Berkenalan Dengan Tzu Chi
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Halim Kusin (He Qi Barat), SuyantiSamad (He Qi Pusat)Pengenalan
tentang sejarah Tzu Chi yang berawal dari 30 ibu rumah tangga di Taiwan yang menyisihkan sebagian uangnya dalam
celengan setiap hari kepada rombongan dari Buddhist Fellowship Singapore dan
Yayasan Dhammavihari Buddhist
Studies.
Gedung Tzu Chi
Center yang terletak di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, selalu menjadi suatu
contoh bagi setiap orang maupun organisasi keagamaan lainnya yang datang
mengunjunginya. Bangunan tersebut adalah sebuah
bangunan yang mengisahkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan semangat Buddha
dan dunia Tzu Chi. Sebuah bangunan yang menghadirkan semangat pengabdian diri
yang penuh welas asih dan cinta kasih dari para insan Tzu Chi yang berlandaskan
rasa empati yang mendalam. Sebuah bangunan yang merekam dan mewariskan jejak
sejarah cinta kasih Tzu Chi kepada para generasi masa depan.
Pada
Jumat, 1 Desember 2017, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima kunjungan
dari Buddhist Fellowship Singapore dan Yayasan Dhammavihari
Buddhist Studies. Kunjungan ke gedung Tzu Chi Center ini pun disambut oleh 18 relawan Tzu Chi
komunitas He Qi Utara 1.
Yayasan Dhammavihari
Buddhist Studies yang berdiri pada 1 Oktober 2015 ini, selalu
mendapat kunjungan kerjasama dari Buddhist Fellowship Singapore di setiap
tahunnya. Tujuannya adalah untuk melakukan beberapa kegiatan sosial. Salah
satu misi Buddhist Fellowship Singapore sendiri adalah
menyebarkan cinta kasih melalui bakti sosial dan memberikan perhatian terhadap
masyarakat menengah ke bawah serta memberikan dukungan bagi siswa Buddhis
maupun umat Buddhis di seluruh Indonesia. Karena anggota Buddhist Fellowship
Singapore masih berjumlah sedikit, maka jika ingin melakukan bakti sosial di
Jakarta, mereka akan menjalin bekerjasama dengan Yayasan Dhammavihari
Buddhist Studies, untuk merealisasikan misi mereka.
Kunjungan
ke Tzu Chi Center yang diusulkan oleh Slamet Leo (kedua dari kiri), selaku Ketua Yayasan Dhammavihari Buddhist
Studies, mendapat sambutan baik dari Buddhist Fellowship Singapore.
Sosialiasasi Pengenalan
Tzu Chi yang dibawakan oleh Sherly shijie
di Galeri DAAI,
Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara kepada 20 orang anggota Buddhist Fellowship Singapore
dan 15 orang anggota Yayasan Dhammavihari Buddhist Studies.
Tahun
2017 ini, Buddhist Fellowship Singapore kembali melakukan kunjungan ke Yayasan
Dhammavihari Buddhist Studies selama 3 hari. Salah
satu agenda kunjungannya adalah ke Tzu Chi Center yang diusulkan oleh Ketua
Yayasan Dhammavihari Buddhist Studies, Slamet Leo (49). Hal ini pun mendapat
sambutan baik dari Buddhist Fellowship Singapore. “Beberapa diantara
anggota Buddhist Fellowship Singapore, ternyata pada saat ini sedang belajar
untuk menjadi volunteer (relawan) Tzu
Chi Singapore. Ini adalah kesempatan baik bagi mereka untuk mengenal organisasi
Tzu Chi, terutama misi kemanusiaan. Belajar kenapa Tzu Chi bisa berkembang
menjadi besar, kenapa Tzu Chi teroganisir dengan baik,” jelas Slamet
Leo.
Bersama
dengan 20 orang anggota Buddhist Fellowship Singapore dan 15 orang anggota Yayasan
Dhammavihari Buddhist Studies, Slamet Leo mengajak mereka mengunjungi
Tzu Chi Center. Adapun kunjungan ke Tzu Chi Center ini
merupakan salah satu program kunjungan perdana yayasan
tersebut di tahun 2017. Kekaguman Slamet Leo terhadap Tzu
Chi sangat besar. Ia bercerita bahwa sebelumnya Yayasan Dhammavihari
Buddhist Studies pernah melakukan kunjungan ke kantor pusat Tzu Chi di Hualian,
Taiwan. Yayasan ini pun mendapat sambutan yang sangat baik sekali di Taiwan.
“Kesan mendalam
terhadap Tzu Chi adalah organisasi yang terstruktur, memiliki jumlah relawan
yang sangat besar, dan telah menyebar ke seluruh dunia. Selain itu juga
memiliki kegiatan kemanusiaan dan penyebaran cinta kasih universal,” cerita
Slamet Leo. Menurutnya, faktor-faktor yang ada di Tzu Chi bisa menjadi salah
satu contoh bagi Yayasan Dhammavihari Buddhist Studies dan ingin
berkembang seperti cara Tzu Chi. “Kita ingin belajar bagaimana Tzu Chi
membangun relawan begitu terstruktur. Tujuan kita pun sama. Bila Tzu Chi lebih
ke arah praktek cinta kasih, yayasan kami juga melakukan pengembangan cinta
kasih melalui ajaran Buddha (Dhamma Buddha),” ungkapnya.
Vincent Chua (paling kanan) mengikuti dengan seksama rangkaian kegiatan dalam kunjungan di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.
Lim
Joon Hiang (berdiri), salah satu anggota Buddhist Fellowship Singapore, merasakan suatu kehangatan satu keluarga saat
mengunjungi Tzu Chi Center.
Beberapa tahun
yang lalu, salah salah satu anggota Buddhist Fellowship Singapore, Vincent
Chua juga telah mengenal tentang Tzu Chi saat mengunjungi Taipei,
Taiwan. Disana, Vincent Chua mengunjungi gerai Tzu Chi yang
memperkenalkan produk Tzu Chi dan buku-buku Tzu Chi. Saat itu, salah satu volunteer Tzu Chi di Taipei menceritakan
tentang Tzu Chi, menceritakan Jing Si, dan kegiatan-kegiatan Tzu Chi. “Saya
mengenal Tzu Chi, juga dari teman yang telah menjadi volunteer Tzu Chi. Mereka banyak menceritakan tentang Tzu Chi
kepada saya. Setelah itu, saya memutuskan ikut serta dalam pelatihan relawan.
Di Tzu Chi, saya menemukan filosofi Tzu Chi yang telah menyentuh hati saya.
Saya juga sangat berkesan kepada volunteer
Tzu Chi. Para insan Tzu Chi sangat disiplin, peduli pada amal sosial
kemanusiaan, peduli pada lingkungan. Inilah yang menginspirasikan saya untuk
mau bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi,” cerita Vincent Chua. Ia pun berharap
suatu saat ia bisa memenuhi kriteria untuk menjadi volunteer Tzu Chi.
Menurut Vincent
Chua, menjadi relawan Tzu Chi merupakan suatu tantangan baginya. Dalam
kunjungannya ke Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara, ia melihat banyak hal yang
telah dilakukan oleh relawan Tzu Chi di Indonesia. “Saya sangat mengagumi Tzu
Chi Indonesia karena berada di negara yang sangat besar, memiliki relawan yang
baik. Saya sangat bahagia berada di Indonesia,” jelas Vincent Chua. Kunjungan
ke Tzu Chi Center ini pun merupakan pengalaman pertamanya. Vincent Chua pun
berniat menceritakan pengalamannya kepada teman-teman di Singapura selama
mengunjungi Tzu Chi Center di Indonesia tersebut.
Lim Joon Hiang,
salah satu anggota Buddhist Fellowship Singapore, juga merasakan
suatu kehangatan saat mengunjungi gedung Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Ia
merasa seperti sedang dalam sebuah keluarga. “Saya sangat kagum melihat
kerapian para insan Tzu Chi dalam berseragam. Semua kancing seragam harus
tertutup, dan baju pun rapih dimasukkan,” ujar Lim yang datang bersama istrinya
dalam kunjungan di Indonesia. Perjalanan singkat selama 3 hari di Jakarta dan mengunjungi
gedung Tzu Chi Center ini pun telah menginsprasikan Buddhist
Fellowship Singapore dan Yayasan Dhammavihari Buddhist Studies untuk lebih
maju dan giat dalam melakukan kebaikan.
Editor: Arimami Suryo A.