Berkah Tak Terhingga
Jurnalis : Nur Azizah (DAAI TV Medan), Fotografer : Sherly Tao (Tzu Chi Medan), Dok. Tzu Chi/DAAI TV MedanHenny The menyerahkan kunci rumah kepada Alimatusakdiah saat acara serah terima renovasi rumahnya pada Sabtu, 5 September 2020.
Air matanya seolah tak terbendung. Inilah tangis bahagia Alimatusakdiah, warga Kelurahan Karang Berombang, Medan Barat saat menyaksikan rumahnya telah direnovasi dan bebas dari bocor, pun banjir. Puji syukur tak lepas dihaturkannya atas berkah tak terhingga yang didapatkannya.
“Rasanya saya senang nggak terhingga. Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kepada Allah yang telah membantu saya sehingga rumah saya nggak bocor lagi. Saya sangat bersyukur. Kondisi rumah saya jauh berubah daripada yang dulu. Setiap pulang kerja, rumah selalu banjir dan saya harus menguras lagi. Saya juga bersyukur atas bantuan Tzu Chi, saya bersyukur, Alhamdulillah,” ujar Alimatusakdiah (50) saat acara serah terima renovasi rumahnya pada Sabtu (5/9) lalu dilakukan.
Rumah dengan cat putih itu berbentuk L. Bagian depan berukuran 3x8 meter. Bagian lainnya 3x3 meter. Bangunannya terlihat lebih kokoh dan bersih, berbeda sekali dengan kondisi rumahnya yang lama. Dulu rumahnya selalu kebanjiran tiap kali hujan datang.
Syukur tak terhingga
dihaturkan Alimatusakdiah kepada insan Tzu Chi yang telah membedah rumahnya sehingga
tidak banjir lagi.
Sudah 30 tahun Alimatusakdiah dan keluarganya hidup di dalam rumah sederhana itu. Dan sejak 20 tahun terakhir mereka kerap kebanjiran. Kondisi rumahnya itu sudah sangat tidak layak untuk dihuni. Terdapat bagian atap yang bocor di sana sini. Belum lagi dinding berupa tepas (anyaman bambu) yang terlihat usang. Karenanya tidak heran setiap kali hujan datang air kerap menggenangi rumahnya setinggi kurang lebih 30 sentimeter. Ia juga kerap merasa kedinginan karena kondisi rumah yang sudah tidak layak huni itu.
Di rumah mungil itu, Alimatusakdiah tinggal bersama 5 anak dan seorang cucu. Sehari-hari, ia bekerja sebagai asisten rumah tangga. Suaminya yang sudah renta dan sakit-sakitan juga bekerja sebagai penjual sapu. Sementara anak-anaknya ada yang bekerja sebagai ojek online, buruh cuci, dan masih ada yang bersekolah. Bisa dibayangkan betapa prihatinnya mereka hidup di rumah tersebut, terlebih jika hujan deras datang dan air kembali menggenangi rumah.
Bahu membahu
Alimatusakdiah yang sempat putus
asa, tetap berusaha mencari cara untuk merenovasi rumahnya dan Tuhan pun
memberikan jalan kepadanya.
Lewat seseorang yang dikenalnya, ia disarankan
meminta bantuan ke Tzu Chi. Tanpa menunggu lama, Alimatusakdiah kemudian
bergegas ke kantor Tzu Chi yang terletak di Kompleks Cemara Asri. Di situ ia
kemudian bertemu dengan relawan dan mengajukan permohonan renovasi rumah. Namun,
karena pandemi Covid 19 yang melanda negeri ini, kasus bedah rumah inipun sempat
tertunda. Setelah keadaan mereda, relawan segera melakukan survei dan melihat langsung kondisi rumah Alimatusakdiah yang
memprihatinkan.
Henny The, relawan yang menangani kasus ini mengaku iba setelah ia dan beberapa relawan lain melihat sendiri kondisi rumah Alimatusakdiah. Kebetulan saat ia dan relawan lain melakukan survei, kondisi rumah sedang kebanjiran. Sehingga ia membayangkan seperti apa kondisi Alimatusakdiah dan keluarganya tinggal di sana.
Kondisi rumah Alimatusakdiah dulu yang tidak layak huni. Setiap kali hujan, Alimatusakdiah dan keluarganya harus menguras genangan air yang masuk ke rumahnya.
“Pertama kali kami datang survei, kami lihat rumahnya sedang banjir kira-kira 30an sentimeter. Jadi tidak layak lagi untuk dihuni, sementara ada 8 orang yang tinggal di rumah itu. Ketika mereka tidur, di kanan dan kiri mereka sudah dikelilingi banjir. Setiap kali hujan datang, dia selalu menguras. Padahal dia juga tulang punggung keluarga,” ungkap Henny.
Proses renovasi rumah tersebut dimulai sejak 27 Juli dan berjalan sekitar 1 bulan. Selama itu juga Alimatusakdiah menyewa rumah di sekitar rumah lamanya sebagai tempat tinggal sementara sekaligus melihat proses renovasi. Relawan Tzu Chi juga kerap datang untuk meninjau proses pembangunan, memberikan dukungan, dan perhatian untuk Alimatusakdiah.
Dalam proses pembangunan rumahnya, anak-anak Alimatusakdiah juga turun tangan membantu. Begitu juga para pekerja bangunan yang mengerjakan proses renovasi rumah ini. Mereka turut bersumbangsih dengan memberikan keringanan harga jasa renovasi rumah dan material bangunan seperti batu kerikil, besi, dan batu bata.
Alimatusakdiah mengajak
relawan melihat kamar di rumahnya yang telah dibedah.
Keadaan ini sangat jauh berbeda dari sebelumnya.
Hidayat, salah seorang pekerja renovasi rumah mengaku prihatin dengan kondisi rumah Alimatusakdiah. “Kondisi rumah Bu Alimatusakdiah yang dulu sama sekali tidak layak digunakan dibandingkan dengan kondisi rumah yang sudah kita bangun, ini sudah termasuk layak lah digunakan. Sebetulnya kalau kami ikuti pembuatan rumah ini, tidak sepantasnya sih dengan harga segitu. Tapi karena saya melihat kondisi rumah yang kemarin, jadi saya pun prihatin. Ya barang-barang di rumah saya ada, saya bawa ke sini. Kami bangun rumahnya dan bantu tenaga supaya rumah ibu ini berdiri dan ibu ini tidak kebanjiran lagi,” jelas Hidayat.
Bingkai Kebaikan
Sadar banyak pihak yang membantunya, Alimatusakdiah pun tak lupa
memberikan perhatian kepada para pekerja bangunan dengan memberikan makanan dan
minuman seadanya untuk mereka yang sedang merenovasi rumahnya.
“Alhamdulillah ada yang membantu saya. Jadi saya pun menyewa di sekitar sini. Kami sudah dikasih renovasi rumah secara gratis, ya paling tidak saya berilah perhatian ke pekerja bangunan ini walaupun kue sepotong. Karena saya bersyukur. Kalau renovasi sendiri, saya nggak ada uang,” ujarnya.
Relawan bersama Alimatusakdiah berfoto bersama di depan rumah baru.
Dalam waktu kurang lebih sebulan, akhirnya renovasi rumah Alimatusakdiah pun selesai. Berkat perhatian dan cinta kasih insan Tzu Chi, kini Alimatusakdiah sudah memiliki sebuah rumah yang bebas banjir. Rumah dengan cat putih itu pun sudah sangat layak huni. Bangunan rumah terlihat lebih kokoh dan bersih. Bagian atapnya sudah diganti dengan seng baru. Dinding rumahnya juga sudah beralaskan batu dan dicat rapi. Dengan begini, Alimatusakdiah dan keluarganya tidak akan merasakan atap yang bocor dan kebanjiran lagi. Inilah berkah tak terhingga yang dirasakan oleh Alimatusakdiah. Berkah berupa cinta kasih tanpa pamrih yang tidak memandang suku, agama dan ras.
“Saya rasanya senang sekali, senang yang tak terhingga. Karena jauh dari yang dulu. Kebanjiran nggak lagi, bocor nggak lagi. Kalau hujan saya nggak sibuk seperti dulu lagi. Alhamdulillah,” ucapnya penuh haru.
Sungguh Alimatusakdiah tidak pernah menyangka bantuan ini datang kepadanya. Impiannya memiliki rumah yang bebas banjir dan bocor pun terwujud. Berkah ini tidak saja dirasakan oleh Alimatusakdiah dan keluarganya, namun insan Tzu Chi pun begitu haru melihat raut bahagia yang terpancar dari wajah Alimatusakdiah.
Rumah dengan cat putih itu berbentuk L. Bagian depan berukuran 3x8 meter. Bagian lainnya 3x3 meter. Rumah yang bebas bocor dan banjir ini adalah impian Alimatusakdiah.
“Betapa senangnya Bu Alimatusakdiah. Ketika hujan turun, dia nggak perlu mikirin kebanjiran lagi. Hidupnya tentram. Nggak risau lagi seperti dahulu. Sebagai relawan, kami juga merasa sukacita, bahagia melihat Bu Alimatusakdiahsudah nyaman tidurnya. Udah bisa tenang, jadi bisa cari nafkah untuk anak-anaknya,” ujar Henny.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Renovasi Rumah Istri Pejuang
20 Maret 2018Membuka Harapan di Pembuang Hulu, Kalimantan Tengah
02 Mei 2019Tzu Chi Sinar Mas memberikan bantuan rumah kepada korban kebakaran di Desa Pembuang Hulu, Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.