Berbagi Kasih
Jurnalis : Widya (Tzu Ching), Fotografer : Miki Dana, Elysa, Katherine (Tzu Ching)
|
| ||
Panti asuhan ini dihuni oleh 100 orang anak yang terdiri dari 34 anak perempuan dan 64 anak laki-laki yang berusia dari 6 hingga 12 tahun. Sesampainya di panti, kedatangan Tzu Ching disambut dengan hangat oleh anak-anak dan pemimpin panti, H. Tony Heltanto, SH. Setelah acara perkenalan antara anak panti dan Tzu Ching, beliau menjelaskan sedikit tentang “asal-usul” anak pantinya, “Kebanyakan dari mereka tidak dikehendaki oleh orang tuanya sehingga mereka tinggal di panti ini.” Kata-kata ini terdengar pilu di hati bagi yang mendengarnya. Beliau juga berterima kasih dan bersyukur kepada generasi muda Tzu Chi karena telah mengulurkan tangan dengan membantu menyemangati anak-anak yang tinggal di panti. Sebelum memulai kegiatan, Tzu Ching mengajarkan kepada anak-anak untuk menjadi “Pahlawan Penyelamat Bumi” dengan melakukan 1 Hari 5 Kebajikan, antara lain dengan memperbanyak mengonsumsi sayuran, hemat listrik, hemat air, membawa alat makan ramah lingkungan dan menggunakan transportasi yang tidak mencemari lingkungan. Anak-anak di sana kelihatan sangat antusias ketika mendengarkan penjelasan Tzu Ching tentang pelestarian lingkungan. Tidak kalah dengan Tzu Ching, mereka juga berikrar untuk menjadi bagian dalam penyelamatan bumi. Pada kesempatan ini, acara pendekatan ala Tzu Ching pun dimulai dengan games menarik yang dapat mempererat hubungan antara Tzu Ching dan anak-anak panti.
Keterangan :
Selain itu, mereka juga diajarkan untuk menghias celengan bambu dari botol plastik. Dari celengan bambu ini mereka dapat belajar bahwa uang recehan yang disisihkan setiap harinya juga dapat digunakan untuk meneruskan cinta kasih mereka kepada orang lain yang membutuhkan. Para peserta Tzu Ching juga memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi dengan menampilkan bahasa isyarat tangan Xing Fu De Lian (Muka yang Bahagia) dan Sebuah Dunia yang Bersih kepada anak-anak panti. Awalnya anak-anak panti berasa sungkan untuk mengikuti bahasa isyarat tangan yang ditampilkan, tetapi setelah melihat kakak-kakak Tzu Ching dengan semangat memperagakannya, mereka menjadi tidak sungkan untuk mengikuti bahasa isyarat tangan tersebut, senyum pun terpaut indah di wajah mereka. Tidak terasa 3 jam berlalu dengan sangat cepat, acara penutupan ditutup dengan pembagian suvenir dan peragaan bahasa isyarat tangan Kita Satu Keluarga bersama-sama. Walaupun kami berbeda suku, agama, ras, dan tidak memiliki hubungan darah sama sekali tetapi anak-anak panti tersebut tidak lagi kesepian karena mereka sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Tzu Ching juga menyumbangkan obat-obatan, sembako dan alat-alat tulis kepada pengurus panti untuk kebutuhan anak-anak di sana. Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan, tetapi perpisahan ini bukan berarti kami tidak akan bertemu lagi, perpisahan hanyalah nasihat agar saat bertemu kembali hubungan kami dapat menjadi lebih akrab.
Keterangan :
Pada kesempatan yang baik dalam menjalin jodoh ini, banyak peserta yang baru pertama kali mengikuti kegiatan Tzu Chi, seperti salah satunya Megi Shijie beranggapan bahwa dari interaksi jalinan jodoh dengan anak-anak panti ini, dia menjadi lebih bersyukur atas karunia yang diperoleh. Selain itu, kunjungan ini seperti menyadarkan hatinya untuk lebih berbakti kepada orangtuanya sebelum terlambat. Akhuang Tong Xue juga merasakan adanya kebersamaan dan kehangatan antara Tzu Ching dan anak-anak panti, “Terutama saat pembagian suvenir, rasa haru dan senang menyelimuti ketika melihat tawa mereka karena dapat membantu mereka berbagi kebahagiaan.” Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Melihat penderitaan jadi mengerti untuk bersyukur.” Setelah kita menyaksikan penderitaan dan ketegaran anak-anak panti, dari sini kita dapat menyadari betapa diberkahinya diri kita masing-masing, oleh karena itu kita harus dapat memupuk kebijaksanaan dalam keberkahan ini. Ketegaran anak-anak panti ini dapat menjadi teladan bagi kita semua. | |||