Berbagi kasih di Tanah Tinggi

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 

fotoPara relawan yang datang langsung mengisi daftar absen untuk pembagian kelompok dalam membagikan kupon.

 

Di dalam Tzu Chi kita belajar bagaimana menjalani hidup kita. Bagaimana kita dapat menuju ke kehidupan yang bahagia? Pertama, kita harus belajar menjadi manusia yang berbudi dengan belajar mengasihi sesama. Jika Anda mengasihi orang lain, mereka pun akan mengasihi Anda. Kedua, kita harus belajar bagaimana mengerjakan dengan sungguh-sungguh hal yang memang seharusnya kita kerjakan tanpa meminta imbalan. Pada saat yang sama, kita harus mencegah diri kita dari melakukan hal-hal yang tidak pantas.

Jika kita selalu waspada dan tahu bagaimana melakukan hal-hal yang baik, kita tidak akan memilki penyesalan dalam hidup kita. Hukuman terberat dalam kehidupan adalah penyesalan, menyesali kesalahan kita adalah hal yang menyakitkan. Jadi kita harus tahu bagaimana membedakan yang benar dari yang salah dan berpegang pada apa yang benar. Lebih lanjut, kita juga harus sadar bahwa pembelajaran adalah proses tanpa akhir dan kemampuan memilih hal-hal yang benar untuk dipelajari adalah juga sejenis kebijaksanaan.

Survei Ke Rumah Warga
Minggu, tanggal 14 Agustus 2011, pada pukul 08.00 pagi, relawan Tzu Chi He Qi Selatan melakukan survei dan pembagian kupon di Kelurahan Tanah Tinggi, Jalan Kramat Pulo Gundul III, Jakarta Pusat. Kegiatan ini juga dibantu oleh relawan dari He Qi Barat dan He Qi Timur  dalam melakukan survei dan pembagian kupon beras ke-14 Rukun Warga (RW) di Kelurahan Tanah Tinggi.

“Ide pembagian kupon beras ini sebenarnya berasal dari Yayasan Buddha Tzu Chi sendiri, yang dilakukan pada dua titik, yakni Tanah Sereal, Jakarta Barat dan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Kebertulan, saya sendiri dipercaya untuk menangani kegiatan survei dan pembagian kupon beras di Tanah Tinggi,” kata Hemming, relawan biru putih yang bertugas sebagai Koordinator Lapangan pembagian kupon di Kelurahan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.

foto  foto

Keterangan :

  • Koordinator lapangan dari He Qi Barat, Timur, dan Selatan berunding mengenai pembagian wilayah dalam membagikan kupon beras. (kiri)
  • Para relawan didampingi oleh para aparat kelurahan dalam mencari alamat setiap warga yang terdaftar. (kanan)

Hemming juga menjelaskan, dengan adanya bantuan dari relawan He Qi Barat dan He Qi Timur diharapkan dapat membantu mengisi kekurangan relawan yang terjadi karena mengingat bulan ini adalah bulan Pattidana (bulan pelimpahan jasa) dan ada beberapa relawan yang pulang ke Hualien, Taiwan. ”Saya juga berharap pada saat pembagian beras nanti hari Minggu, tanggal 21 Agustus 2011, kita (relawan He Qi Barat, He Qi Timur, dan He Qi Selatan)dapat bergabung kembali,” jelasnya.

Kehidupan Rohana
Pembagian beras ini dirasakan penuh manfaat bagi warga, terutama oleh Rohana, warga RT 02/ RW 12. Ia telah mengontrak rumah yang ditempatinya sekarang sejak 10 tahun yang lalu. Rohana tinggal bersama suaminya yang bekerja sebagai penarik becak untuk menafkahi kebutuhan hidup mereka. ”Dari narik becak, bapak bisa dapat 20.000 - 25.000 rupiah per hari. Terkadang bisa tidak dapat apa-apa. Untuk menambah penghasilan, saya bekerja sebagai buruh cuci dengan penghasilan 500.000 rupiah per bulan. Itu pun dipakai separuhnya untuk membayar kontrakan 300.000 rupiah per bulan,” jelas Rohana, ibu dari dua anak.

