Berbagi Pengalaman, Berbagi Keceriaan
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy LiantoSebanyak 19 orang muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) asal Taiwan berkunjung ke Sekolah Dasar Dinamika, Bantar Gebang Bekasi. Di sana mereka berinteraksi dan bermain bersama para murid SD Dinamika.
Sebanyak 19 orang muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) asal Taiwan berjodoh untuk berkunjung ke Tzu Chi Indonesia. Mereka datang bersama relawan pendamping dan kakak pembina guna mengenal budaya dan melihat jejak Misi Pendidikan Tzu Chi di Indonesia, serta menjalin keakraban dengan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Indonesia.
Tempat yang mereka kunjungan pada hari pertama kunjungan, tepatnya Sabtu, 8 Agustus 2015, adalah Sekolah Dasar Dinamika di Bantar Gebang, Bekasi Barat. Ketika tiba di lokasi, tepatnya pukul 9 pagi, anak-anak baru saja akan melakukan kegiatan belajar-mengajar. Ketika melihat para Tzu Ching Taiwan dan relawan Tzu Chi tiba, anak-anak ini langsung menyambut dengan meriah dan hangat. Para Tzu Ching ini kemudian segera berkenalan dan berinteraksi dengan para murid SD Dinamika yang mayoritas merupakan anak-anak pemulung di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.
Dengan dibagi menjadi 4 kelompok di ruang kelas yang berbeda, siswa-siswi SD Dinamika ini pun diajak untuk bermain dan bernyanyi. Dalam permainan ini, setiap anak diminta untuk membuat sebuah menara tinggi untuk orang yang mereka sayangi dengan menggunakan 5 lembar koran bekas. Pada awalnya para anak ini tidak bisa membuat sebuah menara tinggi yang dibuat dari lembaran koran yang digulung dan disusun secara vertikal berdiri dengan tegak. Setiap kali menara didirikan, pasti langsung roboh. Lalu mereka paham ternyata sebuah menara butuh pondasi untuk menyangga agar tidak roboh. Tidak cukup hanya satu pondasi, ternyata perlu banyak pondasi, baru sebuah menara bisa berdiri tegak dan stabil.
Lai Yun Ru (berkepang dua) merasa sangat kagum dengan anak-anak yang tinggal di TPST Bantar Gebang, karena meskipun mereka hidup sangat sederhana tetapi masih dapat tersenyum dengan ceria.
Para muda-mudi Tzu Chi Taiwan dan Indonesia berkumpul dan berbagi pengalaman mereka dalam menjalankan misi Tzu Chi di negara mereka masing-masing.
"Di sini kita mengajak anak-anak bermain sambil belajar. Kita bilang ke mereka, jika membangun sebuah menara itu butuh pondasi kuat. Hal ini juga bisa diibaratkan seperti dalam mencapai cita-cita kita. Untuk bisa mewujudkan cita-cita, kita butuh dukungan dari orang banyak. Jadi, kita harus berterima kasih pada teman-teman yang membantu kita setiap kali menemui kesulitan. Karena adanya kesulitan itu maka kita bisa bertemu, bersatu dan saling bantu,” ujar Zhang Jie Yu, muda-mudi asal Taiwan yang menjadi pembawa acara di ruang kelas 5 SD Dinamika ini.
Selain Zhang Jie Yu, Lai Yun Ru, seorang Tzu Ching Taiwan lainnya merasa sangat kagum dengan anak-anak yang tinggal di Bantar Gebang. “Saya merasa kehidupan anak-anak di sini lebih susah, tetapi mereka tetap ceria, perasaan mereka tetap senang dan tidak terpengaruh lingkungan. Melihat hal ini, saya merasa bisa belajar dari sikap mereka, tidak peduli berada atau hidup di lingkungan yang seperti apa, kita tetap harus mempertahankan perasaan yang ceria dan bahagia, agar bisa merasakan kebahagiaan dan tidak memiliki banyak kerisauan,” terang Lai Yun Ru yang baru pertama kali datang ke Indonesia.
Para muda-mudi Tzu Chi Taiwan mengajak anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi (Er Tong Ban) untuk belajar sambil bermain.
Setiap permainan yang disajikan memiliki tujuan mendidik. Dengan mengikuti permainan, para anak digugah untuk memikirkan cara menyelamatkan bumi dari bahaya global warming.
Saling Berbagi dengan Saudara Sedharma
Seusai berkunjung ke SD Dinamika, para Tzu Ching ini kemudian kembali ke Aula Jing si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara untuk berkumpul dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekan Tzu Ching dari Indonesia. Dalam sharingnya, baik itu muda-mudi asal Taiwan maupun dari Indonesia, mereka saling belajar mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilakukan dan hal-hal apa saja yang bisa dipraktikkan di negara mereka nantinya. “Saya merasa bisa belajar dari sharing mereka. Seperti pengalaman menarik yang tidak pernah saya temui di Taiwan, cara melakukan kegiatan dari berbagai tempat juga berbeda-beda. Intinya mendapat pelajaran dari pengalaman mereka, lalu hal ini bisa di sharing dengan teman-teman di Taiwan mengenai kegiatan yang menarik di Tzu Ching Indonesia,” terang Lai Yun Ru.
Bermain sambil Belajar
Di hari kedua kunjungan, Minggu, 9 Agustus 2015, para anggota Tzu Ching Taiwan ini berinteraksi dengan murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Indonesia (Er Tong Ban dan Tzu Shao). Melalui permainan, para muda-mudi ini menggugah anak-anak untuk memikirkan cara menyelesaikan permasalahan di dunia, seperti permasalahan air bersih yang semakin berkurang, krisis listrik dan bahan bakar. “Apa yang diajarkan oleh kakak-kakak tadi sebenarnya sering saya temui dalam kehidupan sehari-hari. Ke depannya, saya akan mencuci tangan dengan hemat (air), dan air dari cuci tangan bisa digunakan untuk menyiram tanaman,” ujar Aldrich Bertram Tjuwondo, salah seorang murid Kelas Budi Pekerti (Er Tong Ban) seusai mengikuti kelas hemat air. Aldrich yang duduk di kelas 4 sekolah dasar ini mengaku dari rentetan permainan yang disajikan membuatnya mendapat banyak contoh bagaimana caranya menyelamatkan bumi.
Aldrich Bertram Tjuwondo, salah seorang murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi berbagi pengalaman jika permainan yang diberikan memberikan banyak contoh nyata untuk ia praktikkan di rumah.
Michelle Laurentia (kedua dari kiri) berterima kasih kepada muda-mudi Tzu Chi Taiwan yang telah datang jauh-jauh untuk berbagi pengetahuan dengan mereka.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Michelle Laurensia, murid lainnya. Menurut Michelle, penjelasan yang diterangkan oleh kakak-kakak Tzu Ching Taiwan mengenai bahaya global warming (pemanasan global), membuat dirinya sadar jika bumi sedang mengalami proses pemanasan global secara cepat. Menurutnya, sebagai generasi muda sudah seharusnya ia dapat membantu mengatasi masalah tersebut dengan beberapa cara yang diajarkan tadi. Misalnya dengan melakukan daur ulang sampah di rumah dan mengurangi mengonsumsi makanan bernyawa. “Saya juga diajarkan (di sekolah) jika dengan bervegetaris, kita dapat melindungi bumi,” ungkap Michelle, “karena saya bersekolah di SMP Tzu Chi dan banyak guru serta relawan pendamping yang mengimbau mengenai pentingnya bervegetaris. Saya sangat penasaran,” terang Michelle yang merasa ingin mengenal lebih jauh mengenai manfaat dan pentingnya bervegetaris. Bahkan ia pun ingin mencoba untuk bervegetaris selama satu kali dalam seminggu. “Saya mau mencoba untuk bervegetaris. Karena banyak relawan Tzu Chi banyak mensosialisasikan untuk bervegetaris,” ucapnya dengan mantap.
Artikel Terkait
Dharma Bukan Hanya Sekadar Kata-Kata
06 November 2019Hari Minggu pertama di bulan November (3/11/2019), relawan Tzu Chi mengawalinya dengan melakukan kunjungan kasih ke Wisma Sahabat Baru di Jakarta Barat.
Kunjungan Kasih Bagi Anak-Anak LPKA
08 September 2016Kunjungan kasih ke Lembaga Pembinaan Khusus Anak untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada meraka agar menjadi anak yang lebih baik serta tidak mengulangi kesalahan yang melanggar undang-undang tindak pidana serta norma agama. Juga ada pembagian bingkisan untuk ratusan penghuni LPKA.
Mengasah Hati dengan Kunjungan Kasih kepada Pasien Kasus
18 September 2018Kunjungan kasih relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Barat 1 ke beberapa penerima bantuan Tzu Chi ini memberikan kesan yang dalam, baik bagi keluarga penerima bantuan maupun bagi relawan sendiri. Para relawan dibagi menjadi 5 kelompok. Salah satu kelompoknya pergi mengunjungi dua pasien malnutrisi, yang pertama bayi 2 tahun bernama Grace Imanuel dan bayi 5 bulan bernama Nurbagas.