Berbeda Bentuk, Landasan Tetap Sama

Jurnalis : Ivana, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

* Para tim medis RSKB Cinta Kasih Cengkareng membawakan isyarat tangan.

Sedang ada perayaan di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi. Tanggal 10 Januari 2008 ini untuk pertama kalinya ia mendeklarasikan perubahannya dari poliklinik menjadi rumah sakit. Sudah tentu yang berkumpul di situ adalah para pelaku bidang medis.

Kesabaran untuk Menuang Teh
“Ya, bagus, pelan-pelan.... Yang lembut.... Bagus sekali!!” seru Lusi sambil bertepuk tangan. Dokter Nia yang punya nama lengkap Kurniasari, tersenyum-senyum senang di depannya. Mereka sedang berada di sisi kanan R. Serbaguna, Lt. 3 RSKB Cinta Kasih. Di antara tempat mereka berdiri dibatasi oleh meja, di atasnya terdapat sejumlah cangkir kecil, sebuah poci teh, dan tungku kecil, semuanya kosong. Dengan alat-alat itu, dokter Nia berlatih tatacara menyuguhkan teh, Lusi adalah pembimbingnya. Gerakannya masih sedikit kaku, tapi sudah terbilang apik untuk orang yang baru 2 hari mempelajari tatacara ini. Hingga satu jam menjelang acara, mereka masih asik berlatih, berusaha berkonsentrasi di tengah hiruk pikuk relawan, dokter, dan perawat lain yang sedang memberikan sentuhan terakhir pra acara. Keseriusan mereka bukan tanpa alasan. Nanti, Nia akan memperagakan tatacara ini, di atas panggung dan tentunya tanpa ditemani Lusi.

Sewaktu diminta oleh relawan bidang medis, Oey Hoey Leng, Nia mengiyakan saja tugas untuk menuang teh itu. Ia sama sekali tidak tahu bahwa yang dimaksud menuang teh itu memakai upacara tertentu dan harus dilakukan di hadapan orang banyak. Maklum, dr. Nia baru 3 bulan bergabung di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Ia salah satu dokter yang direkrut untuk menambah sumber daya manusia yang dibutuhkan setelah poliklinik berubah menjadi rumah sakit. “Beda sekali dengan rumah sakit pada umumnya. Kalo di Tzu Chi ini nggak cuma semata-mata ngobatin pasien,” tuturnya. Tentu, praktek menuang teh ini salah satu hal baru yang ia pelajari di Tzu Chi. Namun dr. Nia memandang positif semua aktivitas di luar yang menggunakan keahlian medisnya, “Bisa untuk melatih kesabaran,” katanya. Selama 3 bulan ‘perkenalan’ ini, ia dengan cepat merasa nyaman terhadap suasana kekeluargaan yang terbangun di RSKB Cinta Kasih. Ketidaknyamanan, merupakan salah satu alasannya pindah dari rumah sakit tempatnya bekerja sebelum ini.

foto   foto

Yang Kosong Harus Kita Isi
Dalam salah satu sesi acara, Mario, pembawa acara hari itu memanggil para karyawan yang telah melalui fase-fase penting hidupnya bersama dengan RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Ada 5 perempuan yang maju ke depan, 1 dokter, 2 perawat, 1 apoteker, dan 1 staf. Mereka masuk ke RSKB Cinta Kasih sebagai gadis, kemudian menikah, dan kini telah menjadi ibu dari anak-anak mereka. Empat tahun usia Poliklinik-RSKB Cinta Kasih Tzu Chi turut mengiringi perubahan besar dalam kehidupan orang-orang yang bekerja di dalamnya.

foto   foto

Suster Sutinah, diterima bekerja di Poliklinik Cinta Kasih Tzu Chi tanggal 29 Agustus 2003, 4 hari setelah pusat pelayanan kesehatan Tzu Chi ini resmi beroperasi. Suster Tinah, merupakan saksi hidup perkembangan RSKB dari awal hingga saat ini. Banyak sekali yang ia alami, misalnya bagaimana harus menenangkan pasien, anak-anak khususnya sewaktu akan periksa gigi. Dari masuk kerja pukul 8.00 sampai pukul 17.00 memang kebanyakan dilewatkannya di Poli Gigi. “Kecuali kalo lagi nganggur ya kita bantu-bantu bagian yang lain,” katanya. Saat diwawancara kerja, Zr. Tinah mengingat satu kalimat yang disampaikan padanya ‘Kita di sini saling membantu, mana yang kosong ya kita isi’. Karena itu, Zr. Tinah sadar atau tidak telah ikut membangun suasana kekeluargaan yang hangat di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi.

foto   foto

Bekerja di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, tidak melulu berurusan dengan hal-hal medis. Zr. Tinah juga pernah diminta mengikuti peragaan isyarat tangan, dan hari ini pun ia tampil di salah satu sesi. Perubahan dari poliklinik menjadi rumah sakit, membawa banyak perubahan yang dirasakan oleh Zr. Tinah, misalnya jam operasi rumah sakit menjadi 24 jam. Namun demikian, ia berharap ada hal yang tidak akan pernah berubah, “Semoga rumah sakit ini tetap berlandaskan cinta kasih,” katanya menutup wawancara.

foto   foto

Jubah Putih di Atas Panggung
Kegiatan yang berlangsung tepat pada hari libur nasional ini, dihadiri pula oleh para relawan, guru, dan mantan pasien. Meski banyak juga relawan komite yang hadir, seluruh rangkaian acara diisi oleh para ahli medis ataupun non-medis dari RSKB Cinta Kasih. Persiapan kegiatan yang dilakukan selama 2 minggu, menghadapi tantangan besar sebab mereka semua sudah cukup disibukkan persiapan beroperasinya rumah sakit 24 jam pada tanggal 14 Januari 2008. Terdapat dua penampilan isyarat tangan, satu oleh staf non-medis, dan satu oleh staf medis. Selain itu ada juga peragaan tatacara menuang teh dan merangkai bunga yang diiringi oleh nyanyian.

foto   foto

Wang Su Hui, relawan yang mendampingi pementasan ini mengungkapkan, “Saya sempat bertanya pada mereka, syair mana dari lagu bai pao li can ini yang paling menyentuh, ternyata kebanyakan mengatakan ’ba pu yi le da ai cing hai’. Mungkin karena mereka adalah dokter dan suster, sehingga terhadap syair tentang mereka harus menghapus penyakit dan penderitaan pasien ini mereka memiliki kesan yang lebih dalam.” Sewaktu mengajar, ia berkali-kali menekankan bahwa staf, suster, dan dokter ini harus mendalami makna dari lagu yang disampaikan. Pemakaian bahasa mandarin merupakan satu hal lagi yang cukup menyulitkan.

foto  

Ket : - Kita ingin selalu mengingatkan semua orang yang memberi pelayanan medis di rumah sakit ini untuk
           melayani pasien dengan sepenuh hati dan cinta kasih. Sebelum diberi santunan, warga juga diberi
           penjelasan dan pengenalan.

“Mulai hari ini, kita sudah berubah menjadi RSKB. Ini bukan suatu proses yang pendek, tapi cukup panjang,” kata dr. Kurniawan, direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Sejak mendapatkan ijin rumah sakit sejak tahun 2006, mulai dilakukan renovasi hingga sekarang poliklinik telah berubah menjadi memiliki ruang rawat inap yang terdiri dari 31 tempat tidur serta emergency room. Ada yang tetap sama di tengah perubahan ini, dr. Kurniawan menegaskan, “Kita ingin selalu mengingatkan semua orang yang memberi pelayanan medis di rumah sakit ini untuk melayani pasien dengan sepenuh hati dan cinta kasih.” Harapan untuk membuat rumah sakit yang penuh cinta kasih telah dibuktikan dengan memberlakukan sistem bahwa pasien yang akan rawat inap tidak perlu membayar uang jaminan lebih dulu.

 

Artikel Terkait

Menghirup Keharuman Dharma

Menghirup Keharuman Dharma

07 Agustus 2014 Relawan Tzu Chi Medan dengan giat melakukan Xun Fa Xiang (menghirup keharuman Dharma) untuk menyambut ketulusan hati Master Cheng Yen yang telah membabarkan Dharma bagi para murid-muridnya.
Bingkisan Natal di Panti Asuhan Jehovah Jireh

Bingkisan Natal di Panti Asuhan Jehovah Jireh

07 Desember 2021

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan kunjungan ke Panti Asuhan Jehovah Jireh Karimun pada 1 Desember 2021.

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -