Berlatih Menghargai Berkah dan Mencintai Lingkungan Sejak Dini
Jurnalis : Elen Cenggana, Shelvi, Vincent (He Qi Utara 2), Fotografer : Elen Cenggana, Shelvi, Vincent (He Qi Utara 2)Kelas Qin Zi Ban perdana tahun 2022 dihadiri 44 partisipan secara virtual dari rumah masing-masing.
Akhir–akhir ini, sering terdengar isu terkait pemanasan global dan efek rumah kaca yang semakin mengkhawatirkan. Masyarakat pun diimbau untuk lebih mencintai dan melestarikan alam agar dapat bersama-sama mengurangi dampak pemanasan global. Beberapa dampak nyata pemanasan global pun telah kita rasakan, seperti kekeringan, bencana cuaca ekstrim, banjir, dan lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran Xiao Pu Sa (Bodhisatwa cilik) akan pemanasan global sejak dini, para relawan Misi Pendidikan di komunitas He Qi Utara 2 menggenggam kesempatan dengan mengangkat tema “Menghargai Berkah dan Mencintai Lingkungan” dalam kelas Bimbingan Budi Pekerti Qin Zi Ban pada Minggu, 27 Februari 2022. Pertemuan perdana di tahun 2022 tersebut berlangsung sejak pukul 09.30 WIB hingga 11.00 WIB dan dihadiri 44 partisipan secara virtual dari rumah masing-masing.
Lussy Tanudjaja selaku MC mengawali acara dengan menyapa dan menanyakan kabar Xiao Pu Sa. Aara dilanjutkan oleh Youmi yang mengajak peserta melakukan senam bersama. Mereka pun mengikuti gerakannya dengan penuh semangat. Youmi juga membimbing mereka bermeditasi agar mereka dapat mengikuti kelas dengan hati dan pikiran yang tenang. Setelah sesi meditasi, giliran Novita Natalia selaku pemateri mengajak Xiao Pu Sa untuk menyelami materi yang telah disiapkan. Para Xiao Pu Sa diharapkan dapat menghargai benda-benda yang ada di sekitar mereka, serta menghemat penggunaan sumber daya alam khususnya air.
Sebagai pembuka sesi, Novita menjelaskan bahwa berkah bukan hanya dilihat ketika Xiao Pu Sa mendapatkan gadget / mainan dari orang tua melainkan segala sesuatu yang diterima oleh mereka.
“Hari ini kita masih menghirup udara segar dan minum air bersih merupakan berkah bagi kita. Memiliki badan yang sehat dan kedua orang tua yang sehat juga merupakan berkah. Kita bisa berkumpul dalam Zoom kali ini juga merupakan berkah, hingga akhirnya bisa menjalin jodoh baik dengan Xiao Pu Sa, Shigu men, dan Shibo men,” jelas Novita.
Ketika kita menghargai berkah, tambah Novita barulah rasa syukur akan muncul dengan sendirinya dan kita akan hidup lebih bahagia. Tidak hanya barang-barang milik kita saja, alam semesta pun termasuk salah satu yang harus kita sayangi.
Novita mengajak Xiao Pu Sa menulis dan menyelami makna yang terkandung dalam Kata Perenungan Master Cheng Yen.
“Apakah Xiao Pu Sa terpikirkan bagaimana cara kita menyayangi alam semesta?” tanya Novita.
Satu persatu Xiao Pu Sa menyalakan mic dan menjawab dengan penuh antusias. “Dengan tidak membuang sampah di laut,” tandas Vimala.
“Mematikan lampu bila tidak digunakan,” sambung Smartinus.
“Semua jawaban Xiao Pu Sha benar. Dengan tidak membuang sampah di laut atau sungai maupun menghemat energi, hidup kita dan alam semesta akan menjadi lebih bahagia dan damai. Sebenarnya masih banyak yang bisa kita lakukan untuk menyayangi alam karena akan kita wariskan kepada anak cucu kita kelak,” balas Novita.
Kita turut andil menggunakan sumber daya alam yang terdapat di dalam bumi, air dan udara untuk memenuhi kebutuhan kita. Namun, sejumlah penelitian telah menyatakan bahwa sebagian sumber daya alam akan segera habis bila terus digunakan tanpa henti.
“Sesuai kata perenungan Master Cheng Yen yang telah xiao pu sa tulis di kertas, bila ingin terhindar dari kekurangan sumber daya alam, kita harus mulai dengan menghargai sumber daya alam tersebut. Mematikan penggunaan alat listrik yang tidak terpakai, menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, dan mendaur ulang sampah untuk dijadikan kertas adalah sebagian contoh yang bisa kita lakukan”, tutur Novita.
Smartinus Harvin menunjukkan hasil gambarnya terkait alokasi penggunaan air dalam aktivitas sehari-hari.
Setelah bersama-sama menyelami makna yang terkandung dalam kata perenungan Master Cheng Yen, Novita mengajak Xiao Pu Sa berpikir mengenai alokasi penggunaan air dalam aktivitas sehari-hari mereka di rumah. Mereka pun diminta untuk menggambar di atas kertas tentang pembagian segelas air yang terisi ke dalam 4 gelas kosong yang mencerminkan aktivitas sehari-hari yang membutuhkan air, seperti gosok gigi, cuci muka, cuci tangan dan mandi.
Ketika mereka dihadapkan dengan sumber daya air yang terbatas di bumi ini, mereka akan menyadari bahwa harus menghemat penggunaan air dalam aktivitas sehari-hari yang membutuhkan air maupun berpikir secara kreatif untuk menerapkan penggunaan air secara berulang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa terlepas dari air. Ketika kita mengalami kekurangan air, hidup kita akan penuh kesulitan, bahkan akan membawa bencana. Agar tidak kekurangan sumber daya air, mengingatkan kita bahwa kita harus menghemat penggunaan air, juga bisa menerapkan penggunaan air secara berulang, sehingga kita bisa menghargai dan tidak menyia-yiakan sumber daya air. Sebagai pelengkap kesimpulannya tersebut, Novita menayangkan sebuah film animasi berdurasi 64 detik yang bercerita tentang menerapkan praktik penggunaan air secara berulang sebagai salah satu jurus ampuh dalam melakukan penghematan air.
Para Xiao Pu Sa menyaksikan sebuah film animasi singkat tentang menerapkan praktik penggunaan air secara berulang.
Untuk meningkatkan kesadaran Xiao Pu Sa akan pentingnya air dalam kehidupan sehari-hari serta menumbuhkan rasa menghargai sumber daya alam dalam benak mereka, Novita telah mempersiapkan film animasi lainnya yang bercerita tentang sepasang anak yang dididik oleh ibunya untuk menghargai air. Dalam kesehariannya, sepasang anak tersebut sering menyia-nyiakan air baik saat sedang bermain maupun setelah mandi dengan membiarkan keran air terus menyala padahal mereka tidak menggunakannya lagi. Sang ibu mulai kesal dengan tingkah laku kedua anaknya yang tidak mengindahkan nasehatnya.
Namun, ia tidak kehilangan akal dengan sengaja mematikan aliran air bersih menuju rumah selama 48 jam. Lama kelamaan, kedua anaknya merasa menderita karena aktivitas mereka menjadi terganggu seiring ketiadaan air bersih. Mereka tidak dapat mandi dengan layak, ditambah baju kotor dan piring kotor mereka juga tidak dapat dicuci. Ternyata usaha sang ibu membuahkan hasil karena akhirnya kedua anaknya meminta maaf dan menyadari kesalahan mereka menyia-nyiakan air. Mereka berjanji kepada ibunya akan hemat dalam menggunakan air.
Di penghujung acara, Novita memberikan kesimpulan dari materi yang telah disampaikannya pada hari tersebut. “Air adalah sumber kehidupan, semua makhluk tidak bisa hidup tanpa air. Bisa terjadi peperangan demi mendapatkan sumber daya air. Semoga kita semua menghargai air, memberi perhatian lebih banyak untuk menghemat penggunaaan air dan berusaha menggunakan air secara berulang sehingga air tidak terbuang dengan sia-sia,” ujar Novita.
Dengan menyayangi alam semesta, semua orang hidup damai.
~ Kata Perenungan Master Cheng Yen ~
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Berlatih Menghargai Berkah dan Mencintai Lingkungan Sejak Dini
10 Maret 2022Untuk meningkatkan kesadaran Xiao Pu Sa (Bodhisatwa cilik) akan pemanasan global sejak dini, kelas Bimbingan Budi Pekerti Qin Zi Ban pada Minggu, 27 Februari 2022 mengangkat tema Menghargai Berkah dan Mencintai Lingkungan.
Cinta Kasih Melalui Budi Pekerti
02 Maret 2016 Sebanyak 24 orang anak kelas Budi Pekerti dan orang tuanya datang ke kegiatan kelas Budi Pekerti di Jingsi Pluit pada 28 Februari 2015.Perayaan Hari Waisak dan Hari Bakti Kelas Budi Pekerti
05 Juni 2018Anak-anak kelas budi pekerti merayakan
Hari Waisak dan hari bakti secara bersamaan, di gedung C Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng pada
27 Mei 2018. Salah satu hal yang
penting dalam acara ini adalah membasuh kaki orang tua.