Berdana Mulai dari Sekarang

Jurnalis : Amelia Devina (He Qi Utara), Fotografer : Iea Ang (He Qi Utara)

foto
Acara Gan En Hu kali ini sedikit berbeda karena para penerima bantuan mengikuti bedah buku 20 Kesulitan Dalam Kehidupan yang dibawakan dengan cara menarik dan interaktif.

Menurut Master Cheng Yen dalam buku 20 Kesulitan Dalam Kehidupan, berdana adalah sebuah pengungkapan cinta, yang artinya melenyapkan ego seseorang dan mengembangkan hatinya untuk peduli pada semua orang.

Seperti biasa, tiap bulannya di Jing Si Books & Café Pluit, diadakan acara ramah tamah bersama para penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu) di komunitas He Qi Utara. Selain untuk menerima bantuan biaya bulanan dan uang sekolah, acara ramah tamah ini juga diadakan agar para Gan En Hu dapat lebih mengenal ajaran Master Cheng Yen, saling berinteraksi antar relawan dan antar sesama penerima bantuan. Pada Minggu, 2 Maret 2014, acara bulanan ini dibuat dengan tema yang diambil dari buku 20 Kesulitan Dalam Kehidupan: Sulit Bagi Orang Miskin Untuk Berdana.

Setelah menyaksikan tayangan Lentera Kehidupan yang salah satunya mengisahkan bagaimana para petani di Myanmar setiap harinya menyisihkan segenggam beras untuk membantu sesama, sebanyak 24 peserta acara ramah tamah diajak untuk saling berdiskusi, seperti acara bedah buku yang kerap diadakan para relawan di komunitas masing-masing.  Po San Shixiong, seorang relawan yang aktif di misi amal, membawakan sesi bedah buku ini.

Rasa Syukur Adalah Kunci
‘Sulit bagi orang miskin untuk berdana’ merupakan kalimat yang sangat menarik. Ketika ditanya apa yang dimaksud dengan ‘orang miskin’, salah seorang peserta, Rudi Shixiong, menjawab, “Kata miskin harus dilihat dari sudut pandang yang lebih luas. Miskin tidak berarti bahwa ia tidak mempunyai uang. Orang yang hatinya tidak bahagia, tidak suka memberi, juga bisa berarti bahwa ia miskin.” Po San Shixiong pun menyambung dengan memberikan sebuah pertanyaan, “Ada nggak orang yang mobilnya sudah tiga tapi masih merasa kurang?” Para peserta pun serempak menjawab, “Ada!”

Menurut Po San Shixiong, orang miskin adalah orang yang selalu merasa kekurangan. Mengapa orang bisa merasa kekurangan? Ada yang menjawab: karena serakah, karena orang selalu merasa tidak puas, dan karena mereka tidak merasa bersyukur. Maka karena itu, kemiskinan tidak bergantung pada berapa banyak yang seseorang miliki,tapi bergantung pada rasa syukur yang dimiliki seseorang.

Banyak orang terjebak dengan kata berdana. Mereka merasa bahwa dana sama dengan uang dan materi, sedangkan mereka yang mau berdana akan berpikir bahwa mereka sendiri pun masih kekurangan. Mana mungkin bisa memberikan uang dan materi? Padahal, dana juga termasuk berdana pikiran, tenaga, nasehat, dan perhatian. Menurut Po San Shixiong, ada jenis dana yang sering tidak terpikirkan, yaitu dana maaf.

foto   foto

Keterangan :

  • Setiap acara Gan En Hu, relawan Tzu Chi memberikan sharing inspiratif yang dapat menginspirasi para penerima bantuan (kiri).
  • Relawan Tzu Chi senantiasa bersukacita dalam kegiatan dan bersyukur kepada para penerima bantuan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat berbuat kebajikan (kanan).

Po San Shixiong pun kembali bertanya, “Apakah ada di sini yang pernah disakiti? Dan apakah kita sudah memaafkan orang yang menyakiti kita?” Ada yang menjawab, “Belum tentu.” Seorang peserta yang lain, Julikam Shixiong, menjawab, “Sudah.” Tepuk tangan pun menyambut jawaban tersebut. Menurut Julikam Shixiong, dengan memaafkan maka hati kita tidak menyimpan dendam. Dengan demikian, kita tidak lagi bermusuhan dengan siapapun, pikiran pun tenang, hati jadi plong.

