Relawan Tzu Chi memberikan paket cinta kasih menyambut Natal bagi para murid dan guru SLB Kasih Bunda Jakarta.
Sebanyak 36 relawan Tzu Chi berbagi kebahagiaan menyambut Natal dan Tahun Baru bersama anak-anak Sekolah Luar Biasa (SLB) Kasih Bunda yang terletak di Jl. Duri Selatan No.37, RT.5/RW.2, Duri Sel., Kec. Tambora, Kota Jakarta Barat hari Minggu 17 Desember 2022. "Kegiatan (berbagi kasih Natal) di Sekolah Kasih Bunda ini awalnya terselenggara tahun 2019. Saya merasa tersentuh dengan anak-anak di sini, suka keluar air mata ketika melihat mereka, makanya setiap tahun saya mengajak relawan kemari untuk menghibur merek. Di sini juga kita dapat belajar bahwa mengajar anak sendiri saja kadang susah, tetapi disini (SLB Kasih Budn) harus lebih sabar mengajarinya," kata Florentina Limanto, penggagas kegiatan ini.
Seperti kata Master Cheng Yen, “Setiap orang pasti memiliki kekurangan, jika tidak terlalu dipermasalahkan maka setiap orang adalah orang baik”. Dan di SLB ini Kekurangan juga tidak menjadi masalah untuk anak-anak. Meski berketerbatasan fisik, anak-anak ini tetap berprestasi dalam berbagai bidang perlombaan. Untuk mengapresiasi semangat dan tekad mereka menembus keterbatasan, para relawan memberikan penghargaan atas 16 prestasi yang para siswa raih.
Cicilia menyanyikan lagu “Bunda” dengan sangat indahnya didampingi Henny Chan.
Ketua He Qi Pusat Johan menyerahkan penghargaan dan berfoto bersama salah seorang anak yang berprestasi.
Setelah pemberian penghargaan, salah satu anak bernama Kevin maju membawakan puisi yang berjudul Selamat Datang Tuhan, dilanjutkan Cicilia (11 tahun) membawakan lagu Bunda. Suara indah mengalir dari bibir mungil bungsu dari 6 bersaudara yang duduk di kelas 5 sekolah dasar ini. Cicilia yang penyandang tunanetra ini menyukai seni musik, bernyanyi, dan bermain piano.
Saat Cicicila menyanyikan lagu Bunda, terlihat beberapa peserta yang hadir menitikkan air mata. "Saya sudah beberapa tahun bersekolah di sini, sekarang sudah mulai bisa berhitung dan membaca huruf Braille. (Saya) senang sekolah disini gurunya juga ramah sabar. Saya suka bernyanyi dan mendengarkan musik karena keterbatasan penglihatan mata saya, yang sejak kecil hanya bisa melihat cahaya, tetapi saya tetap bersyukur memiliki mama dan saudara yang menyayangi saya. Hari ini saya kemari diantar cici saya," ungkap Cicilia. Tidak ada penyesalan ataupun kemarahan dari raut wajahnya, yang ada hanya keceriaan menerima kenyataaan keterbatasan yang dialaminya.
Relawan Tzu Chi Lie Fie Lan mendampingi salah seorang anak memainkan games suasana hati saat ini, bahagia ataukah tidak.
Relawan Tzu Chi menghibur anak-anak dan guru SLB Kasih Bunda.
Wahyu, salah seorang guru mengungkapkan perasaannya selama 23 tahun mengajar. “Dimana-mana (dalam) mengajar dibutuhkan kesabaran, disini pun demikian, anak-anak disini dengan kemampuan yang berbeda ada yang ringan ada yang sangat kurang kemampuannya. Setiap tahunnya ada sekitar 100 anak, dengan total pengajar 14 guru. Disini kami mengajarkan menulis, berhitung dengan sistem individu classic, jadi mengajarnya per anak sesuai kemampuan mereka. Walaupun disini serba kekurangan, tetapi jika niat baik pasti dilancarkan, terkadang bahkan hampir tiap bulan kita defisit, pernah sampe kurang 30 juta, kita semua guru-guru sudah pusing memikirkan gimana beresinnya, keajaiban loh sampe akhir bulan entah bagaimana cara Tuhan bertindak, nutup saja tiga puluh juta diakhir bulan, kita semua bersyukur sekali," ujarnya sambil berkaca-kaca menceritakan suka duka di SLB Kasih Bunda.
Patricia didampingi salah seorang guru tampak berpastisipasi bermain games bola pingpong
Florentina Limanto membacakan pesancinta kasih pembukaan acara SLB
Untuk memeriahkan acara, kegiatan diisi dengan memperagakan isyarat tangan (shou yu) bersama anak-anak dan games kebersamaan yang melibatkan relawan dan para orang tua. Patricia usia 17 tahun hadir didampingi maminya Li Cu. Patricia sudah bersekolah di SLB ini sejak sekitar 7 tahun lalu. "Patricia anak saya satu-satunya, dahulu hanya terapi tetapi sekarang sudah ada perubahan sejak sekolah disini, harus bersabar walau kadang lelah, saya tidak bekerja hanya fokus menjaganya agar kelak bisa mandiri," ujar Mami Li Cu sambil merangkul putrinya.
Gembira, senang, dan suasana haru tercipta dalam kegiatan itu. Terlebih para relawan juga telah menyiapkan 120 paket bingkisan yang terdiri dari beras 5 kg, minyak 2 liter, gula 1 kg, masker 1 kotak dan biskuit 1 kaleng serta box makan siang untuk dibagikan kepada para murid dan guru.
Editor: Hadi Pranoto