Berbagi Kebaikan Xiang Ji Fan
Jurnalis : Lydia Tjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan), Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)Diceritakan pada zaman dulu di daratan Cina, di negara Chu hidup seorang menteri yang juga merupakan seorang pujangga bernama Qu Yuan yang sangat dicintai dan dihormati oleh rakyatnya. Namun, dikarenakan sang kaisar ingin bergabung dengan negara tetangga Qin, Qu Yuan yang tidak menyetujui hal ini diasingkan bahkan dituduh berkhianat terhadap negara. Beberapa tahun kemudian, negara Chu dijajah oleh negara Qin. Dalam keputusasannya, Qu Yuan akhirnya bunuh diri dengan menenggelamkan diri ke sungai Miluo. Begitu mengetahui hal ini, rakyat bergegas naik ke kapal dan melayari sungai untuk mencari jasad Qu Yuan. Namun jasad Qu Yuan tidak ditemukan. Dikarenakan rasa cinta rakyat yang besar terhadap Qu Yuan, mereka membuat nasi kepal dan membuangnya ke dalam sungai dengan harapan ikan-ikan yang menghuni disungai hanya akan memakan nasi kepal dan membiarkan jasad Qu Yuan tetap utuh.
Sejak saat itu, setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan lunar, diadakan festival Duan Wu atau umumnya disebut perayaan bah chang untuk mengenang kembali peristiwa tersebut. Tradisi yang sudah cukup tua tersebut tidak hanya dirayakan di negeri Cina saja, namun juga di seluruh dunia. Pada tanggal 5 bulan 5 ini, orang orang merayakannya dengan membuat nasi kepal atau disebut juga chang. Beberapa hari menjelang festival Duan Wu atau festival Bah Chang (chang non vegetarian), beberapa relawan Tzu Chi Medan mulai mempersiapkan bahan untuk membuat Shu Chang (Chang vegetarian). Shu Chang yang akan dibuat oleh relawan berbeda dengan chang pada umumnya, dimana bahan dasarnya menggunakan nasi instan Jing Si (Xiang Ji Fan).
Proses pembuatan bakcang ini memakan waktu 3 hari, menghasilkan 1065 buah chang.
Asal usul Nasi Instan Jing Si
Nasi instan Jing Si atau dalam bahasa mandarin dikenal dengan sebutan Xiang Ji Fan (香濟飯), pada awalnya dibuat dengan tujuan untuk dibagikan ke daerah yang terkena bencana. Suatu ketika, pada masa bantuan bencana di Cina, Master Cheng Yen melihat seorang warga yang sudah lanjut usia berjalan beberapa kilometer hanya untuk mencari makan. Hal ini membuat hati Master merasa tidak tega. Master Cheng Yen yang khawatir dengan kondisi bencana dimana sulit untuk mendapatkan fasilitas memadai untuk mempersiapkan makanan, menginginkan makanan yang bisa diolah dengan mudah dengan fasilitas yang minimum. Mendengar harapan Master, bhikkuni di Griya Perenungan berusaha keras menciptakan apa yang diinginkan oleh Master.
Setelah melewati kegagalan berulang kali dan menghabiskan banyak beras selama proses uji coba, akhirnya bhikkuni Jing Si (sebutan untuk bhikkuni yang tinggal di Griya Perenungan) berhasil mewujudkan harapan Master. Nasi instan Jing Si sudah bisa dikonsumsi hanya dengan menambahkan air hangat, bahkan air biasa. Relawan yang mengetahui bahwa Xiang Ji Fan memiliki banyak manfaat, seperti mudah diproses, tidak menggunakan bahan kimia dan pengawet, ingin memperkenalkan kebaikan nasi ini kepada masyarakat. Selain kemudahan dalam mempersiapkan makanan, relawan juga bisa menggunakan waktu yang sudah dihemat untuk mendengarkan Dharma Master.
Berawal dari perlombaan menggunakan bahan dasar produk Jing Si yang diselenggarakan oleh relawan Tzu Chi Medan tahun 2013, hasil dari kreativitas relawan berupa resep-resep telah disharingkan kepada banyak orang. Salah satunya adalah Chang yang menggunakan bahan dasar Xiang Ji Fan. Maka pada tahun ini, bertepatan dengan festival Chang, relawan menjual chang vegetarian kepada teman dan keluarga. Melalui hal ini, relawan mengharapkan agar masyarakat semakin mengenal manfaat dan kebaikan dari Xiang Ji Fan.
Sebanyak 19 relawan bekerja sama mencuci daun, mempersiapkan bahan, memasak, membungkus serta mengukus chang.
Penjualan Chang Vegetarian
Maka dimulailah proses pembuatan chang. Relawan yang berjumlah 19 orang bekerja sama mencuci daun, mempersiapkan bahan, memasak, membungkus serta mengukus chang. Bahan-bahan isi chang seperti daging nabati, biji kenari, cabai, jamur, bawang goreng dimasukkan satu persatu oleh relawan. Meskipun hal ini memakan waktu yang panjang dan cukup melelahkan, namun tidak ada keluhan yang terdengar, malah suara tawa dan ekspresi puas terlukis di wajah relawan.
Seperti balita yang baru belajar berjalan, akan mengalami jatuh beberapa kali. Proses pembuatan chang juga menemui kendala pada awal pembuatannya. Dikarenakan kurangnya pengalaman dalam membuat chang menggunakan Xiang Ji Fan, beberapa chang mengalami kegagalan. Meskipun demikian, hal ini membuat relawan tidak putus asa. Melakukan sesuatu dengan sepenuh hati membuat seseorang menjadi ahli . Mereka mencoba lagi sehingga pada akhirnya berhasil.
Relawan menggunakan bahan utama berupa nasi instan jing si yang dikenal dengan nama Xiang Ji Fan untuk membuat chang. Dalam hal ini relawan mengharapkan agar Xiang Ji Fan lebih dikenal lagi oleh khalayak umum.