Selain itu, Rohana juga menjelaskan dengan adanya bantuan beras ini, dirinya bisa menyisihkan uang untuk membeli beras ke keperluan anak mereka dan kebutuhan hidup yang lain. ”Biasanya sisa gaji tidak cukup untuk kebutuhan hidup, tapi apa boleh buat, bisa beli beras 2 kg saja sudah bersyukur. Dengan adanya pembagian beras hati jadi jadi bahagia,” jelas Rohana.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan dengan niat tulus membagikan kupon kepada warga kurang mampu hingga memasuki lorong demi lorong, supaya kupon beras ini bisa sampai langsung ke tangan yang membutuhkan. (kiri)
  • Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di berbagai pelosok gelap dunia.(kanan)

Di antara para relawan yang datang membantu, terdapat pasien-pasien penanganan khusus Tzu Chi yang telah pulih dari sakit. Mereka datang bersama Sofiah, relawan biru putih yang bertugas sebagai relawan pendamping di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Swina, putri dari Ngui Si Ku, pasien yang berasal dari Singkawang juga turut datang membantu. Ia merasa sangat gembira, karena di sini ia bisa belajar banyak dan melihat para relawan Tzu Chi memberikan perhatian kepada warga dengan tulus. “Ini pertama kalinya saya melakukan survei dan pembagian kupon beras. Pertamanya, saya merasa agak tegang tapi pelan-pelan menjadi terbiasa,“ jelas Swina.

Selama berkeliling melakukan survei, Swina melihat banyak warga yang marah karena mereka tidak mendapat kupon beras. Melihat kemarahan para warga, Swina berupaya menghibur mereka yang tidak mendapatkan kupon. ”Ibu sabar ya, mungkin ini belum waktunya ibu dapat kupon. Tolong jangan marah-marah, kita melakukan semua ini sesuai dengan prosedur. Kita juga tidak dapat berbuat apa-apa, karena ini bukan hak kita,” jelas Swina kepada para seorang warga yang marah.

Swina merasa tersentuh dengan kasih para relawan terhadap para warga, sehingga dirinya bertekad untuk menjadi relawan. ”Saya ingin ikut kegiatan seperti ini lagi, karena saya merasa dapat berbagi tenaga dan kasih sayang saya kepada mereka. Oleh karena itu, saya ingin sekali jadi relawan terutama di bidang kesehatan,” ucap Swina.

Kegiatan survei dan pembagian beras ini berakhir pada pukul 16.00 WIB. Setiap relawan yang datang merasa gembira karena dapat membantu dan berjanji akan datang kembali bila ada kesempatan. Seperti ucapan Master Cheng Yen dalam 108 Kata Perenungan, ”Kita harus menangkap setiap kesempatan untuk berbuat baik, sebab kesempatan yang terlepas tidak akan pernah kembali dan segalanya menjadi terlambat.”

 

  
 

Artikel Terkait

Baksos Makassar: Wujud Sebuah Kesetiaan

Baksos Makassar: Wujud Sebuah Kesetiaan

14 Mei 2010
Menurut Masukaja, menemani dan mendampingi Furi adalah kewajibannya yang paling utama sebagai suami, apalagi kelima anak mereka kini tinggal berjauhan. “Hanya ada satu cucu yang menemani di rumah, kalau anak ada yang tinggal di Manado, Kalimantan, dan di tempat lain,” katanya.
Merangkul Alam Dengan Berdaur Ulang

Merangkul Alam Dengan Berdaur Ulang

03 Januari 2019
Keprihatinan inipun mendorong insan Tzu Chi Medan untuk mengajarkan daur ulang sampah dan kepada anak-anak Bataria School di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Mandala Medan, 5 Desember 2018.  Sekitar 56 anak hadir terlibat langsung dalam aktivitas daur ulang ini. 
Tebarkan Cinta Kasih ke Segala Penjuru

Tebarkan Cinta Kasih ke Segala Penjuru

08 Februari 2018
Pekan lalu, Minggu, 4 Februari 2018, Tzu Chi Tangerang menyelenggarakan Pemberkahan Akhir Tahun 2017 di Ehipassiko School. Acara yang dimulai pukul 14.00 WIB ini diikuti sekitar 300 orang, yang terdiri dari para relawan, siswa-siswi, orang tua murid, dan tamu undangan.
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -