Berbagi Perhatian Tanpa Melupakan Kesehatan Diri

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

* Sejak awal April 2009, relawan Tzu Chi terlibat aktif bertugas membantu tim medis RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Relawan Tzu Chi membantu memberikan perhatian kepada para pasien yang dirawat di sana.

Kesehatan adalah harta utama manusia. Dengan tubuh yang sehat, manusia dapat beraktivitas secara leluasa. Bagi mereka yang sakit, rumah sakit menjadi rumah sementara hingga kesembuhan menyertai. Bayangan orang terhadap para pasien rumah sakit adalah betapa rapuhnya kesehatan para penghuni di dalamnya. Bahkan ada segelintir orang yang menjauhi diri dari yang namanya rumah sakit, dengan alasan utama takut tertular penyakit apalagi yang berpotensi menular.

Telah hampir satu bulan, sejak 4 April 2009 lalu, para perawat di RKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat mendapatkan sahabat-sahabat baru. Sahabat baru yang selalu berpakaian biru putih dan abu-abu putih. Sahabat baru yang selalu berganti-ganti setiap hari ini adalah relawan Tzu Chi. Jika sebelumnya para perawat menangani pasien sendirian, kini para relawan Tzu Chi tersebut menemani mereka melayani para pasien. Mereka memberikan perhatian kepada para pasien rawat inap RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Walaupun untuk hal-hal yang bersifat medis, para relawan belum terlatih benar, namun untuk hal-hal sederhana seperti menyuapi para pasien yang tak ditunggui keluarganya, telah mereka lakukan.

“(Dengan) ada training, jadi kita tahu relawan harus bagaimana,” ujar Ratnawaty, relawan Tzu Chi saat ditemui sedang berjaga di RSKB pada tanggal 2 Mei 2009. Ratnawaty telah bergabung sejak pertama kali program relawan RSKB ini dijalankan. Salah satu aturan yang harus diingat oleh relawan saat berjaga di rumah sakit adalah tidak memberikan masukan medis apalagi informasi makanan dan minuman yang boleh dan tidak boleh dimakan pasien. “Kita dikasih pelajaran seperti itu, melihat yang suster lakukan dan bantu-bantu yang ringan,” tambah Ratnawaty.

foto  foto

Ket : - Dengan mimik serius, para relawan Tzu Chi mengikuti pelatihan. Wawasan dan pengetahuan mereka
            bertambah hari itu, berkat pelatihan yang diberikan. (kiri)
         - Tampak Oey Hoey Leng sedang membagikan bekal kepada para relawan Tzu Chi yang kelak berbagi
            perhatian dengan para pasien RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. (kanan)

Ratnawaty juga menambahkan untuk hal-hal yang bersifat medis, semua masih dilakukan oleh para suster, seperti menghentikan aliran cairan infus bagi pasien yang hendak ke kamar mandi misalnya. Selama bertugas, beragam kejutan hidup dialaminya. Ia sempat melihat pasien yang mengalami gagal ginjal. Saat makan, si pasien ini muntah tak dapat makan. Si pasien pun berkata padanya ia tak bisa makan karena takut muntah lagi. Saat ditanyakan maukah ia dengan makanan lain? Si pasien menggangguk setuju. Setelah melalui persetujuan suster, Ratnawaty pun membelikan pasien ini donat untuk ia makan.

Selama berjaga di RSKB, Ratnawaty mengaku belajar banyak bagaimana merawat orang yang sedang sakit. “Kita khan punya orangtua dan saudara. Kita butuh sekali belajar memperlakukan orangtua, sehingga daya sensitif (saya) tinggi,” tuturnya. Satu jodoh lain yang membuatnya menjadi relawan RSKB adalah ia mempunyai waktu lowong di hari Sabtu karena perusahaan tempat ia bekerja memberlakukan hari Sabtu sebagai hari libur.

foto  foto

Ket : - Untuk memantapkan hati, relawan Tzu Chi yang akan bertugas di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi
            mendapatkan pelatihan terlebih dahulu. (kiri)
         - Seorang relawan Tzu Chi tampak sedang berbagi kisah dengan para relawan Tzu Chi lainnya tentang
            bagaimana berbagi perhatian dan kasih sayang dengan pasien. (kanan)

Anggapan adanya kemungkinan tertular penyakit saat di rumah sakit tidaklah sepenuhnya benar. “(Saya) tidak beban dan tidak takut karena ada pelindung. Kalaupun kena, ga pa pa. Kita tidak kerja di sini (RSKB –red) aja bisa sakit kena dari orang lain,” ujar Ratnawaty yakin. Sebagai relawan yang berhubungan langsung dengan para pasien yang dirawat, para relawan telah dilengkapi dengan pelindung kesehatan. Memakai sarung tangan steril dan masker pelindung adalah dua pelindung utama yang selalu mereka kenakan saat berinteraksi dengan para pasien. “Asal stamina kita prima dan menggunakan pelindung dengan baik, kita tidak akan tertular,” tandasnya.

Karena selama berjaga ia menemui kejutan yang berbeda, ia pun mendapatkan sebuah pemahaman untuk lebih telaten lagi menjaga orangtua. Tidak cukup hanya dengan mengandalkan suster di rumah yang menjaga orangtua. Kita juga harus bisa menjaga diri sendiri. “Lebih berhati-hati soal makan,” paparnya. Hingga kini, 20 relawan Tzu Chi telah bergabung menjadi relawan RSKB yang dengan bahagia berbagi perhatian kepada sesama tanpa melupakan kesehatan diri.

 

Artikel Terkait

Belajar Kaligrafi dari Sang Maestro

Belajar Kaligrafi dari Sang Maestro

10 Oktober 2017

Kehadiran sang maestro di bidang kaligrafi Mandarin, Xiao Ji Hui ke Tzu Chi Center merupakan kesempatan berharga bagi Sekolah Tzu Chi Indonesia dan TCUCEC. Kemarin, Senin, 9 Oktober 2017, Xiao Ji Hui mengajarkan kaligrafi kepada relawan Tzu Chi, murid TCUCEC, serta puluhan murid Sekolah Tzu Chi Indonesia.

Sebuah Dunia yang Bersih

Sebuah Dunia yang Bersih

13 Oktober 2011 Suriadi Shixiong, selaku perwakilan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berkesempatan menjadi pembicara dalam menanggapi masalah pemanasan global mengajak semua peserta yang hadir untuk dapat terus menjaga, mencintai dan melestarikan lingkungan.
Internasional: Kue “Perahu Naga”

Internasional: Kue “Perahu Naga”

22 Juni 2010
Semua orang tahu bahwa jika terdapat kue lebih, berarti adanya harapan lebih untuk anak-anak yang kurang mampu. Salah seorang relawan yang datang dari Anhui adalah Xu Tao. "Aku datang untuk melayani karena sebelumnya saya hanya membantu anak-anak lokal," katanya
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -