Siswa-siswi kelas budi pekerti membawakan isyarat tangan lagu Di Qiu De Hai Zi (Anak-anak Bumi) dengan kompak dan bersemangat.
Cara-cara Menyayangi Bumi Kita menjadi tema kali ini dalam Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Minggu, 19 Mei 2024, sebanyak 25 siswa-siswi dan 27 relawan menghadiri kelas kali ini. Saat sesi materi yang dibawakan oleh Beverly, dimulai dengan sebuah pertanyaan yang memicu antusiasme para peserta. Pertanyaannya, “Beberapa waktu ini cuaca panas sekali dan tidak menentu, bencana alam juga sering terjadi, kok bisa begitu ya?” Mendengar pertanyaan tersebut, siswa-siswi yang mengikuti kelas pun berebut untuk menjawab. Ada yang berteriak, “Iya loh, Ce!” dan ada juga yang menambahkan “Iya, kemarin ada angin puting beliung di Batu Lipai, habis itu atap rumahnya terbang-terbang.”
Beverly menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan oleh pemanasan global yang dipicu oleh dua gas utama: CO2 (karbon dioksida) dan CH4 (metana). Kita semua dapat menjadi superhero yang berupaya untuk menyembuhkan bumi dari “demamnya”. Beverly menjelaskan bahwa CO2 sebagian besar berasal dari asap kendaraan dan pabrik, sedangkan CH4 berasal dari kotoran hewan ternak serta sampah organik yang membusuk seperti sisa makanan.
Anak-anak mendengarkan materi dengan antusias dan sangat tertarik untuk mengetahui cara-cara “menyembuhkan” bumi dari demamnya.
Seluruh peserta diajak untuk membuat lingkaran besar dan bermain permainan dengan seru.
Beverly juga menjelaskan kaitan antara menghemat energi, bervegetaris, dan mengurangi sampah organik dengan tidak membuang makanan dalam upaya mengurangi gas CO2 dan CH4. Materi dibawakan dengan seru dan mudah dipahami oleh siswa-siswi.
“Makanan yang kita buang, ia akan merasa sedih, marah, dan menjadi jahat, ia akan mengeluarkan gas CH4 dan membuat bumi kita semakin panas!” jelas Beverly.
“Padahal di sekitar kita masih banyak orang yang susah dapat makanan, tapi makanan yang dibuang oleh warga Indonesia setiap tahunnya bisa untuk memberi makan 61 juta orang, banyak sekali ya, sayang banget kan?” lanjut Beverly, selain mengajak siswa-siswi untuk menerapkan pola hidup ramah lingkungan, ia juga sekaligus mengajak anak-anak untuk berbagi.
Para siswi menceritakan kembali apa yang mereka peroleh dari video inspiratif yang ditonton. Video tersebut menceritakan tentang siswa-siswi yang secara diam-diam memasukkan makanan ke dalam kotak bekal kosong teman mereka yang kurang mampu.
Setelah mendengarkan materi dan menyadari dampak positif dari tidak menyisakan makanan, siswa-siswi langsung mempraktikkan dengan menghabiskan makanan mereka (nasi Hainam Vegetaris).
Tak hanya itu, pentingnya daur ulang juga dijelaskan dalam materi ini. Daur ulang dilakukan agar mengurangi kebutuhan untuk menambang dan mengekstraksi bahan mentah baru. Proses produksi barang dari bahan daur ulang biasanya membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan produksi dari bahan mentah. Dengan mengurangi penggunaan energi, emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (COâ‚‚) dan metana (CHâ‚„) juga akan berkurang.
Barang-barang apa saja sih yang bisa didaur ulang di Tanjung Balai Karimun? Plastik kode 1, 2, dan 5, kertas bekas, kardus, kaleng, barang elektronik, dan pakaian layak pakai. Di akhir materi, siswa-siswi diberikan pekerjaan rumah untuk membawa barang-barang yang bisa didaur ulang pada pertemuan berikutnya. Melalui kegiatan ini, relawan berupaya untuk meningkatkan kesadaran anak-anak mengenai pentingnya menghargai dan menjaga sumber daya alam demi kelestarian bumi. Seperti kata perenungan dari Master Cheng Yen, “Dengan menyayangi alam semesta, semua orang hidup aman dan sejahtera.”
Editor: Hadi Pranoto