Jalinan jodoh saat pembagian bantuan alat pertanian
beberapa waktu lalu, membuat warga tidak asing lagi terhadap relawan Tzu Chi. Tangan
beranjali dan mengucap “Gan En”
menjadi cara mereka menyapa relawan.
Baksos kesehatan di Sekolah Menengah Lamego segera dimulai.
Alur baksos disesuaikan dengan perencaanan sebelumnya. Para relawan lokal
(setempat) bertugas menyiapkan meja dan kursi, membimbing peserta berdasarkan
ketentuan, dan memprioritaskan agar pasien berusia lanjut (lansia), wanita dan
anak-anak, serta yang menderita penyakit kronis dapat dilayani terlebih dahulu.
Di lapangan juga disediakan titik yang jelas, dan di setiap tahap pemeriksaan
ada relawan lokal yang mendampingi sehingga proses baksos kesehatan dapat
berjalan dengan lancar.
“Daripada memberi mereka permen, sebaiknya mengajari
mereka bagaimana menggosok gigi.” Drg. Liao Jingxing dari Tzu Chi International
Medical Association (TIMA) Amerika Serikat secara khusus berpesan agar warga Desa
Lamego dapat menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi. Tim Medis Tzu Chi
dalam baksos kesehatan juga secara khusus membawakan 500 buah sikat gigi dewasa
dan anak-anak untuk dibagikan kepada mereka. Relawan lokal (Afrika) juga telah
bersiap di area tunggu baksos, untuk menyampaikan sosialisasi kesehatan kepada
warga desa.
Drg. Liao Jingxing dari TIMA Amerika Serikat secara khusus berpesan,
“Daripada memberi mereka permen, sebaiknya mengajari mereka bagaimana menggosok
gigi.”
Tanggal 20 Mei 2019, Tim Medis Tzu
Chi bergerak menuju Desa Lamego, Kabupaten Nhamatanda,Provinsi Sofala, Mozambik
untuk mempersiapkan baksos kesehatan keesokan harinya di Sekolah Menengah
Lamego. Sepanjang perjalanan, dari jalan utama yang menghubungkan Mozambik
dengan Zimbabwe, masih terlihat bekas jalanan yang rusak akibat erosi banjir. Sebagian
air banjir belum surut, dan padang rumput masih terlihat tergenang air.
Bantuan Sekolah Untuk Memperbaiki Kualitas Pendidikan
Desa Lamego berada tepat di lekukan
sungai. Debit air dalam jumlah besar terkumpul di sini, sehingga menyebabkan
banjir parah di Provinsi Sofala. Bantuan dari luar juga hampir tidak dapat
memasuki daerah ini (terisolir). Sebelum melaksanakan baksos kesehatan, anggota tim terlebih
dahulu melakukan survei di desa. kebanyakan rumah di sana tersusun dari batu
bata baru, karena rumah lama mereka telah menjadi setumpuk pasir akibat
terendam banjir. Bagi keluarga yang mampu mereka membangun kembali rumah mereka
dari batu bata, sementara yang tidak mampu hanya bisa terus tinggal di tenda,
bertahan di lingkungan yang panas dan pengap. Walaupun pemerintah mengharapkan
warga secepatnya pulang ke rumah mereka, tetapi kebanyakan masih tidak dapat pulang
karena rumah mereka yang berada di tempat yang rendah masih terendam banjir.
Kepala Rumah Sakit Tzu Chi
Taizhong Dr. Jian Shouxin dan CEO Da Ai TV Taiwan Ye Shushan secara khusus datang ke wilayah pembagian bahan bantuan
dengan harapan dapat mengantarkan doa yang paling tulus bagi korban bencana.
Setelah survei ke desa (pemukiman
warga), tim relawan menuju ke Sekolah Dasar Lamego. Sekolah Dasar Lamego adalah cabang dari Sekolah Menengah Lamego. Awalnya
sekolah ini memiliki lebih dari tiga ribu siswa. Anak-anak yang akan berangkat
sekolah harus melewati jalan besar untuk ke sekolah. Karena sering terjadi
kecelakaan maka didirikanlah cabang sekolah dasar di desa tersebut.
Sekolah Dasar Lamego baru berdiri tidak lama, jumlah
siswanya mencapai 1.090 orang, dan fasilitas yang tersedia sangat kurang. Untuk
membangun ruang kelas saja, perlu semua siswa setiap hari membawa dua buah batu
bata dari rumah, setelah itu siswa jenjang menengah atau tinggi akan menyusunnya
menjadi ruang kelas. Akan tetapi, dinding ruang kelas yang tersusun dari batu
bata hanya ada dua atau tiga buah, sementara ruang kelas lainnya hanya
beratapkan rumput kering. Di dalam kelas juga tidak ada meja dan kursi, juga
tidak ada papan tulis dan meja guru, bahkan rumah kepala sekolah dijadikan
sebagai kantor sekolah.
Baksos Kesehatan Pertama, Pelayanan
Bersama
Keesokan harinya baksos kesehatan di Sekolah Menengah Lamego segera dimulai.
Alur baksos disesuaikan dengan perencaanan sebelumnya. Para relawan lokal
(setempat) bertugas menyiapkan meja dan kursi, membimbing peserta berdasarkan
ketentuan, dan memprioritaskan agar pasien berusia lanjut (lansia), wanita dan
anak-anak, serta yang menderita penyakit kronis dapat dilayani terlebih dahulu.
Di lapangan juga disediakan titik yang jelas, dan di setiap tahap pemeriksaan ada
relawan lokal yang mendampingi sehingga proses baksos kesehatan dapat berjalan
dengan lancar.
Kepala Sekolah Lamego, Sarah, sudah mengajar di
sekolah ini selama 19 tahun. Di kondisi yang begitu sulit untuk menaikan mutu
pendidikan tidaklah mudah, tetapi dia tidak menyerah sebab masa depan anak-anak
bergantung pada pendidikan.
“Dokter gigi yang terjun dalam baksos
kesehatan akan menjalin jodoh baik dengan orang-orang dari berbagai negara,” kata
Drg. Li Yibang
yang sudah pernah ke berbagai negara melakukan baksos kesehatan. Di Negara Mozambik yang miskin, kondisi warga yang
menderita kerusakan gigi tidaklah parah. Drg. Li Yibang mengatakan, “Saya pertama kali ke Afrika melakukan baksos
kesehatan, karena di sini lebih terpencil, jarang ada kesempatan warga mengonsumsi
makanan manis, jadi kita harus sosialisasikan kesehatan dengan baik, ajari
mereka bagaimana menjaga kesehatan gigi.”
Kabar tentang baksos kesehatan
tersebar dari mulut ke mulut. Hari ini (27 Mei 2019), warga yang datang
mengikuti baksos kesehatan gigi semakin banyak. Selain itu, ada lima dokter
gigi dari Rumah Sakit Pusat Universidade Católica de Moçambique (UCM) yang ikut membantu baksos
kesehatan kali ini. Kedatangan mereka sangat membantu kegiatan baksos kali ini.
Untuk menghemat biaya transportasi, mereka ada yang berjalan kaki selama dua
jam lebih untuk sampai ke hotel dan berkumpul dengan tim baksos kesehatan.
Setelah baksos selesai, mereka harus jalan kaki lagi untuk pulang. Ini karena
rasa cinta dan kepedulian mereka (tim medis) pada warga.
Saat baksos kesehatan gigi berlangsung, relawan muda lokal Richard
memegang alat peraga dan sikat gigi, bersungguh hati melakukan sosialisasi
kesehatan kepada warga desa.
Baksos kesehatan umum juga sangat sibuk.
Kepala Rumah Sakit Tzu Chi Xindian, Dr. Zhao Youcheng melayani pasien pertama,
seorang pria yang dadanya membengkak seperti dada wanita. Dr. Zhao mengatakan
jika kelenjar endokrin pria tersebut bermasalah, harus diperiksa secara
terperinci. Dr. Lin Yuying menangani banyak anak yang menderita demam hingga
mencapai 39 derajat. Dari hasil screening
cepat diketahui jika belasan anak menderita penyakit malaria dan harus segera diobati.
Pelayanan akupunktur dimulai dari kemarin. Ada banyak
pasien yang datang berobat. Dr. Zheng Yizhe sangat teliti, setiap kali selesai
akupunktur, ia meminta pasien untuk menggerakkan kaki dan tangannya. Karena
dapat mengangkat tangan, kaki atau berdiri tegak, ini untuk memastikan bahwa pasien
tersebut baik-baik saja.
Pembagian
Bantuan dan Doa yang Tulus
Sore harinya, relawan Tzu Chi membagikan paket bantuan
kepada 160 keluarga pengungsi yang tinggal di tenda putih sementara. Relawan
lokal (Afrika) juga membantu menurunkan dan menyusun paket bantuan yang berisi
kuali, ember, gergaji, paku, kawat besi, pisau, palu, tang, cangkul, sekop,
jagung dan enam bungkus jenis benih, bunga kacang-kacangan, tepung jagung, dan beras.
Total ada 14 jenis sembako (bahan pokok) yang setiap bungkusnya seberat 10kg.
Rumah Sakit Pusat Universidade
Católica de Moçambique (UCM) kali ini menerjunkan 30 orang siswa jurusan
kedokteran untuk bantu menerjemahkan, serta lima orang dokter melayani pasien. Kehadiran
mereka sangat membantu kegiatan baksos kali ini.
Kepala Rumah Sakit Tzu Chi Taizhong Dr.
Jian Shouxin dan CEO Da Ai TV Taiwan Ye Shushan juga datang ke tempat pembagian
bantuan, berharap dapat memberikan doa yang paling tulus. Relawan setempat sangat
antusias menyambut mereka. Sebelum dimulai pembagian bantuan, relawan setempat
(lokal) terlebih dahulu melakukan sosialisasi misi amal Tzu Chi, menyebarkan
semangat cinta kasih, dan memberikan cinta kasih dan perhatian.
Sebuah
doa, sebuah harapan. Para relawan memberikan bantuan, mendoakan penerima
bantuan agar dapat lepas dari penderitaan secepatnya, serta mendoakan agar warga
di tahun depan mendapatkan hasil panen yang baik sehingga kehidupan (penerima
bantuan) menjadi lebih baik.
Sumber: http://tw.tzuchi.org/community
Tanggal 27 Mei
2019, Zhang Meiling, Zhang Liyun melaporkan dari Afrika
Fotografer: Wang
Zhongyi, Zhang Meiling
Diterjemahkan oleh:
Nagatan
Penyelaras bahasa: Agus Rijanto