Perlu Segera Berdana
Po San Shixiong menceritakan bahwa ia pernah mendapat sebuah pengalaman berkesan ketika dalam sebuah kegiatan Tzu Chi memberikan bantuan 20 kg beras kepada seorang Ibu. Ibu tersebut bertanya, apakah beras bantuan ini juga boleh dibagikan untuk orang lain. Po San Shixiong pun melihat bahwa di sekeliling rumah ibu tersebut, banyak tetangganya yang hidupnya sangat memprihatinkan. Po San Shixiong bertanya kepada sang Ibu, “Mengapa Ibu mau membagi berasnya? Memangnya Ibu tidak membutuhkan? ”Jawaban Ibu tersebut membuat Po San Shixiong tercengang. Sang Ibu menjawab, ia tentu membutuhkan. Akan tetapi, selain dia, banyak yang juga masih memerlukan. Ia bisa berbagi karena anaknya sudah jadi, sudah sukses. Ketika Po San Shixiong mendengar kata ‘sudah jadi’, ia tentu berpikir bahwa anak Ibu tersebut sudah menjadi pengusaha kaya. Ternyata ibu tersebut berkata bahwa anaknya telah menjadi seorang tukang bangunan. Bagi Ibu tersebut, anaknya yang tukang bangunan tersebut sudah sukses. Ini membuktikan bahwa kesuksesan juga tidak mempunyai patokan.

Kenapa kita harus segera berdana? Karena kehidupan kita tidak kekal dan tubuh kita rapuh. Kita tidak pernah tahu kapan kita akan pergi meninggalkan dunia ini, dan kesehatan badan kita pun tidak kita ketahui akan berapa lama dapat bertahan. Kalau tubuh sakit, maka akan sulit bagi kita untuk bisa berdana membantu orang lain. Oleh sebab itu, selagi tubuh kita sehat dan kita masih mampu, berdana adalah sesuatu yang tidak boleh kita tunda.

Kebetulan sekali, di pagi itu sebelum acara dimulai, Julikam Shixiong sudah memberikan contoh yang baik. Ia membawa kumpulan koin yang dibungkus kertas. Dengan sungguh hati ia berkata, “Saya mau menyumbangkan ini kepada Yayasan Buddha Tzu Chi.” Sungguh mengharukan! Ketika dilihat, koin ini tentu sudah lama ia simpan. Banyak yang warnanya sudah pudar termakan usia. Pastilah ia sangat menyayangi koleksi koinnya ini. Ada yang berasal dari Malaysia, Singapura, Cina, Hong Kong, juga Australia. Seperti kata Master Cheng Yen, kita perlu menjaga sebersit niat pikiran. Ketika timbul niat untuk berdana membantu sesama, niat itu harus segera kita wujudkan. Julikam Shixiong menyadari bahwa walaupun ia adalah seorang penerima bantuan, ia pun dapat memberikan bantuan bagi orang lain lewat apa yang ia punya. Inilah yang disebut dengan kebijaksanaan.

Po San Shixiong menutup sesi bedah buku dengan beberapa kalimat bijak, “Orang yang tidak mampu, ketika ia memberi, ia pun akan merasa menjadi orang yang mampu. Tanpa bersyukur, kita tak akan bisa bersumbangsih. Dan ketika kita bersumbangsih, kita akan merasa bahagia.” Ada pepatah yang mengatakan, “Tidak ada yang sulit sepanjang Anda mau bekerja keras.” Selama masa Buddha, seorang nenek tua miskin menukar rambutnya yang panjang untuk sebuah lampu minyak agar ia dapat mempersembahkan pelita kepada Buddha. Itulah cara memberi. Di dunia Tzu Chi, ada banyak cerita yang menunjukkan bahwa sepanjang Anda memiliki kemauan, Anda dapat mencapai segalanya.


Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Gigi di Wihara Dhanagun

Baksos Kesehatan Gigi di Wihara Dhanagun

16 Desember 2014 Lebih kurang 70 relawan dari Tzu Chi maupun PGB Peduli bersama-sama melayani para warga. “Kita membantu masyarakat sekitar Wihara Dhanagun. Kita ingin menolong sesama yang ingin ke dokter gigi saja tidak ada biaya,” ujar Sumitro, relawan Tzu Chi Bogor.
Membersihkan Lingkungan Panti Werdha di Singkawang Selatan

Membersihkan Lingkungan Panti Werdha di Singkawang Selatan

20 April 2018

Untuk mewujudkan lingkungan yang bersih serta nyaman bagi lansia, relawan Tzu Chi Singkawang bersih-bersih Panti Werdha Sinar Abadi yang terletak di Singkawang selatan, Minggu 15 April 2018. Di sini relawan juga memberikan edukasi begaimana menjaga kebersihan kamar masing-masing.

Galang Hati untuk Merapi di Batam

Galang Hati untuk Merapi di Batam

06 Desember 2010 Pada tanggal 13 dan 14 November 2010, sebanyak 87 orang relawan yang dibagi menjadi 18 tim, disebar ke 6 mal dan 2 pasar. Sebelum berangkat, semua relawan berbaris rapi mendoakan para korban bencana.
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -