Berjuang Menghadapi Penyakit
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)Pendampingan insan Tzu Chi memberikan semangat bagi Sulianah Djaya (52), penderita kanker linfoma.
Sekitar bulan Maret 2018 silam, Sulianah Djaya, seorang ibu rumah tangga berusia 52 tahun merasakan ada suatu benjolan kecil di bawah telinga sebelah kirinya. Saat itu, ia meminta putrinya untuk memastikan dengan memegang benjolan kecil itu. Tak berselang lama, Sulianah memutuskan ke berobat ke Rumah Sakit Gading Pluit. Oleh dokter, Sulianah diminta untuk melakukan CT-scan atau ke dokter gigi. Sayangnya, saran tersebut tidak segera dilakukannya.
Sebulan kemudian, Sulianah meriang dan panas selama satu bulan. Sulianah hanya mengonsumsi obat pereda panas untuk meredakannya. Selama satu bulan itu pula obat itu diminumnya. Meski kemudian panasnya reda, tetapi benjolan kecil itu justru meradang dan membesar. Sulianah pun memutuskan untuk melakukan pencabutan gigi. Menurut dokter gigi, mungkin itu gondongan— pembengkakan yang terjadi pada kelenjar parotis akibat infeksi virus. Kelenjar parotis merupakan suatu kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi air liur dan terletak tepat dibawah telinga. Penyakit ini merupakan penyakit menular dan disebabkan oleh virus dari keluarga paramyxovirus.
Walau Sulianah sudah melakukan pencabutan gigi, namun bengkak itu tidak mengempis. Ditemani suaminya, Sulianah berobat ke Rumah Sakit Mitra Keluarga. Dokter belum bisa memastikan. Dokter umum tersebut merujuk Sulianah ke bagian THT (Telinga Hidung Tenggorokan). “Ini mungkin tumor atau apa. Dokter juga belum tahu pasti,” tutur Sulianah yang akrab disapa Yeh Yen.
Salah satu insan Tzu Chi
menyerahkan bukti donasi kepada Rudi (52), suami Sulianah Djaya, telah menjadi
salah satu donatur Tzu Chi.
Setelah menjalankan pemeriksaan THT, dokter hanya menyarankan biopsi kapsul (biopsy capsule) dan USG (ultrasonografi). Biopsi atau pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ. Biopsi kapsul, salah satu jenis biopsi dengan menggunakan sebuah alat khusus yang menyerupai kapsul, bertujuan untuk mengambil sampel jaringan yang terdapat pada area di dalam usus. Ultrasonografi, adalah teknik menampilkan gambaran dari kondisi bagian dalam tubuh. Dalam pengambilan gambar, alat ini memanfaatkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi.
Mendengar kata biopsy capsule, Sulianah takut menjalaninya. “Saya ga berani jalani biopsy capsule, saya takut, tidak berani jalani operasi, saya nangis, berdoa, jalani saja,” kata Sulianah pasrah waktu itu. Keinginan untuk sembuh agar bisa bermain dengan cucu mendorong Sulianah mau menjalankan biopsy,
Seminggu kemudian, hasil biopsi menunjukkan adanya kanker linfoma (lymphoma/lymphatic cancer-red). Kanker yang muncul dalam sistem limfatik yang menghubungkan kelenjar limfe atau kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Sistem limfatik termasuk bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Sel-sel darah putih limfosit dalam sistem limfatik akan membantu pembentukan antibodi tubuh untuk memerangi infeksi. Tetapi jika sel-sel limfosit dalam sistem limfatik diserang kanker, sistem kekebalan tubuh akan menurun sehingga rentan mengalami infeksi.
Ditemani Rudi, suami
Sulianah Djaya, memberikan cerita mengenai benjolan kecil adalah gejala awal
dari kanker linfoma.
Dokter menyarankan harus segera dilakukan operasi pengangkatan benjolan tersebut. Namun Yeh Yen enggan melakukan operasi. Ia bersama suaminya mencari informasi di kalangan teman-temannya, hingga mengambil keputusan untuk berobat ke Penang, Malaysia di bulan September 2018. “Untuk mengetahui lebih pasti, saya menjalankan biopsi ulang di Penang, sehingga ketahuan hasilnya, kanker linfoma. Saat itu langsung melakukan pengobatan kemoterapi pertama tanpa harus menjalani operasi pengangkatan benjolan di Penang,” ujar Yeh Yen.
Setelah selesai menjalani enam kali pengobatan kemoterapi di negeri Jiran, dokter memberikan surat pengantar mengenai pengobatan lanjutan yaitu penyinaran. Pengobatan ini bisa dilakukan di Indonesia ataupun di Penang, Malaysia. Keputusan ada di tangan Sulianah.
Biaya menjadi pertimbangan utama Sulianah memilih pengobatan lanjutan di Jakarta. Pasangan suami-istri ini tidak pupus semangat, mereka mencari informasi rumah sakit se-Jakarta yang memiliki fasilitas penyinaran. Ternyata di Jakarta ada satu rumah saikit yang mempunyai fasilitas penyinaran kanker linfoma, yaitu Rumah Sakit MRSCC Siloam Semanggi, yang terletak di Setiabudi, Jakarta Selatan. Biaya penyinarannya juga lebih murah bila dibandingkan di Penang.
Permohonan Bantuan Pengobatan Tzu Chi
Rudi, seorang sales
lepas, mencari barang sparepart mobil
atas permintaan toko. Dengan penghasilan
yang tidak pasti ini, selain harus menafkahi keluarganya, Rudi juga harus
memberikan biaya pengobatan bagi Sulianah, membuatnya mengalami kesulitan dana
untuk pengobatan lanjutan bagi Sulianah di Jakarta. Rudi kemudian mencoba mengajukan
permohonan bantuan pengobatan ke Tzu Chi. Persetujuan dari Kantor Pusat Yayasan
Buddha Tzu Chi atas permohonan bantuan pengobatan istrinya itu sangat cepat
menurutnya. “Pagi mengajukan permohonan bantuan, dan sorenya sudah dihubungi
oleh Tzu Chi, jika besoknya relawan Tzu Chi akan melakukan survei ke rumah. Saat
itu Ayen, staf di Badan Misi Amal Tzu Chi tidak bisa memastikan, semua
tergantung jodoh,” kata Rudi mengenang. Rudi merasa senang karena dengan bantuan
dari Tzu Chi ini, istrinya akan bisa menjalani pengobatan hingga tuntas. Pengobatan Sulianah pun dilanjutkan dan
berjalan dengan lancar.
Walau takut menjalani
segala pemeriksaan hingga pengobatan, Sulianah Djaya tetap harus melakukannya
demi keluarga, suami, anak dan cucu.
Walau sudah dinyatakan sembuh dari penyakitnya, Sulianah masih tetap harus menjalani pengobatan penyinaran PET scan. Pemeriksaan medis yang dilakukan untuk mendeteksi suatu penyakit tertentu di dalam tubuh. Pemeriksaan PET (positron emission tomography) scan ini menggunakan sinar radiasi yang ditangkap oleh organ yang ada di dalam tubuh dengan bantuan zat radioaktif yang telah disuntikkan pada awal pemeriksaan.
“Terima kasih kepada Tzu Chi. Saya juga doa setiap hari, berserah diri pada Tuhan. Saya sudah dibantu, sangat terima kasih. Saya tidak bisa ungkapkan dengan kata-kata,” tutup Sulianah dengan mata berkaca-kaca.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Berjuang Menghadapi Penyakit
31 Juli 2019Sulianah Djaya, seorang ibu rumah tangga berusia 52 tahun, merasakan ada suatu benjolan kecil di bawah telinga sebelah kiri. Bersama Rudi (52), sang suami ia harus beberapa kali ke beberapa rumah sakit untuk memastikan penyakit dan pengobatan apa yang harus dijalaninya. Meski berat, hal ini tidak membuat Sulianah patah semangat. Dengan dukungan keluarga, ia mau melakukan segala pengobatan agar bisa sembuh dan bermain dengan cucunya.