Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang melakukan kunjungan kasih ke Panti Werdha Yayasan Bina Bhakti. Sebelum berinteraksi dengan penghuni panti, PIC kegiatan Philip Tan Shixiong memberikan briefing kepada para relawan.
Sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang kepada Lansia yang tinggal di panti werdha (jompo), relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang mengadakan kunjungan kasih ke Panti Werdha Yayasan Bina Bhakti di Babakan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan. Kegiatan yang dilakukan pada Minggu, 14 Juli 2024 ini diikuti oleh 58 orang relawan yang akan memberikan perhatian kepada 40 orang Lansia penghuni panti.
Sebelum dimulai, PIC kegiatan Philip Tan Shixiong mengadakan briefing kepada seluruh relawan yang ikut. Philip berpesan agar seluruh relawan mencurahkan kasih sayang dengan tulus kepada para Lansia yang akan mereka dampingi. Setelah briefing, para relawan Tzu Chi menuju aula yang terdapat di sisi belakang Panti Werdha Yayasan Bina Bhakti. Acara diawali dengan mendengarkan sambutan oleh Philip Tan Shixiong dan dilanjutkan sambutan dan ucapan terima kasih oleh pengurus harian Yayasan Bina Bhakti.
Panti Werdha Yayasan Bina Bhakti menurut Ketua Harian Yayasan Bina Bhakti, Anyusiata Wula didirikan tahun 16 September 1986 di Bekasi atas kolaborasi seorang dermawan umat Katolik, Raymundus Supardi dengan seorang biarawati Katolik, Sr. Rina Ruigrog asal Belanda yang sama-sama memiliki kepedulian atas kesejahteraan kaum Lansia yang kurang mendapat perhatian dari keluarganya karena berbagai alasan. Kini Yayasan Bina Bhakti memiliki 3 panti asuhan yang terdapat di Kota Bekasi, Bogor dan Tangerang Selatan.
Salah satu relawan menemani oma bernyanyi yang menjadi salah satu agenda relawan untuk menghibur oma dan opa penghuni panti.
Pada saat ramah tamah, oma, opa dan para relawan duduk berdampingan atau saling berhadapan. Setiap relawan mendampingi 1-2 orang oma dan opa, menyapa dengan ramah, dan mendengarkan oma dan opa bercerita apapun kepada para relawan. Selain itu, keseruan lainnya pada kunjungan ini adalah saat oma, opa berkaraoke dan menari bersama. Beberapa oma opa maju ke podium aula untuk bernyanyi dan menari bersama dengan relawan. Raut wajah bahagia punterpancar dari oma dan opa semuanya.
“Iya Senang,” kata Oma Agiok (81), salah satu penghuni panti saat ditanya perasaannya oleh relawan. Sambil bertepuk tangan dan menikmati alunan musik, Oma Agiok yang sangat gemar bernyanyi pada saat sesi karaoke ini tidak melewatkan kesempatan untuk bernyanyi kendati merasakan sakit di lututnya. “Sudah di panti selama 10 tahun, suami dan anak saya sudah meninggal. Karena hidup sendiri maka saya di ajak teman untuk tinggal di panti ini,” cerita oma Agiok.
Pada saat senam jari untuk melatih dan memperkuat otot-otot tangan, relawan juga membimbing penghuni panti untuk mengikuti gerakan-gerakannya.
Setelah bernyanyi dan menari bersama, oma dan opa juga diajak untuk senam jari agar dapat memperkuat dan melatih otot-otot tangan, meningkatkan jangkauan gerak, dan juga meredakan nyeri yang sering di derita para Lansia. Dengan penuh semangat dan perhatian para relawan memandu dan mendampingi oma dan opa saat senam.
Para oma dan opa juga dihibur dengan penampilan Shou Yu (Isyarat Tangan) dengan judul “Tian Mi De Jia” yang berarti Keluarga Yang Manis. Mereka terlihat begitu menikmati saat melihat perpaduan gerak isyarat tangan yang dibawakan para relawan dengan alunan musik dari lagu tersebut.
Relawan Tzu Chi, Dwi Kurniasih Shijie dengan tulus mengurut kaki seorang oma yang menggunakan kursi roda.
Di tengah keriuhan acara yang penuh kegembiraan itu, di salah satu sudut aula seorang relawan Tzu Chi, Dwi Kurniasih Shijie nampak sedang mengurut kaki seorang oma yang duduk di kursi roda sambil mengurapinya dengan minyak aroma terapi yang sengaja dibawanya. Dengan penuh kesabaran Dwi Kurniasih mendengarkan keluhan oma yang di kursi roda itu mengenai kakinya yang sering terasa sakit.
Oma tersebut terlihat sangat senang mendapatkan pijatan di kaki dan merasa lebih tenang menghirup uap minyak aromaterapi yang dibawakan Dwi Kurniasih. Bagi Dwi Kurniasih, ada refleksi batin baginya dengan melayani oma tersebut dengan penuh kasih sayang, bahwa dia suatu saat kelak akan mengalami masa tua dan mungkin akan menjadi seperti oma tersebut.
“Selain mempersiapkan materi dan finansial untuk masa tua kita, kita juga harus mempersiapkan batin kita untuk secara sosial kita akan ditinggalkan. Bisa anak kita atau sebagian besar kerabat akan meninggalkan kita,” ujar Dwi Kurniasih. Hal lain yang membuat Dwi Kurniasih bahagia adalah oma yang diurutnya itu meminta namanya dan akan membawakannya dalam doa malamnya.
Selain berkunjung dan menghibur oma, opa penghuni panti, relawan juga membagikan souvenir berupa alat untuk memijat.
Di penghujung acara, para relawan Tzu Chi memberikan souvenir (cendera mata) untuk dapat digunakan dan bermanfaat untuk oma dan opa semua yang tinggal di panti. Bingkisan souvenir yang dibagikan berupa alat pijat punggung, handuk kecil, minyak kayu putih, dan makanan ringan ini juga dibagikan kepada oma dan opa yang terbaring di kamar karena kesehatannya tidak memungkinkan untuk ikut acara di aula panti.
Kedepannya, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang akan melakukan kunjungan kasih secara rutin, sesuai dengan prinsip Tzu Chi membina jalinan jodoh baik secara terus menerus dengan orang lain. Philip Tan Shixiong juga menyampaikan rasa senangnya menjadi PIC karena dapat banyak support dari para relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang yang senior dan berpengalaman. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih kepada oma dan opa di Yayasan Bina Bhakti. “Terima kasih telah memberikan sambutan sangat istimewa kepada kami, sehingga komunikasi antar relawan dan pendamping oma dan opa dapat berjalan dengan baik,” kata Philip Tan Shixiong.
Editor: Arimami Suryo A.