Bergotong Royong Membersihkan Sekolah
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
|
| ||
Jumat pagi itu ia dan teman-temannya sedang belajar mengambar, ibu guru memberikan arahan mengambar tentang gotong royong dan kerja sama, ia pun mengambar sekolahnya dengan setiap ruang kelas. Ia mau mengambar orang-orang yang bekerja sama membersihkan dan mencat sekolah, begitu pula dengan anak-anak lainnya banyak yang mengambar sekolah dikelilingi oleh orang-orang yang bekerja sama membuat sekolah menjadi indah. Seorang guru, Sherafina merasa sangat senang karena kelas telah menjadi lebih bersih, “Karena dengan adanya bantuan ini sekolah kami lebih kelihatan lebih bersih. Anak-anak jadi lebih senang, orang tua juga lebih tenang karena merasa kelasnya lebih sehat, kalau yang lalu kan dindingnya becek-becek dan pengap,” ucapnya di sela-sela waktu mengajar. Sejak banjir, sudah lebih dari satu bulan murid-murid TK Katolik Santa Maria Magdalena, Manado dan SD Katolik XVI Santu Kornelius, Tikala Baru, Manado, belajar di kelas yang kotor karena sisa lumpur dari banjir, pembatas ruangan yang terbuat dari triplek pun tampak rusak. Walaupun begitu mereka tetap belajar di dalam kelas seperti biasanya. Pada tanggal 25 Maret 2014, relawan Tzu Chi yang melakukan survei di wilayah Tikala Baru melihat sekolah tersebut masih belum kembali normal seperti biasanya karena bekas-bekas banjir masih terlihat di setiap dindingnya, oleh karena itu, relawan pun memutuskan untuk mengunjungi sekolah dan mengajukan bantuan untuk mengecat ulang sekolah dan merenovasi bagian yang rusak. Keesokan harinya relawan kembali mengunjungi sekolah dan di sana mereka juga berkesempatan berkumpul dengan beberapa orang tua murid mengenai apa yang akan dilakukan. Pada intinya relawan bukan ingin melakukan bersih-bersih saja, tetapi mau melibatkan semua orang tua murid untuk ikut serta dan bergotong royong membersihkan tempat di mana anak-anak mereka menempuh pendidikan. Tidak disangka ajakan relawan mendapatkan sambutan yang positif dari orang tua murid. Mereka juga ingin anak-anak mereka kembali belajar di tempat yang lebih bersih dan sehat.
Keterangan :
Kamis, 27 Maret 2014, pukul 7 pagi orang tua sudah berkumpul dan bersiap dengan peralatan masing-masing untuk melakukan pembersihan. Sekitar 60-an orang tua ikut serta membersihkan sekolah. Hari itu merupakan hari kerja, ada yang menyempatkan sedikit waktunya untuk membantu sebelum pergi bekerja, ada juga yang meninggalkan pekerjaannya untuk kerja bakti bersama di sekolah. Saat itu murid-murid dipindahkan sementara ke beberapa tempat di sekitar sekolah. Kebanyakan orang tua yang ikut membantu adalah para ibu yang tentunya pekerjaan membersihkan tembok dan mengecat tembok bukan pekerjaan yang biasa mereka lakukan. Memasak seolah lebih mudah bagi mereka, tapi mereka tetap bersemangat melakukannya, walaupun setelah itu mereka harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang tertinggal sementara.
Keterangan :
“Acara ini bagus sekali, karena jarang ada acara seperti ini, cinta kasih direalisasikan dengan bukti-bukti seperti ini. Kita kira masyarakat juga bisa melihat, Yayasan Buddha Tzu Chi turun langsung membersihkan. Walau dorang (kami) sebagian Katolik, tapi bekerjasama antar agama. Kita tidak melihat dari segi agama atau golongan tapi kita lihat dari partisipasi nyatanya yang langsung turun tangan,” ucap Paulus Wowiling yang dua cucunya bersekolah di tempat tersebut. Akibat penyakit asam urat, kakinya tidak dapat bergerak leluasa, tapi ia mau tetap membantu karena kedua cucunya bersekolah di sana. Ia menambahkan bahwa bantuan ini menjadi suatu kebanggaan bagi para orang tua murid.
Keterangan :
Sekitar pukul 4 sore, sekolah tampak berbeda, hampir sebagian besar ruangan telah selesai dibersihkan dan di-cat ulang. Beberapa orang tua pun masih bersemangat untuk men-cat. Melihat hal tersebut, Kepala Sekolah SD Katolik XVI Santu Kornelius, Henny Toad Rawung merasa sangat tersentuh. “Pikir-pikir mimpi apa karena kedatangan tamu yang tak terduga, kedatangan yamu yang luar biasa bagi kami, kami merasakan damai sukacita. Luar biasa karena memang jarang sekali orang tua bisa kumpul seperti ini. Kita sangat bangga bersyukur dan bertrima kasih karena sudah berkumpul bekerja sama. Dulu agak susah kumpulin orang tua untuk kerja bakti,” ucapnya bangga. Perasaan bahwa setiap anak juga adalah anak mereka, itulah yang membawa insan Tzu Chi membantu sekolah tersebut. Mereka ingin setiap anak dapat kembali belajar dengan senang, tenang, dan tentunya di dalam lingkungan yang bersih dan sehat. Keesokan harinya anak-anak sudah dapat kembali belajar tanpa ada lagi bekas-bekas lumpur dari banjir yang menghiasi kelas mereka, sehingga mereka pun lebih bersemangat untuk belajar mengapai cita-cita mereka. | |||
Artikel Terkait
Memberikan Kebahagiaan dan Kenyamanan Di Bulan Suci Ramadan
24 Mei 2019Untuk menjaga rumah yang selalu bersih adalah hal yang sangatlah mudah bagi setiap orang. Lain halnya, dengan Pak Muhammad (54), salah satu penerima bantuan Tzu Chi yang hidup sebatang kara dan memiliki keterbatasan penglihatan (buta). Relawan membantunya membersihkan rumah untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.