Berharap pada Kontrol Kedua
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto * Doni Wilianto (13) berbaring di ruang pemulihan seusai menjalani operasi mata kanannya. Sayang, operasi itu belum berhasil mengembalikan penglihatannya yang dahulu. | “Doni.. Doni.. Ayo bangun,” bujuk seorang relawan Tzu Chi mencoba membangunkan Doni Wilianto (13) yang masih juga belum tersadarkan dari pengaruh obat bius. Karena usianya yang masih belia, Doni menjadi satu-satunya pasien katarak yang harus dibius total saat menjalani operasi pada hari kedua baksos kesehatan mata yang diadakan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerjasama dengan Korps Brigade Mobil (Brimob) di Klinik Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Baksos kesehatan yang diadakan tanggal 24-26 Oktober 2008 tersebut dalam rangka ulang tahun Brimob yang ke-63. |
Lima menit telah berlalu, namun Doni belum juga siuman. Tim medis Tzu Chi dibantu relawan Tzu Chi terus berupaya membuatnya sadar. Memanggil-manggil namanya, memijat-mijat pergelangan kakinya, dan bahkan menggelitik telapak kakinya pun dilakukan, namun Doni tidak juga siuman. Memasuki menit ke-10, Doni mulai terlihat bergerak. Dan benar saja, ia telah siuman. Pengaruh obat bius itu berangsur menghilang dan Doni pun dipindahkan ke ruang pemulihan. Setelah diberitahu operasi telah selesai, ayah dan ibu Doni datang menghampiri dan melihat kondisi Doni. Mereka terlihat bahagia karena operasi Doni telah berjalan baik dan lancar. Saya pun kemudian memberanikan diri bertanya kepada ibunda Doni. Estini (40) kemudian bercerita mengenai buah hatinya ini. Doni harus kehilangan penglihatan sejak tanggal 14 Agustus 2005 silam. Awalnya ia hanya merasa sinar matahari dan cahaya terlalu terang di matanya. Ia pun memakai penutup untuk menguranginya. Lama-kelamaan, ia tak bisa lagi melihat. Saat itu, Estini dan suaminya Ale (42), segera memeriksakan kondisi mata anak mereka ke sebuah rumah sakit di Solo. Di sana dikatakan penyakit yang diderita Doni bukanlah katarak melainkan gangguan syaraf matanya. Dari Solo Doni dirujuk ke Jakarta. Namun hasilnya tidak bisa membuat Doni dapat melihat indahnya dunia lagi. Selama 3 tahun ini, orangtua Doni telah berupaya semaksimal mungkin mengobati penyakitnya. Mereka bahkan rela bolak balik menempuh perjalanan Pacitan (Jawa Timur) – Jakarta. Namun semua itu belum dapat mengembalikan penglihatannya. Ket : - Perhatian terus diberikan oleh relawan Tzu Chi kepada para pasien bahkan hingga detik-detik terakhir Pernah, mereka menjalani perawatan di sebuah tempat pengobatan altenatif. Saat kembali ke rumah, Doni sempat dapat melihat selama 2 hari namun setelah itu, kegelapan kembali memupus kegembiraannya. Soal biaya, sudah tak terhitung lagi berapa biaya yang mereka habiskan untuk menyembuhkan Doni. Sementara, ayah Doni adalah seorang penjahit pakaian yang bekerja di sebuah perusahaan konveksi di Pademangan, Jakarta Utara. Biasanya ia pulang ke Pacitan menemui istri dan anaknya sekali dalam 3 bulan. Menurut penuturan Estini, 1,5 tahun sebelum matanya tak bisa melihat, Doni sempat terjatuh di sekolah karena bangkunya ditarik seorang teman. Namun, Doni diam dan tak pernah memberitahukan kejadian itu kepada orangtuanya karena takut dimarahi. Satu hari, seorang teman Ale memberitahunya agar mendaftarkan Doni meminta bantuan pengobatan ke Tzu Chi. Lalu, mereka pun melengkapi persyaratan yang diwajibkan. Mereka berharap dengan mengikuti bakti sosial kesehatan ini, Doni dapat melihat normal kembali. Ket : - Seorang perawat sedang mengatur aliran cairan infus yang diberikan untuk Doni yang baru saja selesai Siang itu di Klinik Brimob, operasi mata kanan Doni pun berhasil dilakukan. Namun, dr Agung yang mengoperasinya tidak yakin hasilnya akan berhasil karena kondisi syaraf Doni sudah tidak lagi bagus. Apalagi syaraf mata sebelah kiri telah lama rusak. Dr Agung juga bertutur ia tidak melihat ini sebagai trauma namun karena bawaan. ”Apalagi ini terjadi di kedua matanya,” ungkapnya. Keesokan harinya, 26 Oktober, kontrol pertama hasil operasi pun dilakukan. Penutup mata kanan Doni pun dibuka. Namun, sayangnya Doni tetap belum bisa melihat dengan jelas. Ia hanya dapat melihat seberkas sinar semata. Sontak, Estini pun menangis sedih menerima kenyataan yang harus diterimanya. Melihat pemandangan itu, Suster Wenny pun segera memberikan harapan untuk keluarga malang ini. ”Bu, kita coba lihat lagi di kontrol kedua (31 Oktober –red), semoga saat itu berhasil ya, Bu,” ungkapnya menghibur. | |