Berkat Jodoh yang Baik (Bag. 2)
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto, Dok. PribadiPerjuangan dan latihan yang tak kenal lelah akhirnya berbuah manis dengan dimenangkannya beberapa lomba atletik dalam oleh para siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. |
| ||
Menjadi Anak Berbakti Saat di Tzu Chi lah, Ahmad melihat pola pendidikan yang menghargai orang tua. Maka pada saat ada perayaan hari Ibu, diundanglah ibunda tercinta. Sewaktu ia membasuh kaki ibunya, Ahmad sudah tidak bisa bicara. Ia menangis sepanjang acara bahkan hingga pulang ke rumah. Melihat Ahmad menangis, istrinya pun bertanya-tanya. “Mungkin saya yang paling tersentuh karena mungkin banyak dosa ya,” paparnya. Setelah acara, ibunya berkata, “Sudah, pokoknya Buddha Tzu Chi adalah tempat terakhir kamu kerja. Ibu cocok kamu kerja di situ.” Saat ini, Ahmad sudah semakin memerhatikan kondisi ibunya. Ia juga memberikan tunjangan hidup kepada sang ibu. Satu perilaku yang tidak pernah dilakukannya sejak pertama kali ia bisa mendapatkan uang dari hasil bekerja. “Jadi bener-bener saya lakukanlah. Karena memang cuman satu-satunya ibu saya kan. Orangtua laki sudah meninggal. Sebelum terlambat, makanya saya ga mau lagi lah (tidak berbakti-red),” ujarnya.
Ket : - Kini, penghargaan dan rasa hormat kepada orang tuanya makin tinggi. Sebuah pelajaran berharga yang ia dapat dari sekolah tempat ia mengajar. (kiri) Pembelajaran di Taiwan Saat itulah, ia melihat bagaimana anak-anak sekolah ternyata membersihkan bagian mereka masing-masing. “Tiap anak memang ada job-jobnya. Jadi misalkan satu anak di jendela. Khusus di jendela aja. Terus tuh dia tiap hari di jendela aja. Satu di ruang guru ya udah di ruang guru terus. Jadi masing-masing siswa ada tugasnya. Akhirnya di situ saya yakin di Taiwan memang seperti itu,” katanya mantap. Jadi menurut Ahmad, apa yang selama ini digembar-gemborkan bahwa sekolah dapat bersih tanpa ada cleaning service ternyata memang bisa. Dalam pembelajaran ini. Ahmad juga melihat bahwa pendidikan di sana sudah sangat memanusiakan manusia dan mendidiknya dengan cinta kasih.
Ket: - Berbekal pengalaman sebagai calon tentara, Ahmad Damanhuri senantiasa mendampingi anak didiknya "yang hendak berpetualang di alam bebas. (kiri). Tangis Itu Keluar Sendiri Di awal sharing, Ahmad berbagi informasi kepada Master Cheng Yen, namun lambat laun saat ia bercerita tentang sikapnya kepada sang ibunda. Air mata dan tangis mengalir deras dari kedua kelopak matanya. Ibunda dan istrinya yang menyaksikan Ahmad menangis di televisi dibuatnya terperangah. “Lah kok suami saya bisa nangis. Padahal suami saya itu tipe yang tegas sama istri dan anaknya,” pungkas Ahmad mengulangi ucapan istrinya. Selesai sharing yang disertai cucuran air mata, Ahmad kembali ke tempat duduknya. Di saat itulah, Ahmad kembali dipanggil oleh Master Cheng Yen. Saat itu, pundak Ahmad dipegang oleh Master Cheng Yen seraya berkata, “Kamu sebenarnya anak yang baik dan guru yang teladan. Tolong dipertahankan.” Bagi Ahmad, ucapan yang dikatakan Master Cheng Yen itu menjadi tanggung jawabnya untuk tidak mengecewakan Master. “Kata-kata itu kan doanya Master. Jadi ya saya berjanji dengan diri saya sendiri. Jangan sampe ucapan master itu saya kecewakan dengan perilaku saya yang dulu lah. Tidak berbakti kepada orang tua, dan kalau mengajar hanya mengajar,” ikrarnya. Selesai | |||