Berbagi Sukacita dalam Dharma

Jurnalis : Lestin Trisiati, Vincent Salimputra (He Qi Pluit), Fotografer : Vincent Salimputra, Lestin Trisiati, Andi Octavianus (He Qi Pluit)

Triana Putri, selaku moderator, membimbing jalannya forum belajar bersama pada siang itu, (23/3/2024).

Hujan yang terus mengguyur sejak pagi, tidak menyurutkan semangat Triana Putri dan sejumlah relawan Tzu Chi untuk berkumpul di Jing Si Books & Café Tzu Chi Hospital. Mereka bersama para pengunjung rumah sakit yang kebetulan mampir di toko buku tersebut memanfaatkan waktu untuk membina kebijaksanaan melalui forum belajar bersama.

Triana, selaku moderator  mengajak 15 partisipan menyelami intisari yang terkandung dalam video Master Cheng Yen Bercerita berjudul “Roti Khayalan”. Berkisah tentang dua sahabat baik yang melakukan perjalanan wisata bersama. Namun di tengah perjalanan, mereka malah saling berkelahi memperebutkan sesuatu yang tidak nyata sehingga akhirnya merusak hubungan baik di antara mereka.

Definisi mengenai khayalan menjadi pengantar materi. “Khayalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang diangan-angankan seperti benar-benar ada. Hasil angan-angan, fantasi ataupun rekaan seseorang,” tutur Triana. “Satu orang berandai-andai nemuin roti dan yang lainnya berandai-andai temannya nemuin roti. Yang nemuin roti ingin nikmatin sendiri, sedangkan yang lainnya ingin setengahnya. Mereka berdua anggap sesuatu yang nggak ada sebagai ada. Hidup di tengah khayalan ini sangat berbahaya, shixiong shijie,” jelas Triana.

“Lantas apakah ada hubungannya dengan kita melakukan kegiatan di Tzu Chi?,” tanya Triana kepada peserta. “Menurut saya, ada. Yang harus kita genggam adalah waktu. Ketika terbersit sebuah niat baik pada saat ini, kita harus segera menggenggam saat ini dan memanfaatkan kehidupan ini untuk berjalan di jalan yang benar,” jawab Vincent, relawan Tzu Chi. “Jika kita menggenggam waktu untuk melakukan hal yang benar dan nggak terjebak dalam ilusi, maka saat membayangkan kembali, kita akan merasa kehidupan kita bernilai. Saat membayangkan kembali hal benar yang kita lakukan di masa lalu, dalam hati kita akan timbul sukacita karena kehidupan kita bernilai,” lanjut Vincent.

Hadir bertiga bersama keluarganya, Yuliana (memegang mic), turut mengungkapkan pendapatnya.

Sebanyak 15 orang, terdiri dari relawan Tzu Chi dan para pengunjung yang mampir di Jing Si Books & Café Tzu Chi Hospital, mengikuti forum belajar bersama yang membahas topik “Roti Khayalan”.

 
Elaborasi juga ditunjukkan oleh pengunjung toko buku yang hadir saat itu. Yuliana, yang datang bersama suami dan anaknya, mengungkapkan pendapatnya. “Khayalan itu bagus. Contohnya kita mengkhayal dapat rumah, mobil bagus, dapat posisi tinggi, bukankah itu positif? Menurut saya, selama mengkhayal sesuatu yang positif, diperlukan juga pengendalian diri yang baik agar tidak melanggar norma,” tutur Yuliana.

“Seperti film yang terinspirasi dari kisah nyata, No More Bets. Banyak orang tertipu oleh lowongan pekerjaan yang menjanjikan gaji besar. Karena mereka nggak bisa mengendalikan diri, hanya pikirin dapetin gaji besar secara instan tanpa melakukan sesuatu yang membutuhkan kerja keras. Terkadang alam semesta sudah menunjukkan kepada kita bahwa tidak semua keinginan kita bisa tercapai,“ cerita Yuliana.

Terhadap pikiran semu dan ketamakan yang disinggung dalam video “Roti Khayalan” tersebut, Master Cheng Yen juga mengatakan bahwa kita harus menenangkan pikiran ketika menghadapi realitas kehidupan serta bekerja dan bersumbangsih dengan sungguh-sungguh. “Pikiran semu dan ketamakan bisa menimbulkan noda batin dan bencana dari sesuatu yang sesungguhnya tidak ada. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menenangkan pikiran dan hidup sesuai norma ketika menghadapi realitas kehidupan,” tutur Master Cheng Yen dalam satu kesempatan. “Di dunia ini, tidak ada yang bisa diperoleh dengan cuma-cuma. Kita harus bekerja keras dan bersumbangsih dengan sungguh-sungguh, baru bisa hidup aman dan tenteram,” imbuh Master Cheng Yen.

Anie Widjaja berbagi pengalaman seputar bersumbangsih secara nyata dengan penuh kesungguhan hati.

Usai forum belajar bersama, relawan Tzu Chi berbincang dengan para pengunjung yang telah mengikuti kegiatan tersebut.

Intensitas di dunia Tzu Chi sempat diungkapkan oleh Anie Widjaja, relawan Tzu Chi, sebagai salah satu alternatif bersumbangsih secara nyata dengan penuh kesungguhan hati. “Kita bisa sering terjun ke tengah masyarakat. Meski terjun ke tengah masyarakat kadang-kadang bisa risau, tetapi kita bisa paham banyak kebenaran, apa yang positif dan negatif, bagaimana membedakan benar dan salah. Ini yang bisa kita pelajari ketika bersumbangsih di tengah masyarakat,” ungkap Anie.

Nuansa sejuk dan tenang yang terbangun dalam Jing Si Books & Café Tzu Chi Hospital tampaknya menambah antusias dan kenyamanan para partisipan mengikuti jalannya forum belajar bersama sejak awal hingga toko buku tersebut tutup pada 16.00 WIB.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Bedah Buku: Menyuguhkan dengan Hati

Bedah Buku: Menyuguhkan dengan Hati

16 Mei 2012 Spesial sharing dari seorang relawan yang khusus datang dari Taiwan ternyata menarik cukup banyak peminat di acara Bedah Buku hari itu.
Bedah Buku: Memahami Mazhab Tzu Chi

Bedah Buku: Memahami Mazhab Tzu Chi

06 Juli 2015
Saat seseorang melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh orang lain, melakukan  hal ini adalah salah satu pelatihan diri,” ujar Like.
Janganlah Kondisi Luar Mempengaruhi Batin Kita

Janganlah Kondisi Luar Mempengaruhi Batin Kita

02 Desember 2019

Minggu, 24 November 2019, 25 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 2 melakukan kegiatan bedah buku. Bedah buku kali ini membahas tentang bagaimana sikap kita ketika menerima pujian dan hinaan.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -