Berbagi Kesehatan untuk Generasi Masa Depan

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wuladari
 
 

fotoDyan Aryani Shijie menghibur para murid yang sedang menunggu giliran untuk dipriksa pada baksos kesehatan umum, sabtu, 26 mei 2012, di SD. Dinamika, bantargebang, Bekasi.

Matahari begitu cerah menyapa, kondisi jalanan juga tampak lengang walaupun sesekali mobil berlalu-lalang di jalan bebas hambatan ini. Wajar saja jalanan terlihat agak rapi dari biasanya karena hari ini adalah hari sabtu, hari libur bagi para pekerja yang telah menghabiskan senin hingga jumatnya di kantor. Namun hari sabtu adalah hari kerja bagi para relawan Tzu Chi, pasalnya banyak kegiatan yang justru diadakan pada hari sabtu maupun minggu.

 

 

Seperti sabtu, 26 mei 2012 lalu. Para relawan yang tergabung di He Qi Selatan, tengah besibuk ria mengadakan baksos umum bagi para murid SD Dinamika, Bantargebang, Bekasi. SD yang terletak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang ini, terlihat biasa saja, tidak ada kesan kumuh dari tempat ini. Hanya saja bau aroma khas dari sampahlah yang menyambut kedatangan kami, wajar saja karena jarak antara SD tersebut dengan gunungan sampah hanya sebatas beberapa ratus meter saja.

Baksos ini merupakan baksos ketiga yang dilakukan di SD Dinamika. Kali ini baksos diikuti oleh 201 orang yang terdiri dari 199 murid SD Dinamika dan ditambah satu balita serta satu guru. Dimulai dari pukul 9 pagi para murid telah siap dan menunggu giliran mereka untuk diperiksa, sambil ditemani oleh satu relawan, Dyan Aryani Shijie  mengajak mereka bernyanyi lagu anak-anak layaknya Pelangi dan Potong Bebek Angsa. Para murid terlihat sangat antusias, menyanyikan lagu-lagu tersebut. Ditambah dengan candaan-candaan menggelitik, para murid menjadi sangat terhibur dan tertawa riang.

foto    foto

Keterangan :

  • Pemeriksaan dilakukan menyeluruh dalam upaya screening mengenai bagaimana kondisi kesehatan para murid (kiri).
  • Para murid tengah melihat penyuluhan mengenai hidup sehat, makan sehat, pemberantasan sarang nyamuk dan penggunaan MCK yang baik (kanan).

Selesai mengantri, giliran pemeriksaan pun tiba, selesai periksa, masing-masing anak mendapatkan minuman dan makanan ringan. Kembali senyum merekah pada masing-masing anak, banyak anak yang hanya memegangi makanan mereka, tidak seperti anak-anak kebanyakan yang apabila mendapat makanan pasti akan langsung dilahap. “Buat adik di rumah,” jawab Ega, salah satu murid kelas 2 SD saat saya bertaya mengapa makanannya tidak dimakan. Jawaban tersebut membuat saya berfikir bahwa bagus sekali sifat ini, mereka masih ingat untuk berbagi pada saudara walaupun makanan yang mereka dapatkan tidaklah banyak. Sungguh patut untuk dicontoh.

Kegiatan hari itu tidak hanya sampai disana saja, masih ada satu rangkaian lagi yaitu penyuluhan. Bagi para murid yang telah diperiksa, lalu mereka dituntun memasuki ruang kelas IV guna diberikan penyuluhan mengenai beberapa hal. Antara lain penyuluhan mengenai hidup sehat, makan sehat, pemberantasan sarang nyamuk dan penggunaan MCK yang baik. Dengan penyuluhan semacam ini diharapkan anak-anak dapat menerapkannya dikehidupannya sehari-hari.

foto   foto

Keterangan :

  • Ega (berseragam pramuka) bersama salah satu temannya memberikan teladan berbagi, lebih baik menyisihkan makanan yang didapatnya untuk adiknya daripada memakannya sendiri (kiri).
  • Para tim dokter dan relawan melakukan evaluasi mengenai kegiatan yang baru saja dilakukan (kanan).

Dr. Luman sendiri memberikan penjelasan mengenai perlunya kesehatan secara garis besar bagi setiap manusia. “Kebutuhan manusia dalam segi kesehatan sendiri secara garis besar ada 3 yaitu dari segi lingkungan, diri sendiri dan segi sosial ekonomi, ini biasa dilihat seperti triangle yang saling berkaitan,” ujarnya. “Pertama memang lingkungan dulu yang harus dibenahi, dan apabila kita melihat lingkungan di sekitar sini tentunya masih sangat kurang memadai. Jadi lebih baik dibuatkan sarana MCK, dan bagaimana disediakan pembuangan limbah yang menunjang supaya para warga yang tinggal juga tidak terlalu kontak dengan kontaminasi-kontaminasi lain,” paparnya.

Lebih jauh dr.Luman juga menjelaskan bagaimana kebutuhan bagi diri masing-masing anak. “Untuk diri sendiri harus dibantu dengan makanan-makanan yang bergizi dan pola hidup bersih juga sangat penting untuk menunjang kesehatan mereka,” jelasnya. Namun bagi warga setempat, pemenuhan gizi tersebut sangatlah minim karena kebanyakan dari warga lebih baik memakan-makanan sisa yang biasa mereka temukan atau mereka cari di TPA tersebut. “Seseorang yang terpapar dengan satu hal secara konstan, maka dengan sendirinya mereka akan bisa melakukan adaptasi, begitu juga bagi anak-anak disini. Dengan mereka memakan makanan yang sudah tidak layak makan, pertama mungkin akan timbul reaksi seperti sakit perut atau sampai diare. Namun apabila mereka terus diberikan asupan makanan yang sama, maka secara bertahap akan timbul adaptasi pada sistem pencernaannya dan reaksi awal tadi tidak akan timbul lagi,” kata dr. Luman. “Metabolisme pencernaan memang tidak terganggu, namun jangan salah. Masalah lain justru akan timbul pada metabolisme tubuhnya akibat makanan-makanan yang banyak mengandung bakteri tersebut. Meskipun sistem cernanya beradaptasi namun bila kadar kumannya lebih banyak maka daya tahan tubuhnya akan rendah karena kandungan gizi yang kurang sehingga akan menyebabkan si anak akan lebih mudah terkena inveksi usus bahkan juga mudah terkena luka-luka serta rentan terhadap serangan penyakit lainnya,” tuturnya.

Pemeriksaan seperti in seharusnya dilakukan rutin untuk menjaga kondisi kesehatan anak-anak, apalagi mereka termasuk dalam golden age dimana pertumbuhan dan perkembangan mereka sangat pesat pada masa ini. Dr. Luman juga menambahkan bahwa pemeriksaan kali ini adalah pemeriksaan menyeluruh atau bisa juga merupakan penapisan (screening) kondisi kesehatan dari para murid. “Jadi disini kita lihat dahulu, apabila diantara mereka ada yang berindikasi mempunyai gangguan kesehatan maka akan dilakukan pengobatan secara continue dan bagi mereka yang kondisinya masih bagus akan diberikan penyuluhan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kondisi imunitas tubuhnya,” pungkas dr. Luman.

  
 

Artikel Terkait

Waisak di Bumi Parahyangan

Waisak di Bumi Parahyangan

14 Mei 2010
Kerap kali bunyi gong terdengar di keramaian bazar, itu tandanya para pengunjung bazar tidak hanya membeli barang dan makanan saja, tetapi menyisihkan sebagian uangnya untuk pembangunan Aula Jing Si  Bandung.
Teladan bagi Buah Hati

Teladan bagi Buah Hati

14 Desember 2008 Di Indonesia, dulu, usia pernikahan tergolong dini. Banyak perempuan berusia belasan tahun yang sudah melahirkan anak. Bagaimana cara mereka mendidik anak, adalah sebagaimana orangtua dulu mendidik mereka. Tapi sekarang, proses mendidik anak memiliki tantangannya sendiri. Perubahan zaman membuat rasa hormat anak pada orangtua semakin berkurang, begitu pula kemampuan orangtua untuk memberikan bimbingan pada anak semakin menurun.
Saling Bekerja Sama, Mengantisipasi Banjir di Jakarta

Saling Bekerja Sama, Mengantisipasi Banjir di Jakarta

19 November 2020

Agung Sedayu Group memberikan bantuan 8 unit perahu dengan mesin berkapasitas 20 PK kepada Kodam Jaya, Rabu, 18 November 2020 di Gedung Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah, Cililitan, Jakarta Timur. Relawan Tzu Chi yang menjadi mitra TNI dalam bantuan bencana turut hadir menyaksikan penyerahan bantuan.

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -