Berdoa untuk Dunia
Jurnalis : Agus (Tzu Chi Batam), Fotografer : Akong, Joni, Reno Wismanto (Tzu Chi Batam)Pada Minggu, 10 Mei 2015, 616 orang yang terdiri dari relawan Tzu Chi, donatur, masyarakat umum dan siswa-siswi sekolah di Batam berkumpul di halaman Posko Daur Ulang Tzu Chi Batam untuk memperingati tiga hari besar, yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia.
Setiap kali mendekati bulan Mei, insan Tzu Chi di seluruh dunia akan sibuk mempersiapkan peringatan tiga hari besar yang akan digelar pada minggu kedua bulan Mei. Tiga hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Sama halnya yang dilakukan insan Tzu Chi di Batam.
Pada Minggu, 10 Mei 2015, insan Tzu Chi Batam berkumpul di halaman Posko Daur Ulang Tzu Chi Batam untuk memperingati tiga hari besar tersebut. Pada tahun ini perayaan terasa begitu berkesan bagi setiap insan yang hadir. Pasalnya, insan Tzu Chi Batam akan memulai pembangunan Aula Jing Si yang akan dimulai dengan prosesi Peletakan Batu Pertama pada 14 Juni mendatang. “Kami juga demi pembangunan Aula Jing Si mendoakan berkah. Semoga semua dapat berjalan dengan lancar”, kata Djaya Iskandar, selaku koordinator acara Waisak kali ini.
Tahun ini, insan Tzu Chi Batam bersama peserta membentuk formasi T, C, 4, dan 9 yang bermakna usia Tzu Chi yang kini telah menginjak tahun ke-49.
Pada peringatan tahun ini, insan Tzu Chi Batam membentuk formasi huruf T, C, 4, dan 9 yang mengandung makna Tzu Chi sudah berusia 49 tahun. Formasi ini dibentuk oleh 616 orang yang terdiri dari relawan Tzu Chi, donatur, masyarakat umum dan siswa-siswi sekolah di Batam.
Sejak pukul 7 pagi, para peserta sudah mulai berdatangan memenuhi lapangan acara dan menempati posisi masing-masing. Acara dibuka dengan berdoa bersama demi kelancaran acara. Momentum ini juga digunakan untuk mendoakan korban bencana gempa yang baru saja melanda Nepal beberapa waktu lalu. Pada pukul 8 pagi, para peserta dengan kesatuan hati melafalkan Gatha Pendupaan dan di saat yang bersamaan, 56 pembawa persembahan melangkah dengan khidmat menuju meja pemandian Rupang Buddha.
Kekhidmatan acara membuat setiap insan yang menghadiri prosesi menitikkan air mata.
Prosesi pemandian Rupang Buddha pun dilakukan. Pemandian ini memiliki makna bahwa pada saat kita membersihkan Rupang Buddha sesungguhnya kita sedang membersihkan diri kita dari kekotoran batin.
Kekhidmatan acara begitu terasa dan menyentuh hati setiap peserta. Salah satunya Maggie Cai, warga asal Taiwan yang tengan berlibur di Batam. Maggie menceritakan bahwa dia mendapat kabar dari temannya bahwa Tzu Chi Batam tengah menggelar peringatan tiga hari besar. Setelah mengetahui hal itu, ia segera meluangkan waktu untuk ikut serta dalam formasi.“Saya merasa sangat terharu, barisan sangat rapi, dan cuaca juga sangat mendukung seperti semua ini sudah direncanakan oleh Buddha. Perasaan terharu semakin terasa saat memanjatkan tiga ikrar hingga air mata mengalir tanpa disadari,” pungkas Maggie yang juga telah menjadi donatur Tzu Chi selama 20 tahun itu.
Maggie Cai, warga negara Taiwan yang tengah berlibur ke Batam meluangkan waktu untuk mengikuti acara peringatan tiga hari besar Tzu Chi.
Senada dengan itu, Stella yang menjadi pembawa acara kali ini menuturkan, “Saya merasa sangat bangga diberi kesempatan mengemban tanggung jawab ini. Yang terpenting adalah kita perlu menjaga pikiran dan hati ini selalu dalam kondisi bajik, maka Buddha dan Master Cheng Yen akan turut mendoakan agar acara dapat berlangsung dengan lancar.”
Hal ini diamini oleh Djaya Iskandar. Baginya setiap kali mengikuti prosesi Waisak, dirinya selalu merasa terharu dan mendapatkan dorongan yang baru. Tahun ini, Djaya merasa prihatin terhadap bencana yang terjadi belakangan ini, “Kita melihat Nepal terjadi bencana yang sedemikian besar, jadi saat berdoa, kita semua berdoa bagi Nepal, dan dunia ini agar terbebas dari bencana.”