Berkumpulnya Para Bodhisattva

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

* Sekitar 50 orang terdiri dari relawan Tzu Chi dan warga sekitar Kebon Jeruk, Jakarta Barat mengikuti acara ramah tamah di rumah salah seorang relawan.

Rumah Liong Lie Meng yang berada di komplek Taman Kebon Jeruk Intercon, Blok L1 No. 1, Jakarta Barat tidak hanya terlihat megah, namun juga memancarkan aura kebajikan ketika para Bodhisattva Tzu Chi berkumpul mengikuti ramah tamah he qi barat Sabtu, 7 Februari 2009. “Orang bilang kalo banyak pu sa (Bodhisattva –red) datang, yang punya rumah banyak hoki,” ujar Jia Wen Yu, relawan Tzu Chi.

Memanfaatkan Waktu
Sekitar 50 orang yang terdiri dari para relawan Tzu Chi dan beberapa warga Kebon Jeruk duduk rapi di deretan kursi di ruang tengah. Beberapa relawan saling bergantian memaparkan apa itu Tzu Chi dan pengalaman mereka selama bergabung dengan Tzu Chi. Tentu saja salah satunya adalah sang tuan rumah, Liong Lie Meng. “Master Cheng Yen bilang, hidup ini tidak kekal. Rumah ini juga saya anggap numpang, saya tidak bisa bawa pergi. Jadi selama masih ada rumah ini, rumah saya terbuka untuk Tzu Chi,” ujar Lie Meng.

Liong Li Meng telah bergabung di Tzu Chi selama 10 tahun. “Saya banyak berubah. Semuanya saya irit. Pakaian irit, makan irit, pakai air juga irit. Jadi saya mengerti irit itu sangat berguna. Lebih baik uang itu saya kumpulkan untuk kasih orang jompo,” ujarnya yang kemudian disambut tepuk tangan. Sudah 8 tahun ia secara rutin melakukan kunjungan kasih ke sejumlah panti jompo. Ia juga aktif mengunjungi penderita kusta. Tentang hal ini, ia beralasan, “Kenapa saya mau ke kusta? Nggak ada orang yang pergi ke kusta, denger saja sudah takut apalagi deket.” Selama 8 tahun ini, ia hampir setiap bulan memasak nasi untuk dibawa ke panti kusta.

“Master Cheng Yen bilang hidup ini sangat singkat. Saya tahun ini sudah 55 tahun, saya tidak tahu kapan akan mati. Saya harap kita sama-sama melakukannya (kebajikan –red), bersama-sama dengan Tzu Chi. Tzu Chi membutuhkan kita. Ini yang diharapkan Master Cheng Yen. Hari ini kita bisa berkumpul bersama itu adalah berkah kita,” tambah Lie Meng.

foto  foto

Ket : - Banyak orang mengatakan, dengan banyak Bodhisattva yang datang, sang pemilik rumah hokinya makin
           besar. Maka berbahagialah Liong Lie Meng karena rumahnya dikunjungi banyak Bodhisattva Tzu Chi. (kiri)
        - Bagi Liong Lie Meng, rumah adalah sesuatu yang tidak bisa dibawa mati. Maka, semasa ia masih hidup,
           pintu rumahnya selalu terbuka bagi Tzu Chi yang telah mengubah hidupnya menjadi lebih baik. (kanan)

Menjalin Jodoh dengan Buddha
Sementara itu, Wen Yu hadir hari itu dan berbagi kisahnya selama aktif di Tzu Chi untuk menjalin jodoh dengan Buddha. “Saya jauh-jauh dari Sunter ke sini untuk menjalin jodoh dengan Buddha. Bapak Ibu pagi-pagi datang ke sini juga untuk menjalin jodoh dengan Buddha,” ujarnya. Sebelum bergabung dengan Tzu Chi 13 tahun lalu, Wen Yu adalah penganut Buddha yang taat. Ia sama seperti pemeluk Buddha yang lain yang rajin melafalkan sutra. Namun sejak mengenal Tzu Chi, kehidupan religiusnya tidak sebatas itu. “Master Cheng Yen bilang, beribadah yang tertinggi adalah membuat jodoh dengan sesama,” ujarnya.

Wen Yu bercerita banyak bagaimana ia bisa mengajak bosnya yang merupakan pendiri grup Sinarmas, Eka Tjipta Widjaja, bisa bergabung dengan Tzu Chi. Wen Yu awalnya hanya menjadi donatur bulanan melalui temannya, namun lama-kelamaan aktif menjadi relawan sampai akhirnya ia pun memberanikan diri mengajak bosnya untuk ikut menjadi donatur.

Dalam beberapa kesempatan, Wen Yu mempergunakan posisinya sebagai sekretaris pribadi Eka Tjipta untuk merancang mempertemukan Eka Tjipta dengan Master Cheng Yen di Taiwan. Dua kali ia gagal. Pada bulan Mei 1998, sepertinya Wen Yu akan gagal untuk ketiga kalinya. Beberapa hari menjelang jadwal seharusnya Eka Tjipta bertemu Master Cheng Yen, mendadak keluarga besar Widjaja diundang khusus oleh Perdana Menteri Tiongkok kala itu, Li Peng. Dan Wen Yu makin cemas ketika Li Peng mendadak mengubah jadwalnya bertepatan dengan jadwal bertemu Master Cheng Yen. Wen Yu sangat khawatir bosnya akan lebih memprioritaskan untuk bertemu Li Peng. Kekhawatiran Wen Yu makin bertambah saja karena telepon genggam Eka Tjipta tidak bisa dihubungi padahal jadwal pertemuan makin dekat.

foto  

Ket : - Jia Wen Yu menceritakan bagaimana ia bisa mengajak bosnya, Eka Tjipta Widjaja bergabung dengan
           Tzu Chi pada tahun 1998, setelah dua kali gagal mempertemukannya dengan Master Cheng Yen.

Pagi-pagi buta, telepon rumah Wen Yu berdering. Ia kaget ketika mengetahui siapa di ujung telepon: bosnya! Sebelumnya Eka Tjipta tidak pernah menelepon ke rumahnya. Wen Yu menduga bosnya tersebut akan memberitahunya tidak bisa bertemu Master Cheng Yen. Tapi ucapan Eka Tjipta sungguh di luar dugaannya. Ternyata Eka Tjipta lebih memilih bertemu dengan Master Cheng Yen, dan mewakilkan salah satu anaknya untuk bertemu Li Peng. “Kalau Bapak kali ini tidak pergi, saya tidak akan minta lagi karena sudah tiga kali,” kata Wen Yu yang dibalas tawa Eka Tjipta.

Akhirnya apa yang diimpikan Wen Yu sekian lama kesampaian juga. Eka Tjipta bertemu muka dengan Master Cheng Yen. Kepada Eka Tjipta, Master Cheng Yen berkata, “Terima kasih Anda telah menjaga Wen Yu, menyayangi Wen Yu.” Wen Yu ketika itu telah 16 tahun bekerja sebagai sekretaris Eka Tjipta dengan penghasilan yang jauh lebih dari cukup untuk orang kebanyakan dan diperlakukan dengan sangat baik, namun tidak pernah mengucapkan terima kasih kepada Eka Tjipta. Namun, “Master mewakili orangtua saya mengucapkan terima kasih kepada bos saya,” kenang Wen Yu. “Yang membuat air mata saya berderai-derai bukan karena saya ada di hati Master, tapi karena pertama kalinya saya berterima kasih kepada Pak Eka,” tambahnya. Dan sejak pertemuan itu pula Eka Tjipta makin aktif di Tzu Chi.

foto  foto

Ket : - Relawan memeragakan isyarat tangan kepada para undangan. Selama beberapa bulan mereka para
           relawan dari he qi barat tersebut sering tidak berada rumah untuk mempelajarinya. (kiri)
         - Pada akhir ramah tamah, relawan membagikan angpau dari Master Cheng Yen sebagai simbol berkah.
           (kanan)

Wen Yu pun makin berubah setelah mengenal Tzu Chi. “Dulu saya sangat-sangat konsumtif. Setelah ikut Tzu Chi, Master menyarankan untuk lihat ke luar, baru saya tahu betapa miskinnya negara kita,” kata Wen Yu. Selama ini ia hanya mendengar dari berita di media massa atau dari kata orang, namun di Tzu Chi ia melihat langsung sehingga ia pun menjadi lebih berpikir seribu kali jika tidak hidup hemat.

 

Artikel Terkait

Giat Berprestasi

Giat Berprestasi

22 Agustus 2012 Kegiatan pada hari itu adalah Gathering Anak Asuh dan Gan En Hu, sebanyak 38 orang anak asuh dan 34 gan en hu terlihat memadati kedua ruangan di lantai 1. Para relawan yang bertugas pun cukup sibuk berkoordinasi satu sama lain demi memberikan pelayanan yang terbaik untuk para penerima bantuan.
Menanamkan Rasa Cinta Kasih Sejak Dini

Menanamkan Rasa Cinta Kasih Sejak Dini

06 Desember 2013 Pada akhir acara, anak-anak menyuguhkan semangkuk nasi kepada Mama dan Papa sebagai tanda terima kasih atas cinta kasih Mama dan Papa selama ini. Karakter berbakti pada orang tua adalah hal yang sangat ditekankan dalam kelas ini. 
Hunian Tetap yang Diidam-idamkan Sudah di Depan Mata

Hunian Tetap yang Diidam-idamkan Sudah di Depan Mata

06 Maret 2019

Perlu waktu beberapa saat bagi Idham menemukan letak rumahnya, yang luluh lantak  akibat likuifaksi. Tim Redaksi Tzu Chi Indonesia mengikuti langkah kaki personel TNI ini menyusuri puing-puing bangunan yang hancur di area Kelurahan Petobo, Kota Palu yang kini ditetapkan menjadi zona merah atau zona berbahaya.

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -