Berkreasi bagi Sesama
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto * Seorang panitia sedang menjelaskan kepada para peserta Tzu Ching Camp III tentang maksud dan tujuan kegiatan keterampilan menghias celengan bambu. | Pagi itu, 17 Agustus 2008, lapangan sepakbola yang terletak di tengah komplek Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat berganti menjadi lapangan yang akan dipakai untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-63. Riuh rendah para peserta upacara telah terdengar sejak pagi hari. |
Sementara di lantai 3 Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, 98 peserta Tzu Ching Camp III tengah bersantap sarapan pagi yang disediakan oleh panitia. Usai sarapan, para peserta Tzu Ching Camp berdiri dan berjalan berurutan sesuai dengan kelompok mereka masing-masing. Satu per satu, mentor memimpin berjalan menuruni lantai demi lantai. Di kejauhan, tampak terlihat kerumunan orang yang telah berbaris dengan rapi siap mengikuti upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan penuh disiplin, peserta Tzu Ching Camp yang mengenakan seragam baju biru langit dan celana putih ini melangkah menuju lokasi upacara. Di tangan mereka tergenggam satu buah gelas minum berwarna hijau yang di dalamnya diisi dengan air teh. Para Tzu Ching Camp ini kemudian berbaris dengan rapi sesuai dengan lokasi yang disediakan. Sinar matahari pagi itu terasa bersahabat sekali. Tak terlihat sedikit pun awan hitam yang menggantung. Setelah beberapa saat, upacara pun dimulai. Hari itu, pasukan pengibar bendera yang terdiri dari siswa-siswi SMP dan SMK Cinta Kasih Tzu Chi akan melakukan upacara penaikan sang saka merah putih. Saat bendera dinaikkan, dengan serentak seluruh peserta upacara memberikan penghormatan sambil diiringi berkumandangnya lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Usai memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, para peserta Tzu Ching Camp pun kembali menuju ruang aula RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Usai beristirahat sejenak, mereka pun menerima pelajaran mengenai misi pendidikan dan budaya humanis Tzu Chi yang dibawakan oleh Cennie. Di awal presentasi, Cennie memaparkan bagaimana misi pendidikan dan budaya humanis Tzu Chi dilakukan. ”Tujuan yang ingin dihasilkan dari misi pendidikan Tzu Chi adalah pribadinya baik namun ia berani menerima tantangan hidup. Menjadi problem solver, tidak menjadi penggerutu. Ia harus bisa menciptakan perubahan yang lebih baik lagi terhadap sesama,” tutur Cennie. Menurutnya, misi pendidikan Tzu Chi berlandaskan kepada 3 prinsip dasar: practical life skill (berdikari), moral values (pelajaran budi pekerti), dan pendidikan jiwa (menumbuhkan rasa cinta kasih). Usai sesi penjelasan misi pendidikan dan budaya humanis, para peserta Tzu Ching Camp, mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai Jingsi Books & Cafe oleh Livia, tentang DAAI TV Indonesia dari Surya Kang, dan sosialisasi pelestarian lingkungan oleh Toykino. Di hari kedua ini, para peserta tidak hanya diajarkan berbagai materi yang sifatnya teori namun juga berupa praktek langsung, khususnya mengenai tata cara pelestarian lingkungan. Usai makan siang, para peserta berbaris rapi dan segera menuju posko daur ulang Tzu Chi yang terletak di bagian belakang komplek Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Di sini, para peserta diperkenalkan dengan berbagai macam barang bekas sisa-sisa rumah tangga. Di sana terlihat berbagai macam bentuk, jenis, dan warna kemasan air dan botol air mineral. Itu baru untuk jenis minuman, belum lagi dengan kertas, plastik, kaleng, dan berbagai macam barang lain yang bermacam-macam jenisnya. Siang itu, para peserta ikut mendaur ulang berbagai macam sampah yang menggunung. Ada yang khusus mengumpulkan botol dan gelas air mineral, ada yang mengumpulkan kaleng-kaleng minuman, dan ada pula yang mengumpulkan berbagai macam jenis kertas. Dengan penuh semangat dan antusias, para peserta memilah setiap jengkal sampah yang mereka dapatkan. Tak jarang, sesekali binatang kecil seperti kecoa dan semut muncul dari balik sampah yang mereka ambil. Memang terdengar beberapa kali suara kaget dan terkejut, namun itu tak lama. Karena riuh rendah suara peserta yang sedang bersemangat memilah sampah memupus ketakutan dan keterkejutan yang mereka rasakan. Ket : - Peserta Tzu Ching III bersama dengan siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih, staf RSKB, staf DAAI TV, dan warga Selama hampir satu jam, mereka dengan asyik memilah sampah. Ada yang bertugas membersihkan botol mineral dari plastik kemasan yang melekat, ada juga yang bertugas menjaga wadah penerima agar tak terbang tertiup angin kencang yang berhembus. Di dalam depo daur ulang, beberapa peserta laki-laki tampak menaiki dan menurunkan ke bawah gunungan sampah yang belum dipilah. Tak lama, panitia memanggil 2 kelompok untuk segera membersihkan tangan. Rupanya usai bertugas memilah sampah, mereka akan diajarkan pelajaran keterampilan tangan berupa mempercantik celengan bambu yang masih kosong. Celengan yang tak lagi terbuat dari bambu ini masih belum ditambahkan aksesoris apa pun. Hanya warna hijau terang menghiasi celengan bambu yang terbuat dari gulungan kertas tebal ini. Dengan penuh semangat, satu per satu peserta menghiasi celengan yang berada di genggaman tangan mereka. Ada yang menghias seluruh celengan dengan pita. Bahkan, ada pula yang menempelkan sepotong demi sepotong kain pita di sekeliling celengan. Hasilnya, beragam kreasi ditampilkan oleh mereka. Celengan yang tadinya polos, kini telah berganti dengan celengan yang penuh warna dan siap menerima cinta kasih yang diberikan oleh mereka yang berminat bergabung menjadi barisan cinta kasih Tzu Chi. Seperti diketahui, belakangan ini Tzu Chi giat mengumpulkan bantuan dari berbagai pihak dengan melalui celengan bambu. Agustin (21) salah satu contohnya. Ia terlihat dengan serius merangkai celengan di genggamannya. ”Saya pikir, ketika kita meriasnya dengan sepenuh hati dan ketulusan hati, hasilnya pun akan lebih baik dan rapi. Ketika orang memasukkan koin ini pun, (ia akan) terinspirasi. Ini celengan yang bagus. Saya ingin memberikan dan memupuk cinta kasih. Jadi dengan kita menghiasnya sepenuh hati hal itu akan menjadi nilai plus kepada celengan itu sendiri,” tuturnya penuh keyakinan. Usai menghias celengan bambu, peserta kemudian melakukan sharing dan diskusi mengenai bagaimana kita menjaga bumi dan lingkungan yang semakin lama semakin terancam ini. Berbagai pendapat terlontar, dari yang berinisiatif menggunakan kendaraan umum hingga berbagai perilaku ramah lingkungan yang harus dimulai oleh diri sendiri. Selama 2 hari ini, 98 peserta Tzu Ching Camp diajak untuk menyelami Tzu Chi secara mendasar mulai dari teori hingga praktek langsung. Semua ini dilakukan untuk memberikan sebuah kesadaran baru, betapa perbuatan bajik haruslah dilakukan sejak dini. | |
Artikel Terkait
Cinta Kasih untuk Ibu Wida
15 Juni 2017Yayasan Buddha Tzu Chi membagikan paket lebaran kepada warga Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, Jakarta Utara. Ibu Wida, salah satu warga rusun menerima paket lebaran berupa 10 kg beras, 2 botol sirup, dan 1 kaleng biskuit.