Mulia Halim (Tzu Chi Medan)

Ketua Misi Amal Hu Ai Mandala, Roslina Yun, memaparkan materi tentang tata cara pelaksanaan survei kasus dan permohonan bantuan kepada Tzu Chi.

Tzu Chi Medan kembali mengadakan Gathering Misi Amal pada Minggu, 13 November 2022 di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan Mandala. Kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali ini bertujuan untuk memberi inspirasi dan motivasi antar relawan dan sebagai sarana berbagi pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh dari kasus-kasus amal yang ditangani relawan. Gathering kali ini dihadiri Ketua He Qi Jati, Lim Ik Ju, dan wakilnya, Yanny.

Misi amal menempati urutan pertama dari empat misi utama Tzu Chi (amal, kesehatan, pendidikan, budaya humanis) dan merupakan misi paling penting yang bertujuan memberikan kebahagiaan dengan hati welas asih dan melepaskan penderitaan. Sejak Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi pada 14 Mei 1966, misi amal telah menjadi fokus utama Tzu Chi. Misi amal tidak hanya bertugas memberikan bantuan materi kepada gan en hu (penerima bantuan), tapi juga dukungan moril dengan memberikan perhatian dan dorongan semangat sehingga gan en hu lebih bijaksana dan bersyukur dalam menjalani hidup.

Gathering misi amal ini diawali dengan kata sambutan dari pemandu acara, lalu penghormatan kepada Master Cheng Yen, menyanyikan Mars Tzu Chi, dilanjutkan pemaparan materi oleh Ketua Misi Amal dan relawan Zhen Shan Mei (bidang dokumentasi), sharing relawan, sharing motivasi relawan senior, dan diakhiri doa dan foto bersama.    

Roslina Yun, Ketua Misi Amal Hu Ai Mandala mengawali materi gathering dengan penyampaian data kasus Hu Ai Mandala selama bulan Januari hingga Oktober 2022. Data tersebut meliputi santunan tunai, santunan beras, BPJS, susu, anak asuh, pengobatan dan biaya transportasi, kemudian diikuti dengan tata cara pengisian lembar hasil survei kasus dan slip hasil keputusan rapat kasus dengan baik dan benar.

Para peserta mengikuti gathering dengan antusias dan saksama.

Tidak ketinggalan pula ditampilkan video tentang tata cara permohonan bantuan kepada Tzu Chi. Hal ini penting karena sering terjadi kesalahan teknis dalam pengisian hasil survei kasus dan keputusan rapat kasus sehingga proses administrasi dan penyelesaian kasus menjadi tertunda. Materi ini sebagai pengingat kembali (reminder) bagi relawan misi amal supaya tidak dijumpai lagi kesalahan yang sama.

Materi selanjutnya adalah dokumentasi foto dengan handphone yang dibawakan oleh Amir Soe, relawan senior yang telah lama berkecimpung di Zhen Shan Mei (bidang dokumentasi) Tzu Chi Medan. Gathering kali ini berbeda dengan sebelumnya karena menghadirkan topik tentang dokumentasi foto dan relawan Zhen Shan Mei. Dokumentasi foto memegang peran penting dalam misi amal, terutama pada saat survei kasus di lapangan. Foto digunakan sebagai laporan kasus amal, sebagai bahan pertimbangan pada rapat kasus untuk memutuskan apakah permohonan bantuan tersebut layak dibantu atau tidak, profil relawan dan sutra kehidupan setiap relawan.

Relawan senior Zhen Shan Mei (dokumentasi), Amir Soe, menyampaikan materi tentang dokumentasi foto yang berperan penting dalam misi amal. Ia juga menjelaskan contoh foto yang baik dan benar dan sesuai dengan nilai-nilai kebenaran (zhen), kebajikan (shan), keindahan (mei).

“Dokumentasi foto dalam Tzu Chi mengandung nilai-nilai Zhen Shan Mei (kebenaran, kebajikan, keindahan). Zhen Shan Mei tidak sama dengan tukang foto di luaran sana. Sesuai dengan namanya, objek yang difoto tentu saja harus benar adanya (zhen), hal-hal yang bajik (shan) dan indah hasilnya (mei),” tutur Amir Soe.

Amir menjelaskan istilah ren ren zhen shan mei (setiap orang adalah zhen shan mei) yang berarti bahwa semua relawan Tzu Chi boleh mengambil foto tanpa mengabaikan prinsip kebenaran, kebajikan dan keindahan. Amir Soe juga memaparkan teknik mengambil foto yang baik dan benar, penjelasan posisi objek yang difoto dan fotografer dan hal-hal lainnya yang harus diperhatikan.    

Sharing Relawan
Relawan yang mengikuti Gathering Misi Amal memperoleh pembelajaran yang berharga dari sharing kasus relawan misi amal yang inspiratif, di antaranya sharing oleh Simin dan Elena. Simin, relawan abu putih logo dari Xie Li (komunitas) Mandala 1, menceritakan kasus amal yang sedang ditanganinya, yaitu mengenai gan en hu bernama Indah Permatasari yang mengalami cacat lumpuh pada salah satu kakinya akibat jatuh berguling-guling di tanah saat bermain wahana Flying Fox ketika masih berusia 17 tahun. Sekarang Indah kesulitan berjalan dan harus berpegangan pada tumpuan/penyangga (misalnya dinding atau tembok) untuk berjalan.

Simin dari Xie Li Mandala 1 berbagi pengalamannya menangani kasus amal gan en hu Indah Permatasari.

Saat kejadian nahas itu, Indah tidak mengalami masalah yang serius pada dirinya, hanya luka-luka ringan dan lebam. Sekitar sepekan kemudian, barulah terasa nyeri pada tubuhnya. Karena keterbatasan biaya, Indah menjalani pengobatan alternatif dengan mengunjungi tukang kusuk, namun tukang kusuk meninggal dunia ketika pengobatan baru setengah jalan. Akhirnya pengobatan tidak dilanjutkan lagi sampai sekarang.

Himpitan ekonomi dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta harus membesarkan anaknya yang masih kecil membuat Indah meminta bantuan kepada Tzu Chi. Tzu Chi memberikan santunan bulanan sebesar Rp 300.000 per bulan kepada Indah. Indah pernah berkonsultasi dengan seorang dokter, tapi dokter menyatakan bahwa cacat kakinya tidak dapat disembuhkan lagi.

Simin dan istrinya, yang juga relawan Tzu Chi, rutin melakukan kunjungan dan memberikan guan huai (perhatian) kepada Indah. Meskipun dengan keterbatasan fisik dan suami yang penghasilannya tidak memadai, Indah menjalani hidupnya dengan ikhlas dan tidak pernah mengeluh terhadap nasibnya.

“Pembelajaran yang bisa kita dapatkan adalah, yang pertama, kita harus selalu bersyukur dengan kehidupan kita saat ini dan apa yang telah kita miliki dan peroleh saat ini. Yang kedua adalah setiap gan en hu adalah ladang berkah bagi kita. Kita tidak boleh merasa terbebani dengan orang-orang yang memohon bantuan kepada Tzu Chi, tapi kita justru harus berterima kasih kepada mereka karena dari permohonan bantuan merekalah tercipta kesempatan bagi kita untuk berbuat amal dan kebajikan yang tanpa pamrih,” ungkap Simin mantap.

“Satu gan en hu berarti satu ladang berkah. Jika kita menolaknya, maka kita kehilangan satu kesempatan untuk berbuat karma baik. Saya berharap dengan sadarnya semua relawan akan prinsip ini, gan en hu yang meminta bantuan semakin berkurang, yang artinya tidak ada lagi yang kesusahan dan menderita dalam hidupnya,” sambungnya.

Elena dari Xie Li Mandala 2 menyampaikan pembelajaran dan Kata Perenungan Master Cheng Yen kepada relawan.

Lain halnya dengan Elena, relawan abu putih dari Xie Li Mandala 2, yang berbagi pengalaman menangani kasus gan en hu bernama Lim Chai Cen yang memiliki seorang anak cacat bawaan lahir. Kasus ini dimulai sekitar 6-7 tahun lalu saat suami Lim Chai Cen menderita sesak nafas (asma). Lim Chai Cen meminta bantuan kepada Tzu Chi untuk mengobati suaminya. Namun, malang tak dapat ditolak, tidak lama kemudian suaminya mengidap kanker dan akhirnya meninggal dunia.

Sepeninggal suaminya, Lim Chai Cen seorang diri merawat anaknya yang cacat. Karena tidak sanggup mengurus diri sendiri, semua kebutuhan anaknya harus disiapkan dan disediakan, bahkan makan pun harus disuapi. Bantuan Tzu Chi lalu dialihkan kepada anaknya yang cacat, yaitu santunan bulanan sebesar Rp 500.000 per bulan. Elena rutin melakukan kunjungan ke rumah Lim Chai Cen, memberikan perhatian dan dorongan semangat dan memotivasinya untuk tidak menyerah dalam menjalani hidupnya.

Elena tidak merasa kasus amal merupakan sebuah beban, tapi malah merasakan kebahagiaan dan sukacita karena dapat menolong dan membantu gan en hu yang kesusahan dan menderita. Elena berpesan kepada para peserta gathering untuk tidak menolak kasus permohonan bantuan yang masuk ke Tzu Chi atau takut terhadap suatu kasus.

“Kita harus turun langsung ke lapangan, baik itu survei kasus maupun kunjungan kasih, melihat sendiri penderitaan orang lain dan kita akan mendapatkan sukacita dan kebahagiaan, daripada hanya di rumah dan melakukan pekerjaan rumah tangga yang itu-itu saja setiap hari,” kata Elena sambil tertawa.

Dalam kesempatan itu pula, Elena mengutip Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Dengan menyaksikan sendiri penderitaan orang lain, barulah kita tahu menghargai keberkahan diri sendiri.” dan dilanjutkan dengan pembelajaran ”Dengan terjun ke masyarakat, melakukan survei kasus dan kunjungan kasih, kita dapat melihat penderitaan orang lain, yang pada akhirnya kita akan menyadari bahwa kita lebih beruntung daripada mereka.”

Sharing Motivasi Relawan Senior
Hal senada diungkapkan Lina Naga, Wakil Ketua Misi Amal Hu Ai Mandala, jangan menganggap suatu kasus adalah sebuah beban dan jangan ada pikiran bahwa setiap kasus sulit ditangani. Ia mengajak semua relawan untuk belajar bersama dan bekerja sama mengerjakan kasus amal.

“Untuk ke depannya mari kita bersama-sama saling membantu di misi amal. Saya berharap dengan mengerjakan kasus amal, kita bisa lebih mengetahui mengenai diri kita dan kehidupan kita. Oleh karena itu, kita harus berterima kasih setiap ada kasus amal. Jangan menganggap setiap kasus itu sulit dan membebani,” ujarnya.

Ketua He Qi Jati, Lim Ik Ju, memberikan sharing motivasi kepada relawan. Ia juga menceritakan pengalamannya menangani suatu kasus amal saat masih sebagai Ketua Xie Li Mandala 3.

Dalam gathering ini, Ketua He Qi Jati yang juga relawan komite senior, Lim Ik Ju, memberikan pesan motivasi kepada para relawan untuk tidak menunda-nunda penanganan kasus amal, dan juga tidak membuat dugaan sendiri terhadap penyakit yang diderita gan en hu hanya dengan penampilan dari foto yang terlampir bersama permohonan bantuan. Sering terjadi relawan misi amal menduga-duga sendiri kondisi dan penyakit yang diderita calon penerima bantuan sebelum melakukan survei di lapangan. Pada akhirnya permohonan bantuan tersebut tidak dihiraukan karena tidak ada yang mau menanganinya. Sehubungan dengan hal ini, Lim Ik Ju berbagi cerita pengalamannya saat masih sebagai ketua komunitas Medan Mandala 3.

“Saat itu ada satu kasus masuk ke Tzu Chi Medan Mandala disertai selembar foto yang mempelihatkan seorang wanita dengan bercak-bercak seperti luka dan lebam di wajah dan lengan. Beberapa relawan yang lain menduga wanita itu mengidap AIDS sehingga tidak ada yang berani turun tangan. Kasus itu tidak dihiraukan berminggu-minggu lamanya. Saya tidak langsung percaya sebelum melihat yang sebenarnya dengan mata kepala sendiri. Tempat kediamannya termasuk wilayah Mandala 3, maka saya mengambil kasus itu,” terangnya.

Para peserta Gathering Misi Amal berfoto bersama setelah acara selesai.   

Setelah melakukan survei dan pemeriksaan, ternyata bercak-bercak di wajah dan tubuhnya itu adalah akibat alergi terhadap alat kosmetik. Setelah beberapa kali perawatan dan pengobatan, alerginya hilang dan telah seperti sedia kala. Oleh karena itu, sebagai relawan misi amal tidak boleh langsung men-judge dan membuat penilaian sendiri mengenai kondisi gan en hu hanya berdasarkan tampilan visual.

“Kita bukan dokter. Untunglah wanita itu bisa sembuh,” kenang Lim Ik Ju.

Ia juga mengingatkan relawan agar tidak menunda-nunda penanganan kasus, sebagaimana yang disampaikan oleh Master Cheng Yen, bahwa misi amal Tzu Chi memegang prinsip langsung, cepat dan tepat sasaran, sehingga harus melalui proses survei.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Bagai Menyemai Benih di Ladang Subur

Bagai Menyemai Benih di Ladang Subur

11 Desember 2018

Para relawan di bagian Misi Amal Tzu Chi berbagi kisah mereka di Gathering Relawan Misi Amal Tzu Chi. Walaupun ada satu – dua cerita duka, tetapi mereka sepakat mengambil kesimpulan bahwa semuanya adalah pembelajaran yang diliputi asa bahagia.

Sepakat, Sejalan, dan Sepaham Menjalankan Misi Amal Tzu Chi

Sepakat, Sejalan, dan Sepaham Menjalankan Misi Amal Tzu Chi

10 Juli 2024
Tzu Chi Medan menggelar Pelatihan Administrasi Misi Amal di Kantor Tzu Chi Medan pada Minggu, 23 Juni 2024. Sebanyak 123 relawan peserta mendapat pelatihan dalam penerimaan, permohonan, pelaksanaan survei, pengambilan keputusan, pemberian bantuan di misi amal.
Gathering dan Pembekalan Pengurus He Qi Pusat 2024

Gathering dan Pembekalan Pengurus He Qi Pusat 2024

12 Februari 2024

Komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Pusat memberikan pembekalan kepada para relawan pengurus atau yang dikenal dengan sebutan fungsionaris, di Talaga Cikeas, Bogor. 

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -