Berkah yang Terus Ada di Montong

Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A


Kebahagiaan relawan Tzu Chi dan warga Dusun Montong, Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB saat bertemu kembali setelah 5 tahun lalu Tzu Chi membantu pembangunan rumah di wilayah tersebut.

“Jujur, saya sangat terharu. Mereka masih ingat kita (relawan Tzu Chi). Mereka juga mengantarkan kita mengunjungi rumah-rumah yang dulu kita bangun di sini,” ucap Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia. Ungkapan ini terlontar saat relawan TTD Tzu Chi berkunjung kembali ke rumah-rumah yang pernah dibangun Tzu Chi di Dusun Montong, Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB pada 1 Agustus 2018.

Sebelumnya, gempa berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang Lombok pada 29 Juli 2018 lalu menyebabkan rusaknya ribuan rumah, melukai ratusan warga, serta menumbulkan jatuhnya korban jiwa di Lombok Timur dan Lombok Utara. Tzu Chi kemudian merespon kejadian tersebut dengan mengirim tim tanggap darurat untuk memberikan bantuan langsung kepada para korban luka berat.

Bertemu Kembali dengan Keluarga Jauh


Salah satu rumah dari 29 rumah yang dibangun Tzu Chi di wilayah Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB 5 tahun yang lalu.

Di sela kegiatan pemberian bantuan langsung untuk korban gempa di Lombok pada 31 Juli - 1 Agustus 2018 ini, relawan menyempatkan diri untuk memeriksa langsung rumah-rumah yang pernah Tzu Chi bangun di Lombok Utara.

Pada tahun 2013, Lombok dan sekitarnya juga pernah diguncang gempa yang mengakibatkan rusaknya rumah warga di wilayah Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Kala itu Tzu Chi memberikan bantuan kepada warga dengan membangun puluhan rumah yang rusak akibat gempa.


Anak-anak dan warga Montong pun berkumpul bercengkrama dengan relawan Tzu Chi yang mengunjungi mereka.

Saat memasuki desa, warga dan anak-anak satu per satu mulai berdatangan. Mereka masih mengenali wajah-wajah para relawan Tzu Chi yang dulu membantu membangun rumah mereka. Tanpa malu dan rasa sungkan, warga dan relawan mulai saling bertegur sapa serta bertanya kabar layaknya saudara yang sudah lama tidak bertemu. “Betul-betul kaget dan nggak nyangka. Kita sangat bersyukur sekali karena Tzu Chi menyempatkan datang kembali untuk mengontrol rumah yang dulu dibangun,” ungkap Sumarko (37), salah satu warga yang rumahnya dibangun oleh Tzu Chi.

Rumah Sumarko adalah salah satu rumah yang roboh pada saat gempa mengguncang Lombok tahun 2013 lalu. Penghasilannya sebagai buruh bangunan tidaklah cukup untuk membangun rumahnya saat itu. Saat Tzu Chi melakukan survei pemberian bantuan di wilayah ini, Sumarko menjadi salah satu penerima bantuan rumah bersama 28 kepala keluarga lainnya.


Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia meninjau salah satu keretakan tembok rumah yang dibangun Tzu Chi.

Gempa Lombok yang terjadi pada 29 Juli 2018 lalu ternyata tidak menimbulkan dampak yang berarti bagi rumah-rumah yang dibangun Tzu Chi tersebut. Padahal gempa yang dirasakan di wilayah ini cukup kencang. “Gempa kemarin terasa besar di sini, warga tidak berani tidur dan tinggal di dalam rumah karena trauma,” cerita Sumarko. Ketika memeriksa beberapa rumah, relawan hanya menemukan retakan kecil tetapi tidak bepengaruh besar terhadap bangunan rumah yang dibangun Tzu Chi.

Lima Tahun yang Penuh Arti


Sumarko (37) beserta keluarga menunjukkan nomor rumah yang diberikan oleh Tzu Chi setelah rumah mereka dibangun ulang 5 tahun yang lalu.

Lima tahun berlalu kondisi rumah-rumah yang dibangun Tzu Chi di Lombok Utara masih tetap sama. Hanya saja ada beberapa penambahan bangunan yang dilakukan oleh penghuninya seperti menambah teras rumah, menambah kamar, ada juga yang menambah warung sebagai penghasilan tambahan.

“Setelah kami ngobrol-ngobrol, kehidupan warga yang kita dibantu banyak yang meningkat, salah satunya ada yang membuka warung di rumah sebagai penghasilan tambahan. Ini artinya mereka terus membenahi kehidupannya setelah kita bantu rumah,” kata Joe Riadi.


Relawan Tzu Chi dan warga Montong berfoto bersama di bawah spanduk penyerahan rumah yang dilakukan Tzu Chi pada tahun 2013 lalu.

Jejak sejarah yang ditorehkan Tzu Chi di Lombok sejak 2013 silam juga diapresiasi oleh warga. Spanduk serah terima rumah kepada warga yang sudah berumur 5 tahun pun masih ada dan terjaga dengan baik. Nomor rumah yang dibuat oleh Tzu Chi pada saat penyerahan juga disimpan baik oleh para penghuni rumah.

“Setelah 5 tahun berlalu, warga masih menyambut kami dengan hangat. Mereka benar-benar Gan En kepada Tzu Chi karena telah dibantu. Saya sangat terharu,” ungkap Joe Riadi setelah berfoto dengan warga di bawah spanduk penyerahan bantuan rumah 5 tahun yang lalu Tzu Chi di Montong.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Bantuan Gempa Lombok Gelombang ke-3: Bantuan Terpadu di Lombok Timur

Bantuan Gempa Lombok Gelombang ke-3: Bantuan Terpadu di Lombok Timur

31 Agustus 2018

Kehadiran relawan Tzu Chi Indonesia yang membawa bantuan serta layanan kesehatan di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur mendapat sambutan hangat dari warga. Tepatnya di lapangan Desa Madayin, warga satu persatu berdatangan untuk menerima bantuan serta mendapatkan layanan kesehatan.

Gempa Lombok: Baksos Kesehatan Keliling

Gempa Lombok: Baksos Kesehatan Keliling

08 Agustus 2018
Setelah tiba di Lombok (7 Agustus 2018), Tim Medis dan relawan Tzu Chi segera bergerak untuk memberikan bantuan. Pagi ini, 8 Agustus 2018, di Kampung Tempos, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Tim Medis Tzu Chi memberikan bantuan pengobatan kepada warga. 
Gempa Palu: Semangat Tak Boleh Terkubur Bersama Gempa

Gempa Palu: Semangat Tak Boleh Terkubur Bersama Gempa

02 November 2018

“Nah… di sana, di dekat rumah walet itu,” kata Sofian menunjuk satu-satunya bangunan yang ia ingat dan masih tersisa. “Dulu rumah saya ada di samping rumah walet itu. Tapi sudah tak ada itu sisanya,” ucapnya ringan dengan wajah tersenyum. Rumah Sofian dulu ada di Perumnas Balaroa yang terdampak likuifaksi, yang kata warga Palu, tanah di perumahan itu sudah lebur seperti diblender. Namun berbeda dengan semangat Sofian yang tetap kuat dan tak goyah.

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -