Berbagi tentang Pendidikan Budaya Humanis di Pesantren Syubbanul Wathon Magelang

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul Khotimah

Supina, B.Sc, S.Pdb menjelaskan bahwa budaya humanis adalah budaya interaksi antar manusia sebagai teladan dan diwariskan turun temurun.

Pengasuh Yayasan Syubbanul Wathon, K.H Ahmad Izzuddin Abdurahman atau akrab disapa Gus Din terlihat semringah menyaksikan 30 guru yang ia tugaskan mengikuti workshop pendidikan budaya humanis Tzu Chi, semuanya bersemangat. Semuanya antusias. Workshop yang dibawakan oleh Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng serta empat guru lainnya ini berlangsung serius tapi santai, dengan penjelasan yang mudah dipahami. 

Workshop ini berlangsung di Gedung Yayasan Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah pada Selasa 21 Mei 2024. Freddy Ong memaparkan seperti apa pelaksanaan dari Misi Pendidikan Tzu Chi. Adapun Supina dan Ernesta Panjaitan menjelaskan tentang budaya humanis dan praktiknya. Supina juga memberi gambaran tentang pembelajaran saji teh dan rangkai bunga. Sementara praktik pelestarian lingkungan dan cara membuat Eco Enzyme disampaikan Farida Hariyanto dan S. Vina Wulandari.

Esensi atau intisari dari Budaya Humanis sendiri adalah menghargai kemanusiaan atau memanusiakan manusia. Tema utama budaya humanis adalah pendidikan keterampilan hidup sehari-hari, pendidikan karakter, pendidikan kehidupan, dan pendidikan lingkungan. Pada pendidikan karakter, tujuannya adalah mendidik anak menjadi orang dewasa yang mempunyai kematangan moral, bertanggung jawab, membaur dengan masyarakat serta memiliki disiplin diri.

Workshop berlangsung dalam suasana menyenangkan.

Pengasuh Yayasan Syubbanul Wathon, K.H Ahmad Izzuddin Abdurahman atau akrab disapa Gus Din (kedua dari kanan) bersyukur dengan dukungan yang diberikan Tzu Chi Indonesia.

Bagi Gus Din, Syubbanul Wathon yang berbasis pesantren memiliki banyak kesamaan dengan Tzu Chi yang menjadikan lembaga pendidikan sebagai sebuah pintu untuk mencetak generasi yang memegang nilai-nilai dan etika, serta berkarakter baik. Karena itu workshop ini menjadi sebuah reminder bagi pihak pesantren untuk lebih serius dalam penerapannya. Apalagi dalam waktu dekat Yayasan Syubbanul Wathon akan membuka sekolah bertaraf internasional dengan nama Syubbanul Wathon International Islamic School (SWIIS).

“Kami sangat bersyukur dan bahagia sekali hari ini kami bisa mendapatkan banyak ilmu dan tentunya ini sebuah semangat kesamaan bagaimana kita menyatu dengan nilai-nilai etika, karakter, dan cinta kasih,” ujar Gus Din.

Pembangunan gedung Syubbanul Wathon International Islamic School (SWIIS) yang didukung oleh Tzu Chi Indonesia bersama perusahaan mitra yaitu Sinarmas, Indofood, PT. Sebuku Tanjung Coal, dan Pulau Intan masih terus berjalan, ditargetkan selesai akhir Juli mendatang. Jika tak ada aral melintang, tahun ajaran baru akan dimulai tahun ini di unit SMA.

“Masyarakat hari ini juga ingin ada lembaga pendidikan seperti yang di pesantren, tapi memang dari satu sisi mereka tidak bisa harus hidup dengan jumlah santri yang banyak. Dan mereka ada yang masih butuh kita beri fasilitas yang sedikit agak baik supaya mau belajar di lembaga pendidikan yang mengutamakan karakter dan akhlak mulia ini. Kalau kami tidak bikin seperti itu akhirnya mereka belajar di tempat lain yang ternyata secara nilai-nilai tidak sama dengan kami,” jelas Gus Din alasan Syubbanul Wathon mendirikan sekolah internasional yang memang belum ada di Kota Magelang.

Salah satu gedung Syubbanul Wathon International Islamic School (SWIIS) yang proses pembangunannya tengah berlangsung.

Gus Din sangat bersyukur dengan dukungan Tzu Chi, tak hanya dalam pembangunan gedung sekolah, namun juga kesiapan para guru seperti yang diwujudkan dalam workshop ini.

Alhamdulillah kami bisa bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi, yang kami harapkan memang betul-betul kami punya partner, tempat belajar bagaimana mengelola lembaga pendidikan yang tarafnya internasional,” tambahnya.

Lebih Banyak Berbagi

Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menjelaskan tentang pelaksanaan dari Misi Pendidikan Tzu Chi.

Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng di usianya yang telah menginjak dua dekade bertekad untuk lebih banyak lagi berbagi kepada masyarakat luas, khususnya berbagi ilmu. Sekolah Cinta Kasih telah memberikan workshop serupa kepada beberapa instansi pendidikan, terutama di Jakarta dan sekitarnya.

“Kami kan sudah 20 tahun, sudah bukan lagi tangan di bawah, saatnya tangan di atas yaitu salah satunya dengan memberikan pengajaran ilmu ini. Seperti yang Master Cheng Yen bilang, ilmu dan cinta kasih tidak akan habis kalau kita bagikan. Jadi salah satunya ini yang kami lakukan,” ujar Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Pada workshop yang diberikan di Syubbanul Wathon Magelang ini, para guru belajar banyak aspek terkait pendidikan karakter. “Intinya budaya humanis yang kami ajarkan itu bukan hanya belajar tentang membina karakter saja, tapi juga kami ajarkan anak untuk keterampilannya, kemandiriannya, trus bagaimana dia mempraktikkan di kehidupannya dengan sesama. Kemandiriannya dalam arti bukan hanya bisa makan sendiri dan sebagainya, tapi bisa melakukan tugasnya sendiri dengan tanggung jawab,” jelas Ernesta Panjaitan yang telah 14 tahun mengajar di Sekolah Cinta Kasih Cengkareng.

Para guru mengikuti instruksi dari Farida Hariyanto untuk bergerak mengikuti irama lagu membuat suasana workshop lebih ceria.

Dipandu S.Vina Wulandari, para guru mempraktikkan cara membuat cairan ajaib Eco Enzyme.

Kepala SMK Syubbanul Wathon, Eko Marwati Rahayuningsih sangat terkesan dengan pembelajaran budaya humanis yang sangat ditekankan praktiknya di sekolah Tzu Chi. “Sebenarnya kalau secara umum kami orang Jawa sudah melakukan itu ya. Tetapi untuk di zaman saat ini, untuk Gen Z, itu sangat penting sekali diterapkan supaya generasi anak-anak saat ini betul-betul bisa peduli terhadap lingkungan. Kemudian menghargai orang lain karena saat ini saya melihat banyak anak-anak yang cenderung lebih egois, memikirkan diri sendiri yang penting saya bahagia, tidak peduli dengan orang lain. Ini sangat luar biasa sekali dan kami berusaha nanti untuk menciptakan suatu pembelajaran yang mungkin hampir sama yang nanti kita bisa adaptasi disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan di tempat kami,” ujarnya.

Fatimah Nur Meiniah yang mengajar mata pelajaran IPS dan geografi di unit MTS dan SMA Syubbanul Wathon mendapat banyak inspirasi dari pemaparan praktik pelestarian lingkungan dan cara membuat Eco Enzyme yang disampaikan Farida Hariyanto dan S.Vina Wulandari.

“Dengan adanya workshop ini juga, menurut saya semakin yuk ibaratnya ajak anak-anak untuk semakin cinta lingkungan itu semakin tertanamkan di diri saya sendiri.” Kata Fatimah.

Fatimah Nur Meiniah terkesan dengan workshop yang dibawakan para guru Sekolah Cinta Kasih yang berlangsung penuh canda tawa namun penuh dengan ilmu dan inspirasi.


Para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi juga belajar banyak dari pengalaman para guru Syubbanul Wathon Magelang.

Pendidikan Budaya Humanis yang dipaparkan Supina dan Ernesta Panjaitan juga makin menyadarkan Fatimah untuk menghargai anak didiknya. Ia selama ini juga meyakini bahwa tidak ada anak yang nakal, akan tetapi hanya kurang pengarahan.

“Enggak semua orang itu bisa memanusiakan manusia apalagi kami sebagai pendidik pun belum tentu loh pendidik itu punya rasa untuk memanusiakan manusia, apalagi kepada anak-anak, belum tentu guru punya bekal seperti itu,” kata Fatimah bersemangat.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Suara Kasih: Budaya Humanis Kehidupan

Suara Kasih: Budaya Humanis Kehidupan

22 Juni 2010
Sekolah Dasar Tzu Chi di Chiangmai, Thailand member satu teladan yang sangat menarik. Meski para siswanya masih duduk di bangku SD, namun pada Hari Guru setiap tahunnya mereka selalu memberikan hormat dengan tulus, penuh tata krama, dan sopan santun kepada para guru mereka.

"Ayo Menulis..."

14 Juli 2014 Dalam kesempatan ini disampaikan materi tentang bagaimana menulis untuk Media Tzu Chi. Semangat para peserta tampak terlihat dari cepatnya tugas-tugas praktik menulis yang dilakukan saat itu.
Tonggak Budaya Humanis di STABN Sriwijaya

Tonggak Budaya Humanis di STABN Sriwijaya

01 September 2009 Kerjasama Tzu Chi dengan dunia pendidikan Buddhis berawal dari simposium budaya humanis yang pernah diadakan oleh Tzu Chi yang mengundang para praktisi pendidikan Buddhis. Dalam simposium tersebut, para praktisi pendidikan Buddhis merumuskan bahwa salah satu permasalahan mendesak dan penting dalam pengajaran pendidikan humanis adalah kurangnya sumber daya manusia.
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -