Berkeliling Membagikan Kata Perenungan

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

Relawan Tzu Chi berkeliling dari toko ke toko di daerah Pancoran, Jakarta Barat menawarkan untuk menempel kata perenungan agar menjadi inspirasi kebajikan di sela-sela kesibukan pemilik toko berdagang.

“Selamat siang. Kami dari Tzu Chi mau tempel Kata Perenungan,” sapa Christine Dharmali, relawan Tzu Chi kepada Merry, pemilik sebuah toko di daerah Pancoran, Jakarta. Sang pemilik toko dengan ramah menyambut. Sejurus kemudian, Christine telah terlibat dialog dengan Merry. Ia lantas menjelaskan secara singkat siapa itu Tzu Chi dan bahwa maksud penempelan selebaran kata perenungan di toko milik Merry untuk menjadi sedikit oase di tengah kesibukan Merry menjaga toko. Ternyata sebuah selebaran Kata Perenungan ukuran A4 telah tertempel di salah satu sudut tokonya yang berjualan makanan dan minuman kemasan. Kata perenungan itu berbunyi, “Ucapkanlah kata-kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan baik, melangkahlah di jalan yang baik.”

“Kata-katanya bagus. Kalo liat bisa tersentuh,” kata Merry. Kata Perenungan tersebut ditempel oleh relawan Tzu Chi 2 minggu sebelumnya. Mengetahui relawan Tzu Chi membawa beberapa kata perenungan yang lain, Merry pun meminta lagi. Ia memilih sebuah kata perenungan tentang berdana yang berbunyi, “Berdana bukan hak monopoli orang kaya namun merupakan wujud persembahan kasih sayang yang tulus”.

Rupanya ibu 2 anak tersebut tidak terlalu buta tentang Tzu Chi karena sering menonton DAAI TV pada malam hari. Acara yang ia gemari adalah drama Hadiah Terindah untuk Ibu. Bahkan ia mengungkapkan keinginannya untuk menjadi relawan Tzu Chi karena hari Minggu tokonya tutup sehingga ada waktu luang. Maka Christine pun lalu mencatat alamat lengkap Merry.

foto  foto

Ket : - Merry mencatatkan namanya agar mudah dihubungi oleh relawan Tzu Chi. Kata perenungan yang tertempel
           di tokonya dan juga kebiasaan selama ini menonton DAAI TV membawanya ingin menjadi relawan Tzu Chi.
           (kiri)
         - Siang yang terik tak menghalangi para relawan untuk menyosialisasikan kata perenungan dari toko ke toko.
           Kadang sambutan kurang simpatik mereka terima, namun tidak menggoyahkan semangat mereka. (kanan)

Selasa siang itu, 9 September 2008, Christine bersama 2 relawan Tzu Chi lain, Hartati Liputra dan Ming Cu, usai berpamitan pada Merry, kemudian bergegas menuju pertokoan lain yang memang banyak tersebar di daerah Pancoran, Jakarta Barat yang selama ini dikenal sebagai daerah Pecinan. Toko-toko tersebut menjual bermacam-macam barang dagangan dari makanan dan minuman kemasan, perkakas rumah tangga, hingga barang pecah belah.

Tiga relawan Tzu Chi tersebut berkeliling sambil membawa beberapa selebaran kata perenungan ukuran A4, Buletin Tzu Chi, dan buku saku 108 Kata Perenungan. Mereka keluar masuk toko yang rata-rata sedang sibuk melayani pembeli. Tak mengherankan jika mereka kadang mendapat perlakuan kurang simpatik dari pemilik toko, bahkan sering disangka hendak meminta sumbangan. Malah ada juga yang secara terang-terangan menolak mereka. Tapi mereka bergeming. Mereka tetap melanjutkan sosialisasi tanpa mengeluh.

Tidak semua pemilik toko bersikap sinis. “Ada yang baik suruh duduk dikasih minum dan berdana 20 ribu,” cerita Hartati Liputra. Ia terlihat menikmati kegiatan siang itu. Ia berprinsip, yang ia lakukan adalah untuk membantu orang sehingga ia tidak terlalu menghiraukan penilaian orang, terutama pemilik toko yang ia datangi, terhadap dirinya.

foto  

Ket : - Ming Cu memperbaiki posisi sebuah Kata Perenungan yang telah ditempel relawan Tzu Chi 2 minggu
           sebelumnya di salah satu toko yang relawan kunjungi.

Hari itu adalah kedua kalinya Hartati mengikuti sosialisasi. Ia pun kembali bertemu dengan para pemilik toko yang sebelumnya pernah ia datangi untuk menempel kata perenungan. Namun kali ini tujuannya berbeda, yaitu untuk memeriksa apakah kata perenungan tersebut masih tertempel dengan baik. Selain memeriksa, beberapa pemilik toko juga meminta lagi kata perenungan seperti yang dilakukan oleh Merry.

Menurut Christine, awalnya para relawan ragu untuk melakukan sosialisasi seperti ini. “Kalo kita nggak coba, kita nggak tau,” ujar Christine yakin sebelum sosialisasi. “Master (Cheng Yen) bilang dengan cara ini, dengan melihat mereka bisa tergugah, setelah itu bisa berbuat kebajikan,” tambah Christine.

 

Artikel Terkait

Belajar dan Berinteraksi Lintas Negeri

Belajar dan Berinteraksi Lintas Negeri

29 Agustus 2016

Sabtu, 13 Agustus 2016, 4 orang relawan Tzu Chi dari Taiwan, 1 orang relawan Tzu Chi dari Malaysia yang didampingi 3 orang relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat, Johnny Chandrina, Sudata, dan Ami Haryatmi mengunjungi  kediaman Oma Kekeng.

Kelas Budi Pekerti yang Begitu Berkesan

Kelas Budi Pekerti yang Begitu Berkesan

16 Mei 2016

Cindy Gusti Melania, salah satu anak kelas budi pekerti merasakan perubahan positif setelah mengikuti kelas budi pekerti.  

 

Bulan Bakti Pada Orang Tua

Bulan Bakti Pada Orang Tua

27 Mei 2010
Terkadang di tengah hiruk-pikuk keseharian yang menyita waktu, kita lupa bahwa di balik segala kesuksesan kita, ada orang yang sangat berjasa yaitu orang tua kita. Semenjak kecil, orang tua telah merawat kita dengan penuh kasih sayang.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -