Berkat Jodoh yang Baik (Bag. 2)

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto, Dok. Pribadi
 
 

fotoPerjuangan dan latihan yang tak kenal lelah akhirnya berbuah manis dengan dimenangkannya beberapa lomba atletik dalam oleh para siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Dahulu saat mengajar di sekolah lain, yang Ahmad ketahui adalah mencari uang dan berbisnis. “Pokoknya bisnis aja cari uang yang banyak,” paparnya. Waktu itu Ahmad juga cuek sama orang tua. Cuek dalam arti jika di rumah dan sehabis mengajar, maka ia akan berbisnis lagi serta tidak berkomunikasi dengan orang tua dan istri. Itu egonya Ahmad dahulu. Meski orang tua Ahmad di Jakarta dan ia pun kerja di Jakarta, sangat jarang sekali ia pulang melihat mereka. Hal itu terjadi sejak usia 23 tahun baik saat sebelum maupun sesudah menikah.

Menjadi Anak Berbakti
Ia cuek saja dan tidak pernah memberikan uang kepada orang tuanya. Bahkan, pada saat ayahnya masuk rumah sakit dan kemudian meninggal, Ahmad tidak sempat menemuinya sama sekali. Semua itu karena orientasi akan bisnis yang ada di benaknya. “Itu yang saya sesalkan, engga sempet ketemu. Ketika saya pulang ke rumah sudah dimandikan,” sesalnya.  

Saat di Tzu Chi lah, Ahmad melihat pola pendidikan yang menghargai orang tua. Maka pada saat ada perayaan hari Ibu, diundanglah ibunda tercinta. Sewaktu ia membasuh kaki ibunya, Ahmad sudah tidak bisa bicara. Ia menangis sepanjang acara bahkan hingga pulang ke rumah. Melihat Ahmad menangis, istrinya pun bertanya-tanya. “Mungkin saya yang paling tersentuh karena mungkin banyak dosa ya,” paparnya. Setelah acara, ibunya berkata, “Sudah, pokoknya Buddha Tzu Chi adalah tempat terakhir kamu kerja. Ibu cocok kamu kerja di situ.”

Saat ini, Ahmad sudah semakin memerhatikan kondisi ibunya. Ia juga memberikan tunjangan hidup kepada sang ibu. Satu perilaku yang tidak pernah dilakukannya sejak pertama kali ia bisa mendapatkan uang dari hasil bekerja. “Jadi bener-bener saya lakukanlah. Karena memang cuman satu-satunya ibu saya kan. Orangtua laki sudah meninggal. Sebelum terlambat, makanya saya ga mau lagi lah (tidak berbakti-red),” ujarnya.

foto  foto

Ket : - Kini, penghargaan dan rasa hormat kepada orang tuanya makin tinggi. Sebuah pelajaran berharga yang             ia dapat dari sekolah tempat ia mengajar. (kiri)
         -Menurut Ahmad, tugas seorang guru bukan hanya sebagai pendidik saja, tetapi juga harus dapat             membimbing dan memotivasi para siswa untuk berprestasi dan meraih cita-cita. (kanan)

Pembelajaran di Taiwan
Awal Juli 2010, Ahmad Damanhuri bersama dengan seluruh pengelola Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi berangkat menuju Taiwan. Di sana, para guru yang berangkat akan melakukan kegiatan pembelajaran bersama dengan guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Taiwan. “Kita di sana saling berbagi dan bertukar informasi,” kata Ahmad. Di sana Ahmad melihat begitu banyak sisi baik yang dapat diadopsi Indonesia, terutama sisi kebersihan. “Di sana bersih sekali. Dimana pun gitu ya bukan hanya di Sekolah Tzu Chi aja. Di negaranya sendiri pun bersih. Bahkan saya tanya-tanya pun tidak ada cleaning service. Itu membuat saya takjub lah kok bisa gitu,” tanyanya. Maka karena rasa penasaran itulah, pagi-pagi Ahmad sudah bangun dan menyempatkan diri untuk lari pagi.

Saat itulah, ia melihat bagaimana anak-anak sekolah ternyata membersihkan bagian mereka masing-masing. “Tiap anak memang ada job-jobnya. Jadi misalkan satu anak di jendela. Khusus di jendela aja. Terus tuh dia tiap hari di jendela aja. Satu di ruang guru ya udah di ruang guru terus. Jadi masing-masing siswa ada tugasnya. Akhirnya di situ saya yakin di Taiwan memang seperti itu,” katanya mantap. Jadi menurut Ahmad, apa yang selama ini digembar-gemborkan bahwa sekolah dapat bersih tanpa ada cleaning service ternyata memang bisa. Dalam pembelajaran ini. Ahmad juga melihat bahwa pendidikan di sana sudah sangat memanusiakan manusia dan mendidiknya dengan cinta kasih.

foto  foto

Ket: - Berbekal pengalaman sebagai calon tentara, Ahmad Damanhuri senantiasa mendampingi anak didiknya            "yang hendak berpetualang di alam bebas. (kiri).
        - Sebagai guru, Ahmad juga selalu berusaha dapat membimbing anak didiknya dalam segala hal,            "termasuk hobby mereka, mendaki gunung. (kanan)

Tangis Itu Keluar Sendiri
Selain pembelajaran bersama dengan guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Taiwan, Ahmad juga berkesempatan sharing di hadapan Master Cheng Yen. Di saat sharing itulah, ia melihat Master Cheng Yen sudah seperti guru sekaligus orang tuanya. “Di situ saya menumpahkan yang ada di hati saya. Terutama tentang keberhasilan saya mendidik siswa. Di bidang olah raga sampai tingkat nasional. Akademiknya juga kan dari perilaku budi pekertinya,” tuturnya.

Di awal sharing, Ahmad berbagi informasi kepada Master Cheng Yen, namun lambat laun saat ia bercerita tentang sikapnya kepada sang ibunda. Air mata dan tangis mengalir deras dari kedua kelopak matanya. Ibunda dan istrinya yang menyaksikan Ahmad menangis di televisi dibuatnya terperangah. “Lah kok suami saya bisa nangis. Padahal suami saya itu tipe yang tegas sama istri dan anaknya,” pungkas Ahmad mengulangi ucapan istrinya.  

Selesai sharing yang disertai cucuran air mata, Ahmad kembali ke tempat duduknya. Di saat itulah, Ahmad kembali dipanggil oleh Master Cheng Yen. Saat itu, pundak Ahmad dipegang oleh Master Cheng Yen seraya berkata, “Kamu sebenarnya anak yang baik dan guru yang teladan. Tolong dipertahankan.” Bagi Ahmad, ucapan yang dikatakan Master Cheng Yen itu menjadi tanggung jawabnya untuk tidak mengecewakan Master. “Kata-kata itu kan doanya Master. Jadi ya saya berjanji dengan diri saya sendiri. Jangan sampe ucapan master itu saya kecewakan dengan perilaku saya yang dulu lah. Tidak berbakti kepada orang tua, dan kalau mengajar hanya mengajar,” ikrarnya.  

Selesai
  
 
 

Artikel Terkait

Membangkitkan Semangat Relawan Dalam Mengukir Sejarah Tzu Chi

Membangkitkan Semangat Relawan Dalam Mengukir Sejarah Tzu Chi

27 Februari 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia cabang Medan dari komunitas He Qi Cemara mengadakan pelatihan relawan Zhen Shan Mei  pada 18 dan 19 Februari 2023 di Cheagia Resort, Sidikalang. 

Lomba Memasak, Bentuk Kepedulian Akan Makanan Vegetaris

Lomba Memasak, Bentuk Kepedulian Akan Makanan Vegetaris

21 Februari 2017

Relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Sumatera Utara mengadakan perlombaan memasak masakan vegetaris. Sebanyak sembilan tim yang beranggotakan masing-masing lima orang mengikuti perlombaan ini dengan penuh antusias. Kegiatan diadakan di Desa Normark pada tanggal 25 Januari 2017.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -