Relawan Tzu Chi Palembang menyiapkan ratusan paket nasi hangat dan takjil untuk dibagikan kepada penghuni Panti Sosial Rehabilitasi.
Bulan Ramadan merupakan bulan penuh berkah—bukan hanya bagi para relawan Tzu Chi Palembang, tetapi juga bagi 220 penghuni Panti Sosial Rehabilitasi milik Dinas Sosial Kota Palembang. Menjelang siang yang terik pada 22 Maret 2025, para relawan berkumpul di Depo Taman Kenten (Tamken). Dengan semangat dan sukacita, mereka mengemas nasi hangat, takjil, biskuit, serta pakaian layak pakai yang akan dibagikan kepada seluruh penghuni panti. Semua dilakukan dengan satu tujuan: menghadirkan secercah kebahagiaan dan kehangatan bagi mereka yang membutuhkan.
Tepat pukul 16.00 WIB, sebanyak 31 relawan bersama 84 penghuni panti telah duduk tertib di dalam aula. Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Kapolsek Sako Palembang, Kompol Amsaludin, S.Sos., M.M., M.H., yang menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas perhatian dan kepedulian mereka terhadap Panti Sosial Rehabilitasi ini.
Suasana haru dan penuh sukacita saat relawan membagikan paket bantuan secara langsung kepada para penghuni panti.
Senyum yang Merekah di Panti Sosial
Ketua Komunitas Hu Ai Palembang Timur, Yuliana Suteja, turut menyampaikan bahwa dalam bulan penuh berkah ini, Yayasan Buddha Tzu Chi ingin berbagi cinta kasih agar seluruh penghuni panti—baik tuna wisma maupun ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa)—dapat merasakan kehangatan dan kebahagiaan.
Kebersamaan semakin terasa saat Yuli Permatasari selaku moderator memandu pembagian simbolis kepada 10 penghuni panti. Suasana menjadi haru ketika seluruh relawan dan penghuni yang berada di aula bersama-sama memperagakan isyarat tangan Satu Keluarga, sebagai simbol persaudaraan tanpa sekat.
Relawan menyapa warga dengan ramah saat menyerahkan bantuan—sebuah momen hangat yang menguatkan hati.
Kepala Panti Sosial, Drs. Elman Zamhari, M.Si., mengungkapkan kondisi yang mereka hadapi sehari-hari. “Selama saya menjabat, banyak peristiwa yang menyayat hati. Ada penderita ODGJ yang datang dalam kondisi hamil. Kami berusaha memastikan anak yang dikandung lahir dengan selamat, meski tak tahu siapa ayahnya. Setelah lahir, kami juga bertanggung jawab atas kebutuhan si anak—dari makan hingga sekolah,” tuturnya. Ia pun menyampaikan kekagumannya terhadap Tzu Chi, “Saya baru tahu bahwa yayasan ini lintas agama dan ras. Saya harap kebaikan ini bisa dirasakan oleh lebih banyak orang.”
Dari Hati, untuk Sesama
Lusia Yuliana (55), koordinator kegiatan bakti sosial ini, mengaku merasa sangat terharu. “Saya sangat bersyukur mendapat kesempatan menjadi bagian dari kegiatan ini. Mereka yang kurang beruntung dan para ODGJ perlu kita rangkul seperti keluarga sendiri. Bayangkan jika yang mengalami hal serupa adalah anggota keluarga kita,” ucapnya lirih.
Kebahagiaan sederhana: tawa yang tulus tercipta saat relawan berbincang hangat dengan salah satu penghuni panti.
Para relawan yang berasal dari tiga komunitas—Radial, Rajawali, dan Tamken—bergotong royong memasak nasi hangat serta menyiapkan 220 paket pakaian layak pakai untuk seluruh penghuni panti. Dengan tulus, mereka bekerja sepenuh hati.
“Hati saya ikut bahagia melihat mereka makan dengan lahap,” tambah Lusia. “Saya berharap, jika memungkinkan, kegiatan seperti ini bisa terus diadakan setiap Ramadan.”
Dengan tatapan penuh empati dan tangan menangkup hormat, relawan menyerahkan bantuan kepada warga.
Kebaikan sejati tak pernah memandang latar belakang. Tzu Chi meyakini bahwa setiap orang yang menerima bantuan sesungguhnya adalah ladang berkah dan sarana pelatihan diri bagi pemberi bantuan. Oleh karena itu, kita patut berterima kasih kepada siapa pun yang bersedia menerima uluran tangan.
Seperti pesan Master Cheng Yen, “Setiap orang hendaknya menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan berkah kembali.”
Editor: Hadi Pranoto