Berbakti Kepada Ibu dan Berbuat Kebajikan untuk Sesama
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto Ibu ini tersenyum saat anaknya berusaha memijat-mijat punggungnya. Walaupun masih kecil, anak ini telah sadar untuk senantiasa membantu dan menjaga orangtua mereka. | “Sebenernya (saya) lebih utamain anak-anak belajar untuk melihat dunia luar. Karena Tzu Chi memiliki moto cinta kasih dan kasih sayang, kami mencoba mengajak Tzu Chi untuk membantu di sini. Hasilnya lebih dari yang kami harapkan. Sejak pagi, relawan telah datang mempersiapkan dengan serius dan penuh dengan hati,” ujar Susanti Widjaja, dari Idear Taiwan Preschool, pada Sabtu, 16 Mei 2009. |
Sejak pagi, 17 relawan Tzu Chi telah tampak mempersiapkan perayaan hari Ibu di Idear Taiwan Preschool, Jalan Taman Pluit Putri No 8, Jakarta Utara. Lokasi yang sempit membuat relawan Tzu Chi melakukan beberapa inovasi agar acara tetap dapat berjalan dengan lancar, rapi, dan tertib. Di halaman depan, beberapa anak murid telah hadir, begitu pula ibu-ibu mereka. Pukul 08.30 acara perayaan hari Ibu pun dimulai. Relawan Tzu Chi, Rosvita Wijaya maju ke depan dan memperkenalkan para relawan Tzu Chi lainnya. Usai perkenalan, ia lalu bertanya kepada anak-anak yang lucu ini. “Kenapa perut Mama bisa besar,” tanyanya. “Ada baby,” jawab seorang anak. “Susah ga, ada balon di dalam perut,” pancing Rosvita kepada anak-anak yang di dalam perutnya diletakkan sebuah balon. “Susah. Engga,” itulah jawaban yang meluncur dari anak-anak ini. “Jagalah balon itu baik-baik. Jangan sampai tersenggol dan hati-hati,” pesan Rosvita. “Sekarang kita mau main games,” ajak Rosvita. Sebuah kain hitam panjang yang telah dipersiapkan dibentangkan di depan mereka. Di kain itu, ada beberapa lubang yang hanya cukup untuk sebuah tangan. Ibu anak-anak ini pun diminta untuk maju dan bersembunyi di balik kain. Hanya tangan mereka saja yang terjulur keluar. Itu pun hanya sebatas lengan. Posisi mereka kemudian diputar, tidak sama dengan posisi mereka di bangku. Anak-anak ini lalu diminta untuk mengenali tangan ibu mereka. Dengan penasaran, bingung, dan tak tahu, anak-anak ini memperhatikan satu demi satu tangan yang terjulur keluar. Namun, adakalanya satu tangan ibu dipilih oleh dua orang anak. Dan saking yakinnya, kedua anak ini tidak mau melepaskan pegangan mereka. Setelah semua anak memegang tangan ibu, kain hitam yang panjang diturunkan. Dan alhasil, ada pegangan yang benar, dan ada juga yang salah. Jika salah, anak-anak ini menangis karena tangan yang diyakininya sebagai tangan sang ibu, ternyata salah. Para ibu pun langsung memeluk anak mereka masing-masing dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang. Permainan ini berlangsung hingga 4 kali, sesuai dengan jumlah orangtua murid yang hadir siang itu. Ket : - Anak-anak yang lucu ini berusaha mengenali telapak ibu mereka yang terjulur dari sebuah lubang kain. Acara terus berlanjut. Kini anak-anak ini dibariskan dengan tertib. Di tangan mereka setangkai bunga mawar telah digenggam. Perlahan, anak-anak ini menghampiri ibu mereka. Sampai di depan sang ibu, mereka pun membungkuk dan menyodorkan bunga mawar itu. Para ibu yang menerima sontak memeluk dan membelai putra dan putri mereka yang berbakti ini. Tidak hanya bunga, dibantu relawan Tzu Chi, anak-anak ini memberikan secangkir teh kepada ibu mereka. Kebahagiaan menyeruak di hati para ibu. Relawan kemudian meminta anak-anak ini berdiri di belakang ibu mereka masing-masing. Sesuai instruksi, dan dicontohkan oleh 2 relawan Tzu Chi di depan, anak-anak ini memijat-mijat pundak ibu mereka. Mendapat perlakuan ini, para ibu ini tersenyum bahagia. Tak hanya memijat, anak-anak ini juga diminta untuk menggelitik bunda mereka. Interaksi yang lepas dan penuh senyum bahagia antara orangtua dan anak sangat terasa di ruangan ini. Ket : - Rosvita Wijaya sedang mengajak berbincang-bincang murid-murid sekolah Idear Taiwan Preschool di Selesai dengan games, saat-saat perenungan pun dimulai. Anak-anak lalu menyaksikan beberapa foto yang mengisahkan kehidupan anak-anak yang kurang beruntung. Ada anak-anak yang harus makan nasi tanpa lauk pauk. Ada pula anak-anak yang tinggal di rumah yang tidak layak, dan foto yang diperlihatkan tidak hanya berasal dari luar negeri, namun juga dari Indonesia. “Lihat teman-teman kita itu, mereka tidak seberuntung kita. Jadi kita harus bersyukur,” ujar Rosvita. Ia pun lalu bertanya, “Teman-teman mau membantu mereka tidak?” “Mau…,” jawab mereka serempak. “Nah, kalau mau, menabunglah sejak sekarang. Uangnya nanti kita berikan untuk teman-teman kita yang tidak beruntung,” kata Rosvita berpesan. Kemudian, relawan Tzu Chi pun menampilkan bahasa isyarat tangan (shou yu) celengan bambu. Sebuah celengan bambu yang menjadi alat peraga untuk Shou Yu pun diletakkan di sisi kiri. Namun tak ayal, celengan bambu ini lalu menjadi sasaran anak-anak lucu ini. Beberapa dari mereka segera memasukkan uang yang mereka dapatkan dari ibunda mereka. Walau saat itu shou yu masih berlangsung, anak-anak ini tetap berusaha memasukkan uang ke dalam celengan bambu yang menjadi alat peraga. Usai penampilan shou yu, celengan bambu berkeliling mendatangi anak-anak ini. Mereka pun satu demi satu memasukkan uang ke dalamnya. Setelah semua selesai memasukkan uang, relawan pun menutup acara perayaan hari Ibu itu dengan berdoa bersama-sama. Selesai berdoa, anak-anak dengan didampingi ibu mereka, maju ke depan menerima sebuah celengan bambu dari relawan Tzu Chi. Hari itu, anak-anak lucu ini telah menerima sebuah pelajaran baru indahnya berbakti kepada orangtua, dan berbuat kebajikan kepada sesama. Sesuai dengan harapan yang disampaikan oleh Susanti Widjaja, dari Idear Taiwan Pre School, bisa berbakti kepada orangtua dan selalu punya cinta kasih kepada sesama. | |
Artikel Terkait
Menjalani Hidup Dengan Penuh Syukur
10 Juli 2013 Suatu bentuk kepedulian yang didasari oleh rasa cinta kasih serta jiwa tolong menolong terhadap sesama manusia, merasakan penderitaan, dan memberikan harapan baru bagi masyarakat yang memiliki kekurangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.Membangun Emosional Anak dan Orang Tua
27 Desember 2018Hari itu, anak asuh berhasil membuat kisah haru dan membangun emosial antara dirinya bersama para ibunya. Lebih mengharukan lagi, anak asuh mendapat kesempatan membasuh kaki ibunya. Hal ini, diakui oleh para ibu bahwa baru kali ini mereka merasakan kasih sayang yang mendalam dari anak-anaknya.