Berbuat Bajik Itu Milik Segala Usia
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Anand YahyaDengan mengenakan kostum layaknya burung-burung di hutan, anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi memainkan drama musikal yang berjudul "Burung Gagak yang Berbakti". Pertunjukan ini memberi pesan kepada para peserta pentingnya berbakti kepada kedua orangtua. |
| ||
Burung Gagak yang Berbakti Dia tidak mau meninggalkan sarang karena ibunya sedang sakit sehingga tak bisa terbang meninggalkan sarang. Ibu gagak ini sudah berkali-kali meminta si anak pergi menyelamatkan diri, namun si anak tetap bersikeras melawan api yang berhembus dengan mengepak-ngepakkan sayapnya. Ajakan teman-temannya untuk meninggalkan sarang pun tak dipedulikannya. Ketiga teman burung gagak pun lantas tergugah hatinya saat melihat temannya itu terus- menerus berusaha memadamkan api. Mereka kemudian membantu temannya itu memadamkan api. Tak diduga, awan di langit kemudian tiba-tiba berubah menghitam. Suara petir terdengar dan hujan deras pun turun. Si jago merah yang tadinya ganas tiba-tiba melemah dan akhirnya padam. Si anak gagak dan teman-temannya bersorak-sorai gembira. Api telah berhasil dipadamkan hujan dan ibu si gagak pun luput dari kematian. Itulah secuil kisah burung gagak berbakti yang dimainkan oleh 9 anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi, Metta Devi (11) salah satunya. Dalam drama musikal itu, dia berperan sebagai anak burung gagak yang menolong ibunya. “Pas mainin seneng, itu kayak bener-bener nolong orangtua,” kata Metta yang suka memijat-mijat kaki mamanya saat malam. Elisa (12), pemeran burung gagak lain yang menjadi teman Metta juga turut mengutarakan perasaannya, “Perasaannya seneng, artinya berbaktilah kepada orangtua sebelum terlambat.”
Ket : - 15 tahun Wen Yu bergabung di Tzu Chi, dan banyak manfaat dan perubahan yang ia rasakan. (kiri) Tak Seperti yang Dikatakan Fitri yang sejak awal mengikuti acara ini juga mengatakan, dari yang kecil-kecil, dewasa hingga yang sudah berumur, semua ikut serta dalam pertunjukan bahasa isyarat tangan dan segala macam kegiatan lain yang sangat menggugah hati. Apalagi saat sepenggal drama musikal “Sutra Bakti Seorang Anak” dipertunjukkan, Fitri pun kembali tersentuh. “Wow oke, moga-moga nanti dibawa pulang. Sepatutnya ada 2 hal yang harus dikerjakan, berbakti kepada orangtua dan melakukan kebajikan,” kata dia. Dari acara ini Fitri memetik sebuah pelajaran untuk mulai belajar menjadi relawan dan menyisihkan waktu untuk berbuat kebajikan. “Shigu dan shibo yang sudah senior aja mau, apalagi kita yang masih muda-muda ini. Harus bisa menyisihkan waktu untuk berbuat kebajikan. Mudah-mudahan,” katanya berharap. Saat ditanya bagaimana suasana acara yang diikutinya? Dia berujar, “Suasananya rapi dan khidmat.” “Apalagi pas berdoa yang pake lilin itu, suasananya khusyuk banget. Aku juga sempat mendoakan sesuatu saat itu,” katanya. “Apa isi doanya?” tanya saya. “Semoga kita yang muda-muda yang masih punya tenaga, masih dikasih organ (tubuh) yang sehat, mata yang bagus, mulut untuk berbicara, semoga mulut itu bisa berguna. Semoga kata-kata yang kita keluarkan bisa menjadi inspirasi juga buat orang lain. Tidak bicara kasar, karena kita sudah dikasih mulut yang bagus sama Tuhan dan tidak cacat sama sekali,” kata Fitri yang juga reporter DAAI TV ini. Saat itu, dia juga berharap dapat memberikan yang terbaik untuk orang lain. Apalagi kita juga mempunyai tangan dan kaki, semoga bisa membantu mereka yang membutuhkan. Di akhir wawancara, ia pun mengatakan satu misi dengan para relawan Tzu Chi. “Semoga relawan semakin bertambah dan mudah-mudahan aku ikut di dalamnya,” katanya.
Ket : - Diiringi lantunan musik, para hadirin mengangkat lilin yang berada di genggaman mereka dan berdoa semoga dunia sejahtera dan terhindar dari bencana. (kiri) Tak Pernah Menyangka Wen Yu pun mengatakan bahwa pada waktu itu yang ada di pikirannya hanya mengajak teman-temannya untuk bergabung dengan Tzu Chi. “Hingga ke bos saya, Pak Eka dan Pak Franky. Juga ke Pak Sugianto Kusuma yang saya kenal tapi dia tidak kenal saya,” katanya. “Tetapi tetap saja, mereka bergabung karena mereka memang berjodoh dengan Tzu Chi. Saya hanyalah pendorong yang baik. Saya juga sangat berterima kasih dan gan en kepada Ibu Liu Su Mei dan teman-teman dari Taiwan karena berkat tekad merekalah Tzu Chi bisa berkembang,” tambahnya. Wenyu juga mengatakan kepada para peserta yang hadir bahwa Tzu Chi di Indonesia dapat berkembang pesat seperti ini juga berkat sumbangsih dan kerja keras setiap relawan. “Saya bangga dengan Tzu Chi Indonesia,” ungkapnya dengan wajah tersenyum. | |||