Berbagi Kasih di Rumah Sakit Kusta Lau Simomo

Jurnalis : Elsa Fany Luluk (DAAI TV Medan), Fotografer : Vinson Theodoric (Tzu Chi Medan)

Relawan Tzu Chi Medan, Cik Hua memberikan bingkisan kepada pasien kusta di RS Kusta Lau Simomo.

Tidak banyak orang yang tahu di Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara berdiri sebuah Rumah Sakit Kusta bernama Lau Simomo. Rumah sakit kusta itu tampak luas dan agak berjauhan dari kepadatan rumah penduduk, seperti layaknya pemukiman di wilayah pegunungan di Tanah Karo. Lokasi ini dapat ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Kota Medan.

Ketika memasuki wilayah RS Kusta Lau Simomo, langkah tim DAAI TV Medan bersama relawan Tzu Chi Medan langsung disambut oleh pemandangan indah pekarangan terawat RS Kusta Lau Simomo. Uniknya pekarangan tersebut dirawat oleh para pasien kusta di rumah sakit tersebut. Inilah rutinitas para pasien kusta RS Kusta Lau Simomo setelah dinyatakan sembuh.

Rupanya meski telah dinyatakan sembuh, yang berarti kusta tidak dapat menular lagi, atau dengan kata lain mereka disebut Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK), mereka mengurungkan niat untuk pulang ke kampung halaman. Stigma negatif menjadi alasan utama beberapa pasien kusta RS Kusta Lau Simomo tidak kembali ke tanah kelahirannya.

Salah satu halaman di RS Kusta Lau Simomo yang asri dan dirawat oleh Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) yang tinggal di rumah sakit tersebut.

Muhammad Kasim, pasien kusta RS Kusta Lau Simomo asal Kota Aceh yang memilih tinggal di RS Kusta Lau Simomo.

“Kusta saya sudah sembuh, cuma kaki saya masih luka, Bu. Makanya saya gak pulang. Kakiku luka kek gini, ngeri orang lihatnya. Aku guru agama disana. Jadi kaki saya seperti ini saya gak diterima ngajar anak-anak ngaji,” begitu ungkap Muhammad Kasim, pasien RS Kusta Lau Simomo asal Kota Aceh. Ketika ditanyai, Muhammad Kasim sudah tidak dapat menularkan kusta, namun ia masih harus menjalani beberapa perawatan untuk penyembuhan lukanya.

Namun dibalik pengalamannya, Muhammad Kasim bercerita tentang rasa syukurnya atas pelayanan dan kepedulian tim medis di RS Kusta Lau Simomo. Ia tidak menyangka, ia dirawat dengan baik dan penuh perhatian. Selain itu, penanganan pasien juga tidak dipungut biaya rumah sakit. “(Sekarang keadaanya) jauh kali, bu, berbeda. Dulu saya disini yang enam bulan gak bisa jalan kaki, pakai kursi roda saya enam bulan, shalat pun duduk,” tambahnya. Mendengar hal tersebut, ya memang benar, semangat, motivasi, dan kepedulian dapat mempercepat kesembuhan pasien kusta.

Sosok Rodiah, salah satu OYPMK yang memilih kembali ke RS Kusta Lau Simomo karena stigma negatif di masyarakat.

Berbeda dengan Rodiah, perempuan asal Medan yang sudah 23 tahun tinggal di RS Kusta Lau Simomo. Rodiah menderita kusta sejak masih berusia tujuh tahun. Namun ia baru mendapat pengobatan di RS Kusta Simomo saat sudah berusia 19 tahun. Penanganan yang terlambat membuat Rodiah harus duduk di kursi roda.

Kini Rodiah berusia 42 tahun, beberapa tahun lalu ia sudah dinyatakan sembuh dan sempat kembali ke kampung halamannya. Namun ia mendapat penolakan dari lingkungan tempat tinggalnya. “Kalau pulang, kami udah disini karena kan trauma. Trauma juga kejadian waktu tidak diterima tetangga. Tetangganya takut, perasaan itu masih ada, jadi udah disini aja,” ucap Rodiah. Hal ini membuat Rodiah kembali dan tinggal di RS Kusta Lau Simomo karena merasa diterima seperti keluarga sendiri.

Namun pengalaman buruk tidak membuat Rodiah patah arang. Meski kembali ke rumah sakit kusta, Rodiah menjadi pembagi semangat bagi pasien lainnya. Tidak sedikit pasien kusta mengalami kisah serupa dengan Rodiah. Oleh sebab itu, beberapa OYPMK yang memilih tinggal di rumah sakit kusta mengisi waktunya dengan cara berkebun dan merawat taman rumah sakit.

Relawan Tzu Chi Medan, Aini Lidjaya berbincang-bincang dengan OYPMK Rodiah didampingi  drg. Emmi S. Simbolon, Mars, Kepala RS Kusta Lau Simomo (tengah).

“Kita gak bisa kita katakan dia harus (pulang) gitu, ya. Kita kan ada rasa kemanusiaan juga, perasaan juga dengan kondisi dia. Rata-rata disini pasiennya malah dia nggak dikunjungi oleh keluarganya, jadi kita yang kunjungi selalu,” ungkap drg. Emmi S. Simbolon, Mars, Kepala RS Kusta Lau Simomo, saat memberikan penjelasan tentang pasien yang tidak pulang ke kampung halamannya.

Setelah berbincang-bincang dengan pasien dan pihak rumah sakit, kunjungan kasih relawan Tzu Chi Medan ini dilanjutkan dengan memberi bantuan pangan dan kebutuhan mandi kepada para pasien kusta dan OYPMK. Para relawan juga memberi semangat cinta kasih dan mengapresiasi pasien yang berhasil bangkit dari stigma negatif.

Relawan Tzu Chi Medan pun berencana akan melakukan kunjungan kembali dengan membawa buku-buku untuk pasien kusta yang memiliki keterbatasan fisik. “Mungkin kita akan datang lagi dan mau kasih buku untuk di baca. Supaya mereka bisa mengisi waktu luang, supaya mereka tidak bosan,” tutur Cik Hua, relawan Tzu Chi Medan. Selain itu, relawan Tzu Chi juga bersedia untuk berkolaborasi dalam pembuatan kaki palsu.

Dalam kunjungan kasih ini, relawan Tzu Chi Medan memberi bantuan berupa makanan dan kebutuhan mandi kepada pasien kusta di RS Kusta Lau Simomo.

Sebelumnya pada masa pandemi Covid-19, relawan Tzu Chi juga sempat memberikan bantuan berupa 4.000 masker, dua liter hand sanitizer, dan 100 sarung tangan medis kepada RS Kusta Lau Simomo di Kantor Tzu Chi Medan.

“Kalau untuk dokter, kami ya berterima kasih banyak. Kami semua pasien gak bisa balasin apapun. Tapi kami semua pasien merasa yakin dan percaya bahwa dokter dan rumah sakit ini adalah bukti nyata berkah Tuhan untuk kami. Untuk ibu yang telah berbaik hati, yang mengingat kami. Relawan, insan Tzu Chi, kami berterima kasih sekali,” pungkas Rodiah.

Pada kunjungan kasih ini, drg. Emmi S. Simbolon, Mars juga menyampaikan terima kasih atas dukungan Yayasan Buddha Tzu Chi dan DAAI TV. “Kami sangat mengucapkan terima kasih karena bentuk apresiasi terhadap tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit kami ini, dan itu (APD) juga kami sebagian akan beri kepada pasien yang datang dan masyarakat,” jelasnya.

Dari kunjungan kasih ini, kita dapat belajar memahami bahwa seharusnya stigma negatif terhadap pasien kusta dan OYPMK harus dihilangkan agar menumbuhkan rasa percaya diri dan dapat mengantarkannya kembali ke masyarakat. Karena perlu kita pahami bersama bahwa penyakit kusta dapat disembuhkan dan penyakit kusta tidak mudah menular. Dengan begitu dukungan masyarakat akan berdampak pada mereka para pasien kusta dan OYPMK untuk kembali semangat beraktivitas, merajut asa serta harapan.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Sukacita Imlek Bersama Oma Opa

Sukacita Imlek Bersama Oma Opa

02 Maret 2018
Sebanyak 50 orang Bodhisatwa cilik dari kelas budi pekerti Tzu Chi Tebing Tinggi dengan semangat mengunjungi oma dan opa di Panti Jompo Yasobas. Kegiatan ini untuk merayakan Imlek bersama oma dan opa.
Berjuang Menghadapi Penyakit

Berjuang Menghadapi Penyakit

31 Juli 2019

Sulianah Djaya, seorang ibu rumah tangga berusia 52 tahun, merasakan ada suatu benjolan kecil di bawah telinga sebelah kiri. Bersama Rudi (52), sang suami ia harus beberapa kali ke beberapa rumah sakit untuk memastikan penyakit dan pengobatan apa yang harus dijalaninya. Meski berat, hal ini tidak membuat Sulianah patah semangat. Dengan dukungan keluarga, ia mau melakukan segala pengobatan agar bisa sembuh dan bermain dengan cucunya.

Kisah Difa, Bocah Penderita Ginjal Bocor yang Berangsur Membaik

Kisah Difa, Bocah Penderita Ginjal Bocor yang Berangsur Membaik

16 Juni 2021

Difa, menderita proteinuria atau ginjal bocor. Nani Arianti, Ibu Difa, mengira anaknya gemuk biasa seperti anak-anak lainnya, namun beberapa minggu kemudian gemuknya Difa terasa aneh.

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -