Berlabuhnya Kapal Tzu Chi di Bumi Minang

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Anand Yahya

fotoKetua dan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi sedang menarik kain sebagai pertanda diresmikannya penggunaan gedung SMAN 1 Padang.

Sejak 30 September 2009, hampir satu tahun yang lalu gempa berkekuatan 7,6 skala Richer mengguncang kota Padang dan Pariaman, Sumatera Barat. Dalam hitungan detik banyak rumah dan gedung yang rubuh. Ketika itu suasana menjadi demikian kacau. Banyak orang yang berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri dan lebih banyak lagi orang-orang yang menanti keselamatan sanak saudara yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan. Namun demikian tak sedikit dari mereka menuai kekecewaan karena keterbatasan kemampuan dan waktu orang-orang yang mereka nantikan tidak bisa diselamatkan.

Dunia pendidikan pun mengalami kepedihan yang sama. Satu di antaranya adalah SMAN 1 yang berada di jalan Jenderal Sudirman, sebuah sekolah unggulan di Padang. SMAN 1 Padang sesungguhnya sedang berupaya menjadi sekolah yang bertaraf internasional. Tetapi sayang dalam hitungan detik gedung sekolah yang dibangun atas jerih payah banyak pihak itu runtuh dan menyisakan kenangan pahit.

Pendidikan Kunci Utama Kemajuan Bangsa
Dalam waktu yang bersamaan Walikota Padang Fauzi Bahar langsung meninjau sekolah SMAN 1. Kondisinya yang dinilai tak layak untuk kegiatan belajar mengajar membuat Fauzi bertekad membangun kembali sekolah itu. Pucuk dicinta ulam pun tiba demikian kata pepatah. Tzu Chi dengan misi pendidikannya menawarkan bantuan pembangunan sekolah. Bagi Tzu Chi pendidikan adalah sesuatu yang harus diutamakan, karena masa depan bangsa terletak di pendidikan yang berkualitas.

Kebijakan ini tentu mengingatkan kita pada peristiwa perang dunia ke II, ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki. Kota yang menjadi urat nadi Jepang itu langsung luluh lantak bagaikan tanah yang rata. Tak terperi penderitaan warga yang tak bersalah kala itu. Banyak orang yang tak bersalah meninggal dunia dan banyak anak-anak tak berdosa kehilangan orang tuanya. Kenyataan ini membuat Jepang sang macan dari Asia harus mengaku kalah dan mundur dari perang dunia ke II. Maka dalam waktu singkat Jepang menjadi terpuruk. Perekonomiannya jatuh ke titik terlemah. Kekuatan militernya melemah, jutaan nyawa melayang dengan sia-sia, dan Jepang tersudut dari dunia internasional. Meskipun demikian, Hirohito, kaisar Jepang yang memerintah negeri itu segera menenangkan rakyatnya dengan gayanya yang kharismatik. Dalam keadaan yang demikian kacau sang kaisar tidak menanyakan berapa jumlah armada perang yang masih mereka miliki atau berapa perajurit terbaik yang masih tersisa. Tetapi dengan bijak sang kaisar bertanya berapa jumlah guru yang masih hidup dan kapan Jepang bisa kembali mengadakan kegiatan belajar mengajar.

Bagi negara Jepang, pendidikan adalah modal utama untuk membangun suatu bangsa. Dan kini teori itu telah dibuktikan oleh mereka. Dalam kurun waktu beberapa dekade Jepang telah kembali menguasai dunia melalui teknologinya yang muktahir. Sama halnya dengan Jerman. Negera yang besar oleh perang ini tidak pernah mengurangi anggaran pendidikannya hanya untuk biaya perang. Hitler sang diktator yang berambisius menguasai dunia paham betul kalau kedigdayaan bangsanya berasal dari pendidikan yang sempurna. Maka atas dasar masa depan bangsa pula Tzu Chi tak melalaikan pendidikan. Membangun kembali gedung sekolah yang telah rubuh, mendidik tunas-tunasnya, dan menanamkan budaya kemanusiaan adalah usaha relawan Tzu Chi untuk menggapai satu tujuan: Indonesia yang lebih baik.

Dari niat baik itu semua akhirnya bangunan sekolah SMAN 1 rampung dikerjakan dan diresmikan pada hari Sabtu, 7 Agustus 2010. Gedung yang didirikan berkat adanya ribuan titik cinta kasih ini diharapkan tidak saja menjadi tempat belajar mengajar tetapi juga menjadi shelter di saat bencana alam terjadi. Karena secara teknis gedung ini dirancang untuk mampu menahan guncangan gempa hingga 9 pada skala Richter.

foto  foto

Ket : - Inilah Stephen Huang saat memberikan kata sambutan. Menurutnya, kota Padang adalah kota yang              indah dan ia sangat senang Tzu Chi dapat mendaratkan perahu cinta kasih dan memberikan bantuan              kepada yang membutuhkan di sini. (kiri)
         - Siswa-siswi SMAN 1 Padang tampak sedang memperagakan isyarat tangan. Hadirnya budaya              kemanusiaan Tzu Chi memberikan nuansa baru dalam pengajaran di sekolah mereka. (kanan)

Haru Merasakan Cinta Kasih

Maka tak heran pada saat peresmian sekolah itu banyak pihak yang merasakan suka cita. Fauzi Bahar terbuka mengungkapkan kalau ia merasa sangat bahagia atas hadirnya Tzu Chi di kota Padang. Ia sendiri merasa begitu bangga atas pembangunan gedung SMAN 1 yang dibangun atas dasar ribuan titik cinta kasih insan TzuChi di seluruh dunia. Karenanya pada hari itu Fauzi mengatakan kalau ia akan menjalani filosofi Tzu Chi yang bermula dari benih yang kecil memberikan sumbangsih yang besar. Dengan penuh keyakinan Fauzi juga mempersiapkan banyak celengan bambu dan mensosialisasikannya kepada para siswa untuk kemudian dipersembahkan kepada Tzu Chi saat memperingati satu tahun musibah gempa di Padang nanti.

Perasaan yang sama pun diungkapkan oleh Tatan Dermawan, relawan Tzu Chi Padang. “Tentunya saya merasa bangga Tzu Chi bisa bantu mendirikan sekolah. Apalagi ini adalah sekolah unggulan di Padang,” ungkap Tatan. Tatan juga menjelaskan begitu gempa terjadi selain melakukan kegiatan baksos dan pertolongan pertama bagi para korban luka-luka, Tzu Chi juga sangat memerhatikan pendidikan. Menurutnya pendidikan adalah sesuatu yang harus diutamakan karena pendidikan adalah syarat utama untuk menghasilkan generasi-generasi muda yang cerdas. Maka tanpa banyak menunda waktu, Tzu Chi segera mengulurkan bantuan pembangunan sekolah sebagai bagian dari misinya: misi pendidikan. “Pendidikan adalah salah satu yang penting. Kita bisa bantu mendirikan sekolah dan kalau nantinya mereka jadi orang-orang yang pintar dan berguna tentu kita juga yang bangga,” terangnya. Karena itu tidak berlebihan bila banyak harapan muncul dari pembangunan SMA Negeri 1 Padang ini. Selain diharapkan tetap menjadi sekolah unggulan di Padang, tentunya SMA ini diharapkan bisa menghasilkan tunas-tunas muda yang welas asih dan berguna bagi bangsa.

Dodi Prananda, Vinda Yozi Pratiwi, dan Irma Garnesia siswa-siswi SMAN 1 ini merasakan hal yang serupa. Mereka dengan penuh ketulusan meluangkan waktu. Mereka merangkai kata demi kata hingga terangkum menjadi bait-bait kalimat yang indah. Di akhir semua rangkaian acara, dengan sikap penuh keseriusan ketiga siswa-siswi itu berdiri yakin di hadapan para relawan Tzu Chi, Walikota, Wakil menteri, dan tamu undangan.

foto  foto

Ket : - Penggunaan sekolah secara resmi ditandai dengan acara penandatanganan prasasti oleh Fauzi Bahar             selaku Walikota Padang, Stephen Huang selaku Perwakilan Tzu Chi internasional, dan Franky O             Widjaja selaku Wakil Ketua Yayasan Tzu Chi Indonesia. (kiri)
         - Saat peresmian, Stephen Huang juga berkesempatan berkunjung melihat siswa dan siswi di kelas-             kelas. Nampak para siswa dan siswi begitu gembira atas kunjungan Stephen Huang ini. (kanan)

Dengan nada yang emosional mereka membacakan bait demi bait. Nampak betul keseriusan dan ketulusan mereka. Semua adalah ungkapan terima kasih mereka atas cinta kasih, perhatian, dan berlabuhnya perahu Tzu Chi di Padang atas nama kemanusiaan.  Dengan hikmat ketiga siswa-siswi itu memekik:

          Tiada yang bisa aku berikan selain ungkapan terima kasih
          atas bangunan pendidikan yang megah ini
          dari semaian kebaikan insan.
          Kan kujaga laksana bunga, diberi pupuk, disiram, dan dirawat
          agar tak dipetik orang lalu.

          Berharap untuk menjadi buah, lahirnya tunas bangsa
          yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

          Ketika ku injakkan kaki di rumah baru, penuh wangi melati
          dan kenanga seperti sebuah taman bunga.

          Halamannya luas, penuh pepohonan, bertatakan keramik
          lekuk indah tangga, hamparan rumput hijau laksana permadani
          fasilitas yang lengkap, wangi khas cat melumuri dirimu
         dan ini tak berlebihan, karena tidak ada kata-kata.

          Itu semua
          demi pendidikan
          demi kemanusiaan.
          Secercah hati       
          berbuat baik, berbalut ikhlas, demi manusia, dan demi
          kemanusiaan.

          Inilah cinta kasihmu
          tanpa memandang suku, bangsa, dan ras
          untuk tunas bangsa menggapai cinta dan cita
          bakti insan menyumbangkan hidup tanpa menyianyiakan waktu
          menghapus kesedihan dan derita orang lain.

          Bukankah..
          Berkah hadir karena kita pandai bersyukur.

Demikian puisi yang dibacakan ketiga siswa-siswi itu. Bukan buatan kalau keindahan puisi mereka adalah ungkapan kegembiraan, syukur, dan terima kasih mereka yang terdalam atas berlabuhnya kapal Tzu Chi.


Artikel Terkait

Dua Tangan yang Menyelamatkan

Dua Tangan yang Menyelamatkan

02 Maret 2016

Kelas budi pekerti (Xiao Tai Yang) Tanjung Balai Karimun belajar tentang melestarikan lingkungan dengan memilah sampah. Kegiatan belajar ini dilaksanakan di depo pelestarian lingkungan. menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. Jika ingin bumi selalu bersih maka mulailah merubah sikap diri sendiri, dan gunakanlah kedua tangan demi menyelamatkan bumi.

Bahagia Dalam Jalan Bodhisatwa

Bahagia Dalam Jalan Bodhisatwa

20 April 2017

Pada tanggal 16 April 2017, Relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Pelatihan Relawan Baru yang bertempat di kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Kegiatan ini juga menghadirkan sharing dari relawan baru dan relawan yang sudah terlebih dahulu bergabung bersama Tzu Chi.

Kacamata Penunjang Prestasi

Kacamata Penunjang Prestasi

18 Maret 2016
Maria Natalia kini tak lagi perlu meminjam buku catatan temannya. Kacamata pemberian relawan Tzu Chi pada Rabu, 16 Maret 2016 mengembalikan penglihatannya yang sebelumnya melihat papan tulis dengan buram.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -