Berbagi Rasa dan Asa

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

* Sari, seorang relawan Tzu Chi tak dapat menahan tangis dan kesedihan saat melihat Okta (24) --salah satu siswa SLB Nusantara-- yang di matanya tampak begitu lugu dan mengharukan.

Setiap hari merupakan lembaran baru dalam hidup kita, setiap orang dan setiap hal yang ada di dalamnya merupakan kisah-kisah yang menarik. (Master Cheng Yen)

Saat dilihat, wajah laki-laki itu telah tampak dewasa, namun tingkah lakunya masih kekanak-kanakan bahkan cenderung seperti seorang anak kecil. Okta (24) adalah satu dari 103 siswa siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) Nusantara yang berlokasi di Beji, Depok. Sarinawati (45), biasa disapa Sari, seorang relawan Tzu Chi sedari awal kedatangannya tertegun sesaat melihat Okta yang senantiasa melihat dan tersenyum kepadanya.

Sarinawati lalu menghampirinya. Tak ada yang diucapkan olehnya kepada Okta. Ia hanya melihat dan membelainya lembut. Okta pun tersenyum dan bergembira saat dibelai. Rasa haru yang dirasakan Sari saat memasuki sekolah terus membuncah saat itu. Tak terasa, bulir-bulir air mata mengucur deras keluar dari kelopak matanya. Bulir air mata kesedihan saat melihat kondisi Okta dan mereka yang memiliki keterbatasan. Okta yang melihat Sari menangis, tetap diam dan tersenyum kepadanya. Senyum yang mungkin memiliki arti, biarpun aku begini, aku tetap merasa bahagia dengan apa yang sekarang aku jalani.

foto   foto

Ket : - Relawan Tzu Chi sedang memberikan berbagai macam barang yang nantinya dapat dipergunakan oleh
           siswa-siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) Nusantara, Depok, Jawa Barat. (kiri)
         - Dengan penuh senyum, tawa dan tanpa syarat, anak-anak ini menerima kehadiran Posan, relawan Tzu Chi
           yang hari itu berbagi keceriaan bersama mereka. (kanan)

Sari sebenarnya sedari awal telah terharu saat seorang anak menyanyikan lagu “Andai Kutahu” di depan relawan Tzu Chi yang datang berkunjung. “Seandainya mereka tahu kapan waktunya, dan andai mereka tahu kenapa bisa jadi begini,” ujarnya terisak-isak. Sari yang baru pertama kali mengikuti kunjungan kasih ke panti anak-anak berkebutuhan khusus ini, sekarang lebih bersyukur dengan keadaan yang telah dimilikinya. Ia pun bertekad akan menceritakan pengalamannya hari itu kepada keluarganya. Suatu saat, ia bahkan akan mengajak mereka ikut serta agar dapat lebih bersyukur dan berterima kasih. “Yah, bawa mereka kemari dan melihat begitu maka kita akan lebih bersyukur dan menghargai hidup ini,” ungkap Sari yang sangat terkesan dan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga di hari itu.

Lapangan bulutangkis yang ada di dalam sekolah riuh ramai dengan siswa-siswi SLB Nusantara dan 43 relawan Tzu Chi yang saling berinteraksi dan berbagi kebahagiaan. Tiada kecanggungan, apalagi rasa sungkan di antara mereka. Ada relawan Tzu Chi yang berbincang-bincang, membelai lembut, dan bahkan menyuapi anak-anak ini makan. Namun, tak semua siswa- siswi ini berusia anak-anak, ada juga yang telah tumbuh dewasa.

Pukul 09.00 WIB, Sabtu pagi, 43 relawan Tzu Chi datang berduyun-duyun memasuki lingkungan sekolah. Mereka membawa barang bantuan untuk anak-anak ini. Kasur lipat, kipas angin, makanan dan berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari hasil sumbangan dari donatur diberikan untuk membantu kebutuhan hidup anak-anak ini.

foto   foto

Ket : - Menjadi relawan Tzu Chi harus tegar dan siap memberi kebahagiaan. Itulah mengapa Maya tetap
           bergembira bersama siswa-siswi SLB ini, meski hatinya merasa sedih melihat kondisi mereka. (kiri)
         - Kasih itu tidak jauh, namun dekat di hati jika memang kita kehendaki. Seorang bocah penghuni asrama SLB
           Nusantara, tanpa malu dan ragu berpelukan dengan seorang anggota Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) yang
           ikut serta dalam kunjungan kasih hari itu. (kanan)

Saat saya hampir selesai mewawancarai Sarinawati, Maya (58), seorang relawan Tzu Chi lain yang mendampinginya tiba-tiba terisak-isak menangis. “Dari dalem sudah ga tahan. Tapi kita kerja gini khan harus senang dan tahan. Melihat mereka kita bener-bener sangat bersyukur. Dilahirkan sehat dan sempurna aja sudah luar biasa, bagaimana dengan mereka yang cacat dan tak ada lagi orangtua. Nggak bisa ini, nggak bisa itu. Nggak bisa bayangin,” ujarnya.

Maya menuturkan bahwa mereka (relawan Tzu Chi-red) di dalam memang ketawa-ketawa, tapi sebenarnya jika membayangkan menjadi mereka, pasti akan merasa kecewa dan sedih. Maya juga menambahkan jika tujuan para relawan datang ke sekolah ini adalah untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka, membawa oleh-oleh, dan semangat. “Kita harus menjalaninya dengan hati gembira, kasihan anak-anaknya. Kita juga tidak boleh nangis, pantang untuk seorang relawan. Kita harus berani melihat kesedihan, kesusahan, dan kesengsaraan. Membantu mereka dengan tulus hati, semangat, dan bahagia,” lanjutnya. Dalam kunjungan kasih di Sekolah Luar Biasa (SLB) Nusantara hari itu, begitu banyak cerita dan lembaran kisah-kisah baru dirasakan mereka yang hadir, termasuk Sari dan Maya.

 

Artikel Terkait

Menyebar Kasih ke Pedalaman Asmat

Menyebar Kasih ke Pedalaman Asmat

23 Februari 2018
Pada Kamis, 22 Februari 2018 relawan Tzu Chi yang bekerja sama dengan TNI secara langsung membagikan bantuan Tzu Chi ke Asmat. Sebanyak 50 ton bantuan dikirimkan ke 10 distrik di Kabupaten Asmat pada bantuan gelombang dua ini.
Bagai Menyemai Benih di Ladang Subur

Bagai Menyemai Benih di Ladang Subur

11 Desember 2018

Para relawan di bagian Misi Amal Tzu Chi berbagi kisah mereka di Gathering Relawan Misi Amal Tzu Chi. Walaupun ada satu – dua cerita duka, tetapi mereka sepakat mengambil kesimpulan bahwa semuanya adalah pembelajaran yang diliputi asa bahagia.

Menanam Benih Kebajikan

Menanam Benih Kebajikan

18 Mei 2016 Minggu, 1 Mei 2016, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung menggelar penuangan celengan SMAT di Wihara Avalokitesvara Vipasassana Graha Bandung di Jln. Komplek Taman Kopo Indah III Blok A3 No 2. Bandung.
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -