Berlatih Tulus

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto, Toeloes
 
 

fotoKasih sayang Toeloes telah menguatkan hati Hartati dalam menghadapi derita. Begitu mengetahui Hartati menderita kanker mulut rahim, Toeloes berusaha sekuat tenaga mencari pengobatan alternatif bagi istri tercintanya.

Toeloes Dwiyanto baru saja menikmati masa-masa bahagia sebagai pasangan muda. Setelah sekian lama menjalin kasih bersama Hartati, membangun bahtera keluarga adalah suatu impian yang paling ia tunggu-tunggu. Namun kebahagiaan itu segera berubah menjadi kekhawatiran. Pada tahun 2008 Hartati  yang telah berusia 26 tahun merasa ada yang janggal pada rahimnya. Rahimnya tidak sekadar mengeluarkan keputihan tetapi juga darah. Melihat kenyataan ini Toeloes langsung meresponnya dengan membawa Hartati ke sebuah rumah sakit bersalin.

Hasil pindaian medis menunjukkan Hartati menderita kanker mulut rahim. Sebelum memberitahukan Toeloes yang sedang terpaku di luar ruangan dokter, Hartati sudah menangis tersedu-sedu tiada henti. Belum juga Toeloes mengajukan pertanyaan, Hartati sudah kembali menangis. Sambil tersedu-sedan menahan isak tangisnya Hartati mengatakan kalau ia terkena kanker mulut rahim stadium1.

Serasa tidak bisa menerima kanyataan ini, Toeloes kembali memeriksakan Hartati di rumah sakit lain. Alih-alih setelah menjalani pemeriksaan di dua rumah sakit yang berbeda hasilnya tetap sama, Hartati menderita kanker mulut rahim. Toeloes langsung terkesiap menghadapi kenyataan ini. Terlebih Hartati. Sebagai wanita muda yang baru berumahtangga, ia harus kehilangan kesempatan memiliki keturunan karena menderita kanker. Sebuah ujian berat yang meruntuhkan semangat hidupnya.

Berhubung kedaan ekonominya tidak memadai untuk biaya operasi pengangkatan rahim, Toeloes bersama Hartati memutuskan berobat secara alternatif. Maka dengan segala upaya Toeloes mencari tabib terbaik ke berbagai pelosok Nusantara. Dari tabib yang berkemampuan biasa-biasa sampai tabib yang bertaraf nasional sudah dikunjungi oleh Toeloes dan Hartati. Namun hasilnya masih juga nihil.

Semakin lama kondisi Hartati semakin memburuk. Bukan saja fisiknya yang lemah, tetapi secara emosional Hartati menjadi pribadi yang mudah marah dan tersinggung. Profesinya sebagai karyawan pun harus ia tanggalkan berhubung kesehatannya yang sudah tidak memungkinkan lagi. Bahkan karena saking hilangnya kepercayaan diri, Hartati pernah meminta Toeloes agar bersedia meninggalkan dirinya. Tetapi Toeloes yang sepenuh hati mencintai Hartati langsung menolaknya mentah-mentah. “Saya akan tetap bersamamu apa pun yang terjadi,” jelas Toeloes.

Menemukan Jalan
Di tengah kegalauan hatinya Toeloes lantas mendatangi salah satu guru spiritualnya untuk berkonsultasi. Dalam perjumpaan yang penuh makna itu sang guru menasehati Toeloes agar ia banyak bersabar dan yakin kalau derita itu akan berakhir. “Kamu tenang saja. Kalau memang istri kamu harus dioperasi Tuhan akan membuka jalan untukmu agar bisa membiayai operasi,” demikian nasihat guru spiritualnya.

Berbekal sebuah keyakinan dan ketulusan doa yang ia panjatkan, Toeloes  akhirnya mendapatkan rezeki yang cukup untuk membiayai operasi istrinya. Namun ketika niat itu ingin dilaksanakan, mereka kembali harus mendapati kekecewaan. Dokter kandungan yang memeriksa Hartati menjelaskan kalau kanker mulut rahin Hartati sudah tidak bisa dioperasi. Kanker itu sudah meningkat menjadi stadium 2b dan pengobatannya pun harus mengeluarkan biaya yang mahal, yaitu kemoterapi dan sinar.

Sebuah kenyataan yang sangat memukul perasaan mereka berdua. Tanpa tedeng aling Toeloes langsung mengutarakan kesulitan dirinya kepada sang dokter, “Dok, Kalau harus menjalani kemoterapi dan sinar sepertinya saya tidak mampu. Biaya kami hanya cukup untuk operasi,” aku Toeloes. Mendengar pengakuan Toeloes, dokter itu langsung menyarankan Toeloes untuk membuat surat keterangan tidak mampu (SKTM).

foto  foto

Ket : - Bantuan yang Toeloes terima dari Tzu Chi membuat ia percaya bahwa derita yang ia terima ada jalan              keluarnya. Kini ia telah merasakan cinta kasih dan ketulusan dari Tzu Chi. (kiri)
         - Setelah hampir satu tahun menjalani terapi sinar dan kemoterapi, hasil pindaian medis menyatakan             kalau sel kanker di tubuh Hartati sudah kembali ke dalam taraf normal. (kanan)

Mulailah Toeloes mengikuti saran dokter itu, membuat SKTM. Tetapi setelah SKTM selesai dibuat Toeloes masih belum mampu mengongkosi setengah biaya pengobatan istrinya. Sampai suatu hari, saat ia sedang menemani Hartati berobat di RSCM Toeloes bertemu dengan salah satu pasien yang juga menderita kanker mulut rahim. Pasien itu mengatakan kalau ia adalah pasien penerima bantuan Tzu Chi. Pasien itu menyarankan Toeloes untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi. Sesungguhnya jauh hari sebelum bertemu pasien itu, Toeloes sudah mengenal Tzu Chi melalui program bebenah kampung di Kampung Belakang, Dadap, Jakarta Barat. Ketika itu, Toeloes berprofesi sebagai juru foto di kantor Walikota Jakarta Barat dan mengenal Tzu Chi sebagai organisasi kemanusiaan.

Maka ketika mendapat informasi itu Toeloes langsung teringat pada salah satu sahabat lamanya yang bekerja sebagai staf di Yayasan Tzu Chi. Segera saja Toeloes menghubungi temannya melalui telepon dan bertanya bagaimana cara mengajukan permohonan bantuan di Tzu Chi. Setelah mendapatkan keterangan lengkap dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Toeloes, tak lama berselang relawan Tzu Chi memasukan data Hartati ke dalam pasien kasus penerima bantuan.

Sampai tiba waktunya untuk menjalani terapi sinar Toeloes mendapatkan kabar dari Tzu Chi kalau permohonannya disetujui. Bukan main rasa suka cita yang dirasakan oleh Toeloes. Sepanjang hari tak henti-hentinya ia berucap syukur dan percaya bahwa Tuhan selalu memberikan jalan terbaik bagi umatnya.

Berlatih Ketulusan
Kesetiaan Toeloes dalam menjaga istrinya telah berbuah menjadi sebongkah harapan. Wajah Hartati yang semula muram termakan kepedihan dan derita kini menjadi berseri-seri memancarkan kegembiraan. Pada awal 2009 Hartati mulai menjalani terapi sinar dan kemoterapi.

Satu tahun berikutnya Hartati selesai menjalani semua terapi pengobatan. Meski ia banyak kehilangan berat badan dan stamina yang menurun, Hartati tetap terlihat bersemangat lantaran harapan untuk sembuh dan selalu bersanding dengan Toeloes sudah ada di depan mata.

Rasa sayang dan kesetiaan Toeloes pada Hartati ternyata telah menambah pengertian Hok Chun, relawan Tzu Chi akan makna kesetiaan. Bagi Hok Chun, Toeloes telah menjalani kewajibannya sebagai suami dengan sangat baik. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang tegap tak membuat Toeloes berniat mengingkari kesetiaannya. Kenyataan ini telah membuat Hok Chun terpukau. “Kebanyakan kaum laki-laki itu habis manis sepah dibuang. Tetapi tidak demikian dengan Toeloes. Biasanya saya melihat kesetiaan hanya di film-film. Tetapi kenyataannya masih ada,” kata Hok Chun.

Dari pengalaman pendampingan pasien Hartati, Hok Chun pun belajar akan kesetiaan dan ketulusan mencintai istri. Maka tak heran bila Hok Chun merasa banyak belajar dari seorang  Toeloes. “Saya juga pasangan muda. Tetapi belum tentu saya seperti dia. Dari sini saya belajar untuk saling mencintai, menyayangi, mengasihi dari Toeloes. Saya terispirasi dari dia. Bukan hanya namanya yang Toeloes, tetapi sosok pribadinya juga tulus,” ujar Hok Chun.

  
 
 

Artikel Terkait

Belajar Memperbaiki Diri

Belajar Memperbaiki Diri

20 November 2015 Setelah banyak belajar di Kelas Budi Pekerti ini diharapkan para murid dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tekad yang sudah ditulis harus dilaksanakan dengan baik.
Bukan Siapa, Tetapi Apa yang Dilakukan

Bukan Siapa, Tetapi Apa yang Dilakukan

29 Agustus 2009 Pada hari itu, sebanyak 25 siswa Taman Kanak-kanak Little Rainbow dan 55 siswa dari Sekolah Ehipassiko mengunjungi posko daur ulang guna mempelajari apa yang dinamakan pelestarian lingkungan.
Inspirasi dari Budi Pekerti

Inspirasi dari Budi Pekerti

28 April 2016

Minggu, 24 April 2016, bertempat di Jing Si Books & Café Pluit berlangsung Kelas Budi Pekerti Tzu Chi tingkat Qing Zi Ban (usia 5 – 8 tahun). Sebanyak 18 siswa hadir berbaris teratur di kelompoknya masing-masing. Mengangkat tema Mencari Harta Karun, kelas budi pekerti dikemas sederhana dengan tujuan untuk menanamkan budi pekerti bagi siswa.

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -