Berkenalan dengan Tzu Chi dan Mempraktikannya Langsung
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul KhotimahAnita bersama calon
relawan menyisir pasir pantai dari sampah. Angin sepoi-sepoi membuat bebersih
pantai ini terasa semakin menyenangkan.
Siapa yang tak terpikat dengan keindahan matahari terbenam? Apalagi memandanginya sambil duduk di pasir pantai yang bersih. Pasti betah untuk berlama-lama.
Tapi sore itu keindahan Pantai Loang Baloq di Desa Tanjung Karang, Ampenan, Kota Mataram berkurang karena sampah yang tercecer di sepanjang pasir pantai. Karena itulah Anita, relawan Tzu Chi bersama 20 tunas relawan Tzu Chi yang adalah warga Lombok datang ke pantai untuk menjalankan Misi Pelestarian Lingkungan dalam bentuk bersih-bersih pantai, Sabtu 15 Juni 2019.
Tiba di pantai, segera saja para relawan ini mengenakan sarung tangan dan menenteng alat penjepit untuk memungut sampah. Ada sedotan, bungkus makanan, lidi bekas tusuk makanan, bahkan pakaian. Dari tengah mereka menyisir sepanjang bibir pantai ke arah kanan.
Anak-anak muda pun terinspirasi dengan apa yang tengah dilakukan tunas relawan Tzu Chi ini.
Hingga kini ada 20 tunas relawan Tzu Chi yang telah mengikuti sosialisasi tentang Tzu Chi.
Aktivitas ini menarik perhatian warga. Ada yang langsung terinspirasi sehingga ikut membersihkan pantai bersama para calon relawan Tzu Chi ini.
“Senang sekali ya melihat pantai yang tadinya kotor jadi bersih. Pikiran saya pun jadi tenang,” kata Sumiati, salah seorang tunas relawan. Ia berharap kegiatan Tzu Chi ini dapat terus berlanjut di Lombok.
Bersih-bersih pantai ini menjadi kegiatan pertama para tunas relawan setelah sebelumnya diperkenalkan oleh Anita, relawan Tzu Chi tentang kisah Master Cheng Yen, kegiatan dan misi-misi Tzu Chi, serta budaya humanis Tzu Chi dalam kehidupan sehari-hari.
“Ada beberapa kegiatan lain yang akan kami jalankan ke depannya seperti berkunjung ke panti jompo, kunjungan kasih, mudah-mudahan segera bisa dilakukan,” kata Anita, relawan Tzu Chi yang datang dari Jakarta.
Anita, relawan Tzu
Chi mengajarkan isyarat tangan kepada muda-mudi Vihara Suta Dhamma. Cita (mengenakan
bawahan warna kuning) mengaku suka dengan lagu Satu Keluarga.
Para tunas relawan ini sendiri terhimpun dari teman ke teman. Saling mengajak dan akhirnya terkumpul sebanyak 20 orang. Sosialisasi tentang Tzu Chi sebelumnya juga dilakukan Anita kepada muda-mudi Vihara Suta Dhamma di Dusun Lenek, Lombok Utara.
Warga Dusun Lenek di Lombok Utara sudah sangat familiar dengan relawan Tzu Chi. Ketika gempa mengguncang Lombok pada Juli-Agustus 2018 yang lalu, relawan Tzu Chi beberapa kali datang ke Lenek, baik untuk memberikan bantuan maupun menghibur hati yang lara.
Usai peletakan batu pertama pembangunan Vihara Suta Dhamma pada Jumat, 14 Juni 2019 itu, muda-mudi vihara berkumpul di gedung serba guna sementara untuk mendengarkan Anita. Anita, relawan Tzu Chi ini mengajari mereka gerakan isyarat tangan lagu Satu Keluarga, juga menjelaskan makna dari setiap liriknya.
Anita mengenalkan
tentang Misi-misi Tzu Chi.
Cita Nursanti (19), salah satu muda-mudi vihara, mendapatkan banyak pengetahuan tentang Tzu Chi. Ia sangat senang, apalagi saat tahu bahwa di Tzu Chi juga ada Tzu Ching yakni relawan remaja muda-mudi).
“Kalau sama relawan Tzu Chi saya sudah hafal seragamnya. Nah ini baru tahu lebih dalam lagi,” kata mahasiswi Universitas Nahdlatul Wathan Mataram ini.
Dari Tzu Chi Indonesia sendiri memang sangat berharap akan tumbuh benih-benih relawan Tzu Chi di Lombok. Seperti yang disampaikan Hong Tjhin, relawan Tzu Chi yang juga CEO DAAI TV Indonesia dalam sambutannya ketika peletakan batu pertama pembangunan Vihara Sutta Dhamma pada 14 Juni 2019 yang lalu.
“Pada waktu vihara nanti sudah berdiri, relawan-relawan Tzu Chi, bibit-bibit cinta kasih juga sudah mulai muncul. Untuk apa? Bukan hanya untuk komunitas di sekitar dusun ini, tapi juga membantu tetangga sekemampuan komunitas ini,” harapnya.
Editor: Hadi Pranoto