Berbagi Kasih untuk Nenek Dalia

Jurnalis : Fithria Calliandra (Tzu Chi Cabang Sinar Mas), Fotografer : 3in1 Xie Li Indragiri

Relawan Tzu Chi dan para Dharma Wanita membawa bantuan paket sembako untuk nenek Dalia.

“Cinta seorang ibu kepada anaknya berlangsung sepanjang masa, namun sebuah pemberian yang hanya berupa materi tidak menjadi milik anak. Dan cinta seorang anak akan tetap bersama ibunya untuk selamanya, meskipun fisik seoarng anak tidak berada di sisi ibunya”
 -Kata Perenungan Master Cheng Yen-

Cerahnya matahari pagi mengiringi semangat langkah para relawan Tzu Chi dan Dharma Wanita Tzu Chi Cabang Sinar Mas Xie Li Indragiri menuju ke sebuah rumah sederhana di Jalan Pasar KM 5, Desa Bagan Jaya, Kecamatan Enok. Rumah ini milik Dalia, seorang nenek yang sudah berusia 83 tahun.

Mengetahui ada yang berkunjung, nenek Dalia segera mempersilahkan masuk ke rumahnya. Ia menyambut baik kedatangan para relawan Tzu Chi. Di dalam rumah sederhana ini terdapat busa kasur tidur dengan bantal guling dan selimut. Selain itu ada lemari plastik juga peralatan memasak seadanya. Terlihat tungku arang yang digunakan untuk memasak. Nenek Dalia masih memasak dengan menggunakan tungku arang, itu saja jika ada bahan bahan yang bisa dimasak untuk makan pada hari itu.

Jiko ado bahan yo aku masak tapi kadang tetanggo juga sering kasih makanan untukku,” ujarnya dengan logat Melayu campur Palembang yang kental.  

“Dulu berduo dengan kakek, merawat kakek yang sering sakit-sakitan, kakek sudoh ninggal 4 tahun lalu, jadi nenek sendirian. Rumah asli nenek di sebelah. Sudoh rusak terus dibangun lah samo pak Wali (sebutan warga untuk kepala desa setempat) dan wargo, jadilah rumah yang sekarang nii. . .” cerita nenek Dalia kepada para relawan sembari sesekali mengusap mata yang sebelah kanan karena gatal dan merah akibat gejala penyakit katarak.

Kebersamaan relawan bersama nenek Dalia dan Maimunah saat memberikan bantuan.

Nenek Dalia memiliki tujuah anak.  Dua sudah meninggal saat masih kecil, lalu empat anak pergi merantau dan satu lagi tinggal di rumah yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Rumah nenek yang sudah usang dan tidak layak huni membuat kepala desa, kepala dusun, Ketua RT, Ketua RW, dan warga setempat tergerak hati nuraninya untuk membangun rumah nenek Dalia secara swadaya. Meskipun kecil tetapi rumah ini sangat layak huni.  Rumah yang dibangun ini dilengkapi ruang untuk tidur, dapur, dan kamar mandi. Rumah mungil ini sesuai untuk nenek Dalia yang sudah renta dan hidup seorang diri.

“Sangat terharu mendengar cerita bahwa aparatur desa dan warga sekitar bergotong royong membangun rumah nenek. Mencerminkan rasa kepekaan dan kepedulian yang tinggi di desa ini,” ujar Dini Sri Anggita salah seorang relawan Dharma Wanita.

Di tengah kunjungan relawan, Maimunah (45), salah satu anak nenek Dalia datang. Ia tinggal tak jauh dari rumah nenek Dalia bersama anak laki-lakinya yang bekerja membantu usaha pembuatan batako milik salah seorang warga sekitar. Maimunah menjadi orang tua tunggal 10 tahun terakhir. Oleh karena itu kehidupan Maimunah juga terbatas.

“Dulu mamak sempat tinggal di rumah tapi tidak betah dan memilih hidup sendiri. Maklum kondisi ekonomi awak pun tak banyak uang. Kadang awak pun datang lihat nenek di rumah sambil bawa bahan makanan tuk dimasak,” tuturnya kepada relawan.

Anak nenek Dalia ada yang bekerja di Batam, Palembang, dan Pekanbaru. Mereka tidak sering pulang. Bahkan termasuk ketika lebaran tiba.

Agustina Melisa terlihat sangat terharu dan meneteskan air mata karena teringat dengan ibunya pada saat melihat nenek Dalia.

Agustina Melisa ingin sekali memeluk nenek dan kemudian memeluk nenek Dalia.

“Bu selagi orang tua kita terutama ibu kita masih ada, masih hidup jangan lupa sering berkunjung walaupun hanya sekedar untuk melihat nenek, apalagi ibu rumahnya paling dekat. Kami relawan semua ini orang perantauan, susah jika ingin melihat orang tua setiap hari, hanya setahun sekali pulang, jadi ibu bisa bayangkan betapa rindunya kami dengan orang tua masing masing,” ujar Agustina Melisa, salah satu relawan sambil mengusap air mata yang menetes karena teringat kepada ibunya.

”Terus jangan lupa juga setiap datang membersihkan rumah nenek terutama dapur dan kamar mandi supaya rumah nenek terjaga kebersihannya dan nenek sehat terus. Nenek jelas tidak bisa membersihkan rumahnya sendirian karena sudah tua,” sambung Elly Damanik, relawan yang lain.

Foto bersama antara relawan, nenek Dalia, dan Maimunah.

Dalam kunjungan kasih ini, relawan Dharma Wanita memberikan bantuan bahan pangan berupa beras, minyak goreng, telur, mi instan, gula pasir, teh celup, serta beberapa deterjen untuk mencuci.

“Bahagia sekali bisa bertemu dengan nenek Dalia dan melihat keseharian nenek yang tinggal sendirian di rumah ini. Semoga dengan bantuan ini dapat bermanfaat dan meringankan beban nenek Dalia,” ungkap Darmawati Sembiring penuh harap.

Terimo kasih nenek ucapkan tuk ibu-ibu, semoga semua sehat-sehat. Terimo kasih sudah nak liat nenek jugo kasih sembako,” ujar nenek Dalia dengan wajah bahagia.

Foto Relawan di depan rumah nenek Dalia pada saat akan pamit pulang.

Perasaan yang sangat haru dan bahagia ketika melihat senyuman terpancar dari wajah nenek pada saat menerima bantuan. Banyak hikmah yang bisa diambil dari kunjungan kasih kali ini yaitu tentang perlunya setiap saat untuk kita memperhatikan dan berbakti kepada kedua orang tua. Terlebih lagi apabila orang tua kita masih diberikan umur, maka kita diberikan kesempatan yang sangat luar biasa jika dapat membahagiakan dan membalas budi kedua orang tua sebelum penyesalan datang terlambat. Karena penyesalan yang datang terlambat tidak berguna sama sekali.

Sesuai dengan Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dunia ini : pertama, berbakti pada orangtua ; kedua, berbuat kebajikan.”

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Mendayung Sampan Hingga Sukses

Mendayung Sampan Hingga Sukses

19 April 2018
“Kita bisa, kita pasti bisa. Kita akan raih bintang-bintang,” penggalan lirik lagu Yovie and Nuno berjudul Wae Wa Eo ini menggambarkan sosok Silvi Djuwita, salah satu Anak Teratai Tzu Chi Pekanbaru. Anak Teratai adalah sebutan untuk anak-anak yang dibantu biaya pendidikannya oleh Tzu Chi Pekanbaru.
Perhatian Tulus Relawan Tzu Chi kepada Para Gan En Hu

Perhatian Tulus Relawan Tzu Chi kepada Para Gan En Hu

15 Juni 2022

Mendampingi para Gan En Hu agar dapat menjalani hidup yang lebih baik dan lebih mandiri, merupakan salah satu tugas dari relawan di misi amal Tzu Chi.

Berbagi Kasih dengan Opa dan Oma di Panti Tresna Werdha Nirwana Samarinda

Berbagi Kasih dengan Opa dan Oma di Panti Tresna Werdha Nirwana Samarinda

12 Februari 2024

Komunitas Relawan Tzu Chi APP Regional Kalimantan Timur berbagi kasih dengan 110 penghuni panti jompo Tresna Werdha Nirwana Samarinda. 

Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat, akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -