Sebanyak 12 relawan Dharma Wanita Xie Li Kaltim 1 turut memenuhi undangan penyuluhan untuk mendukung program pencegahan stunting yang digelar di Balai Posyandu Desa Sukamaju, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur.
“Kasih sayang bukan sesuatu yang diminta dari pihak lain, melainkan harus berasal dari sumbangsih yang dilakukan melalui upaya tanpa pamrih dan dilakukan hingga segalanya terselesaikan secara sempurna”.
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)
Masih minimnya pengetahuan pentingnya pemenuhan gizi pada ibu hamil, juga terbatasnya akses layanan kesehatan, menyebabkan angka stunting di beberapa tempat masih tergolong tinggi. Stunting merupakan kondisi seorang anak gagal tumbuh dengan baik karena kurangnya nutrisi terutama pada 1000 hari kehidupan. Untuk itu, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas Kongbeng mengundang berbagai pihak untuk bekerja sama menanggulangi masalah stunting ini. Termasuk menggandeng relawan Xie Li Kalimantan Timur (Kaltim) 1.
Senin (26/2/24), 12 relawan Dharma Wanita Xie Li Kaltim 1 turut memenuhi undangan penyuluhan yang digelar di Balai Posyandu Desa Sukamaju, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur. Materi yang diberikan seperti pelatihan pemberian makanan tambahan (PMT) berbasis pangan lokal untuk ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
Yuvie, selaku ahli gizi dari BLUD Puskesmas Kongbeng menjelaskan tentang pemberian menu makanan, porsi makanan, dan jumlah kalori yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak untuk mencegah stunting. Penjelaskan ini juga disertai dengan praktik langsung memasak bahan pangan.
Yuvie (berbaju merah) mempraktikkan cara mengolah pangan lokal sebagai bagian dari pemberian makanan tambahan untuk anak.
Sementara Nur Hanifah, bagian sanitasi di puskesmas yang sama menjelaskan penanganan stunting yang telah dilakukan oleh Puskesmas Kongbeng. “Ibu-ibu, keadaan stunting dapat diperbaiki pada anak yang berumur sampai 2 (dua) tahun. Sedangkan apabila anak sudah lebih dari 2 (dua) tahun, anak tersebut tetap dapat diberikan menu PMT yang baik selama 90 hari sehingga diharapkan status gizi anak (berat badan) dapat bertambah, walau dalam keadaan tertentu proporsi tinggi badan akan menyesuaikan dengan sendirinya. Pemenuhan gizi menjadi krusial agar pemenuhan kebutuhan kalsium, protein dan zinc bagi ibu hamil dan anak tercukupi dengan baik,” terangnya.
Nur Hanifah menambahkan jika angka stunting kemungkinan ada peningkatan. “Karena administrasi pencatatan setiap posyandu berbeda juga belum semuanya data dikumpulkan, jadi ada kemungkinan angka anak stunting di Kecamatan Kongbeng meningkat. Untuk itu mohon bantuan ibu-ibu semua yang hadir untuk bersama membantu mencegahnya,” ujarnya penuh harap.
Relawan segera mencari data akurat melalui aplikasi “Sigizi Terpadu” yang telah dikelola oleh Puskesmas Kongbeng. Juga melakukan audiensi ke bagian Kesehatan Lingkungan yang ada di Kantor Kecamatan Kongbeng dan BLUD Puskesmas Kongbeng untuk mengetahui jumlah anak stunting yang terdata. Dari sini relawan juga mendapat data jumlah MCK yang belum layak yang terdapat di berbagai desa sekitar yang terdampak stunting. “Data ini penting kita dapatkan supaya relawan juga bisa membantu mencegah stunting. Apalagi kita juga memililki program 3 kilometer dari operasional perusahaan agar bebas dari stunting. Untuk itu, tentu kita akan sangat mendukung pencegahan stunting yang dijalankan Puskesmas Kongbeng,” pungkas Sarah Fonna, salah satu relawan Dharma Wanita.
Editor: Metta Wulandari