Berbagi Kebahagiaan di Dalam Satu Keluarga

Jurnalis : Imelda Kristanti (Tzu Chi Surabaya), Fotografer : Relawan Tzu Chi Surabaya
 
 

foto Di acara Zhao Gu Hu kembali ke rumah Tzu Chi , para Zhao Gu Hu mendapat sosialisasi mengenai misi dan visi Tzu Chi.

Semangat cinta kasih untuk  meringankan beban warga  yang kurang mampu  menjadi semangat  bagi  insan Tzu Chi dalam menjalankan misi bakti sosialnya. Meski demikian, tidak hanya bantuan materi saja yang diberikan, namun juga perhatian, kasih sayang dan jalinan keakraban sebagai satu keluarga.  Karena itulah pada  hari Sabtu, tanggal 15 Desember 2012, Yayasan Buddha Tzu Chi Surabaya kembali mengadakan acara “Zhao Gu Hu  (penerima bantuan Tzu Chi) pulang ke rumah Tzu Chi’.

 

Bila sebelumnya acara serupa diselenggarakan di Hall Mangga Dua center, Jl. Jagir Wonokromo No.100. Surabaya, maka kali ini acara diselenggarakan di Depo  Pelestarian Lingkungan Yayasan Buddha Tzu Chi Surabaya yang mana tujuannya adalah untuk memanfaatkan fasilitas yang ada, bukan hanya sebagai tempat memilah sampah namun juga dapat digunakan untuk menyelenggarakan acara.

Dalam acara  Zhao Gu Hu pulang ke Rumah Tzu Chi, para Zhao Gu Hu  diundang  ke rumah Tzu Chi untuk lebih mengenal Tzu Chi, sekaligus mempererat jalinan kasih dan keakraban. Tercatat sekitar  38 orang Zhao Gu Hu hadir di acara ini yang berasal dari berbagai wilayah di kota Surabaya, antara lain warga Perak Utara, daerah Surabaya Timur, Surabaya Pusat dan juga Surabaya Barat. Acara dimulai pada pukul 16.00 WIB, diawali dengan ramah tamah sambil diiringi lagu “Selamat datang ke Tzu Chi”. Acara kemudian dilanjutkan dengan permainan dan menari bersama relawan. Di sesi ini para Zhao Gu Hu nampak sangat antusias dan gembira menari bersama-sama.  

Setelah itu acara dilanjutkan dengan pembabaran tentang sejarah celengan bambu yang merupakan bentuk bantuan awal Tzu Chi. Hakim Shixiong sebagai pembawa acara mengungkapkan, “Kita harus senantiasa bersama-sama saling menolong, menumbuhkan dan menyebarkan cinta kasih, tanpa memandang suku, agama.  Meski hidup serba kekurangan juga tetap membantu orang lain. Ingat akan pesan Master Cheng Yen untuk selalu membantu sesama, meski dengan dana yang kecil, yang penting adalah keikhlasan”. 

Like Shijie, relawan Tzu Chi Jakarta, yang pada saat itu juga hadir di acara menambahkan “Kita harus menjadi orang yang kaya batinnya, berdana bukanlah hak milik orang kaya, tetapi milik orang yang memiliki cinta kasih”.  Selain itu, Like juga menjelaskan makna panggilan Shixiong – Shijie dan berharap panggilan tersebut dapat membuat relawan dan penerima bantuan menjadi lebih akrab.

foto   foto

Keterangan :

  • Para relawan juga mengajak para Zhao Gu Hu untuk lebih rileks dengan melakukan gerakan isyarat tangan (kiri).
  • Relawan Tzu Chi juga memberikan celengan bambu dengan harapan para Zhao Gu Hu juga dapat menciptakan berkah untk orang lain yang membutuhkan (kanan).

Dalam acara ini relawan juga memberikan celengan bambu kepada para Zhao Gu Hu, lalu dilanjutkan dengan makan bersama dan diakhiri dengan pembagian sembako. Di dalam sesi sharing relawan, beberapa relawan mengungkapkan kebahagiaannya  mengikuti acara ini, seperti yang diungkapkan oleh Becky Shijie  terhadap seorang anak bernama Dila (Zhao Gu Hu yang tinggal di Wonokromo, Surabaya).  “Dila sejak lahir menderita sakit cacat mental dan duduk di kursi roda, dahulu hanya bisa tidur, tubuhnya harus diikat agar tidak jatuh, sekarang sudah jauh lebih baik, dan mulai bisa mengerti kata-kata orang serta bisa bangun sendiri,” Terang Becky.

Selain itu ada pula sharing dari Like Shijie, yang pada saat acara merasa trenyuh sekali melihat seorang Zhao Gu Hu , seorang nenek berusia lanjut yang tidak mau makan. Saat ditanya, nenek tersebut mengungkapkan bahwa beliau teringat cucunya yang belum makan, dan ingin makan bersama cucunya di rumah, karena itu ia menolak untuk makan.  Mendengar hal itu, salah seorang relawan Tzu Chi mengatakan bahwa beliau tidak perlu khawatir, karena nantinya tetap dapat membawa pulang makanan lagi untuk cucunya.  Hal ini tentunya mengingatkan kita akan betapa berharganya bantuan kecil yang diberikan bagi orang lain.

Di bagian terakhir sesi sharing relawan, Yenny Shijie yang selaku koordinator acara juga mengungkapkan perasaannya; “ Saya sangat bahagia, karena para Zhao Gu Hu juga mau hadir di acara ini, bahkan tadi saya melihat ada yang untuk berjalan saja sudah susah, tetapi mau menyempatkan diri untuk tetap hadir dan bergembira mengikuti acara bersama-sama. Melihat mereka berbahagia mengikuti acara ini, adalah merupakan kebahagiaan bagi saya,” ujar Yenny.

Inilah yang dinamakan kebahagiaan yang terjalin antara pemberi bantuan dan penerima bantuan.  “Bantuan yang diberikan tanpa pamrih akan disambut dengan sukacita oleh penerima bantuan. Rasa sukacita ini dapat menghilangkan kelelahan jiwa dan raga yang dirasakan pemberi bantuan.” (Kata Perenungan Master Cheng Yen). 
by; Imelda Kristanti

  
 

Artikel Terkait

Dukungan Moril Saat Duka Merundung

Dukungan Moril Saat Duka Merundung

27 Desember 2018
Relawan Tzu Chi menggelar doa bersama di Rumah Duka Boen Tek Bio, Tangerang untuk mengenang Almarhum WS. Teguh Soetrisno, ayah dari Teguh Ika Rohyani, guru budaya humanis SD Cinta Kasih Tzu Chi, dan Teguh Rachmawati, relawan Tzu Chi yang meninggal karena tsunami Selat Sunda.
Bersumbangsih Untuk Sesama

Bersumbangsih Untuk Sesama

16 Desember 2014 Ani adalah salah seorang yang rutin mengikuti Gathering Gan En Hu. Ani datang mewakili ibu mertuanya, Margaretha Tumtum, untuk menerima dana bantuan.
Budaya Humanis Para Calon Relawan

Budaya Humanis Para Calon Relawan

24 Maret 2010
Suasana mengesankan juga ditampilkan oleh para calon relawan. Saat diminta untuk mengosongkan ruangan dengan memindahkan kursi dan meja ke tempat yang ditunjuk, mereka melakukannya tanpa menimbulkan suara. 
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -