Berbagi Ladang Berkah dan Saling Menguatkan
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariRelawan Tzu Chi, Sabtu, 16 Mei 2015 mengunjungi Nepalese Army Wives Association, Kathmandu untuk membantu mengepak dal dan beras yang akan didistribusikan bagi korban gempa di wilayah Naglabhare di Distrik Kathmandu dan wilayah Sertung di Distrik Dhading.
Hari masih pagi saat para relawan duduk berhadap-hadapan dengan masker menutupi hidung mereka. Satu dari mereka memegang baskom berwarna biru dan satu lainnya memegang plastik dengan warna yang sama. Sayu-sayu perbincangan mereka terdengar diiringi lagu-lagu Tzu Chi sembari tangan mereka meraup Dal (kacang-kacangan) dengan baskom dari dalam sak dan kemudian menuangkannya ke dalam plastik. “Ci Bei Shijie, can you take a picture of us?” ucap salah satu relawan asal Taiwan memanggil saya. Nama Ci Bei mereka berikan kepada saya karena bagi mereka sangat susah untuk memanggil saya dalam sebutan Metta. Saya mengambil foto mereka dengan senyum senang, itu karena senyum mereka juga mengembang dalam melakukan kegiatan.
Hari itu sekitar 10 orang relawan yang terdiri dari relawan Tzu Chi Indonesia, Malaysia, dan Taiwan yang datang mengunjungi Nepalese Army Wives Association, Kathmandu. Mereka datang untuk membantu para tentara Nepal mengepak barang yang akan didistribusikan ke beberapa wilayah gempa. Ada sebanyak 300 sak beras seberat 6 kg untuk wilayah Naglabhare di Distrik Kathmandu dan 500 sak beras seberat 10 kg untuk wilayah Sertung di Distrik Dhading. Beras ini nanti akan diberikan bersama dengan Dal yang dikemas langsung oleh relawan dan juga garam.
Sebanyak 800 bungkus dal disiapkan untuk dibagikan kepada warga. Jumlah ini sesuai dengan jumlah beras yang juga akan dibagikan.
Setelah lebih dari 2 minggu memberikan bantuan bagi warga Nepal, hari itu, Sabtu, 16 Mei 2015, merupakan hari pertama relawan membantu mengepak barang di Nepalese Army Wives Association. Mereka mengepak Dal dengan riang dan saling bercanda. N. Ghimire, salah satu pimpinan Nepalese Army Wives Association pun menyambut baik kedatangan Tzu Chi dengan menyediakan teh khas Nepal. Bagi Ghimire dan timnya, Tzu Chi sangat membantu mempermudah pekerjaannya. Ia merasa menjadi orang yang diberkahi karena Tzu Chi menyempatkan diri untuk mengunjungi kantornya dan memberikan bantuan. “Kami di sini juga relawan. Dan Anda pun sama, relawan. Kita memiliki visi dan misi yang sama dalam membantu korban. Saya merasa bersyukur,” ujarnya. Ia juga berharap bahwa nantinya warga Nepal dapat tetap tegar dan bisa bangkit kembali.
Sejalan dengan hal tersebut, Huang Fuk Jian, relawan Tzu Chi merasa terharu dengan apa yang diungkapkan oleh Ghimire. Ia berujar bahwa bencana yang datang memang telah membawa Tzu Chi datang ke Nepal dan merajut jalinan jodoh baik antara seluruh relawan Tzu Chi dari berbagai Negara dengan Nepal. Namun demikian, ia berharap bencana tersebut tidak kembali terulang. Relawan Tzu Chi juga membagikan sebuah gantungan bertuliskan Ping An. Gantungan ini merupakan simbol dari doa setiap relawan agar Nepal kembali aman seperti sedia kala. “Semoga semua warga dapat merasakan keamanan dan bisa dengan cepat kembali pulih dan bangkit dari bencana,” harap Fuk Jian dan seluruh relawan.
Usai mengepak beras dan dal, relawan mengajak tim Nepalese Army untuk bersama-sama menyanyikan lagu Satu Keluarga sembari memeragakan isyarat tangannya.
Sesaat setelah mengepak barang, seluruh relawan Tzu Chi dan tim Nepalese Army membuat satu lingkaran di pelataran kantor mereka. Mereka kemudian bersama menyanyikan lagu Satu Keluarga dalam Bahasa Mandarin. Pertemuan pertama relawan Tzu Chi dan tim Nepalese Army agaknya tidak membuat mereka canggung untuk saling mendukung dalam kebaikan termasuk dalam bergembira bersama.
Kesatuan Kerja Sama
Apa yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi menunjukkan kerja sama yang harmonis dari Tzu Chi berbagai Negara yang berkumpul membawa satu visi, membantu sesama yang membutuhkan. Dari berbagai hal yang telah dilakukan oleh relawan Tzu Chi, Master Cheng Yen mengungkapkan banyak terima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi yang turut hadir membantu para korban bencana gempa bumi Nepal yang terjadi 24 April 2015 lalu.
Huang Fuk Jian didampingi Ghimire merasa haru saat menjelaskan arti dari gantungan “Ping An”. Gantungan ini merupakan simbol dari doa setiap relawan agar Nepal kembali aman seperti sedia kala.
Tim Danggap Darurat dan Tim Medis Tzu Chi Indonesia memberikan laporan kepada Master Cheng Yen bahwa tim kloter kedua dari Indonesia telah tiba di Nepal dan siap membantu memberikan bantuan.
Dalam laporan pagi para relawan tanggap darurat di Nepal, Sabtu 16 Mei 2015, Master Cheng Yen berpesan kepada relawan untuk tetap waspada, berhati-hati, dan menjaga diri, serta menjaga ucapan dan perbuatan dalam memberikan bantuan. “Jangan sampai kalian menyakiti hati penerima bantuan,” pesan Master Cheng Yen yang kemudian diiyakan oleh para relawan. Dalam laporan tersebut, tim Indonesia juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan bahwa tim kloter kedua yang terdiri dari 6 relawan dan 2 dokter telah sampai di Nepal dan siap membantu para korban.
Tim Danggap Darurat dan Tim Medis Tzu Chi Indonesia sampai di Kathmandu, Nepal sekitar pukul 23.00 waktu setempat. Tim ini menggantikan posisi tim kloter pertama yang telah selama kurang lebih 15 hari berada di Nepal. Dengan membawa barang bantuan berupa terpal, obat-obatan, lotion anti nyamuk, minyak kayu putih, dan minyak sereh, mereka siap membantu dan melanjutkan kerja sama dengan tim Tanggap Darurat Tzu Chi Internasional.