Bermain, Belajar, dan Melestarikan Lingkungan

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

* Teriknya sinar matahari membuat murid-murid kelas budi pekerti ini kehausan. Beruntung, mereka semua telah dibekali botol minum sendiri, sehingga mengurangi pemakaian botol plastik air mineral.

Pagi, tanggal 12 Oktober 2008, pukul 09.00 WIB sinar matahari mulai bersinar terang. Sinar itu semakin terik dan panas. Tak lama, dari kejauhan tampak 80 anak-anak berseragam biru langit berbaris dengan rapi. Didampingi 40 relawan Tzu Chi, mereka berjalan menuju ke sebuah tenda besar yang dipasang tepat di depan Monumen Nasional (Monas) sebelah selatan.

Hari itu, anak-anak kelas budi pekerti Tzu Chi Indonesia di He Qi Utara akan melakukan bersih-bersih, dan mengunjungi museum Monas. Sambil menunggu kedatangan Sylviana, Walikota Jakarta Pusat, anak-anak ini melakukan shou yu (bahasa isyarat tangan) bersama. Setelah beberapa waktu, anak-anak ini pun mulai tampak kelelahan. Beberapa di antara mereka ada yang mengambil botol minum milik mereka sendiri, dan meneguk beberapa tetes air untuk mengurangi dahaga karena panas yang menyengat.

Tak lama, Walikota Jakarta Pusat pun datang dan menyalami satu demi satu anak kelas budi pekerti. Ia terlihat begitu bahagia bertemu dengan anak-anak yang penuh semangat pagi hari itu. ”Siapa yang punya sarung tangan?” tanya Ibu Walikota kepada anak-anak. ”Punya.” Pertanyaan itu dijawab oleh anak-anak dengan penuh semangat. ”Kalo gitu mari kita gunakan sarung tangan bersama-sama,” ajaknya.

foto   foto

Ket : - Walikota Jakarta Pusat, Sylviana bersama Cindy Sulaiman dan Yasmeen Audrelia meniup lilin perayaan hari
           ulang tahun mereka yang jatuh pada tanggal 11 Oktober 2008. (kiri)
         - Tak hanya membersihkan sampah di taman Monas, murid-murid kelas budi pekerti ini juga diajak melihat
           sejarah berdirinya Monas dan juga sejarah bangsa Indonesia dalam bentuk diorama.(kanan)

Hari itu, di usia ke-50, yang jatuh tanggal 11 Oktober, Sylviana bersama Cindy Sulaiman, dan Yasmeen Audrelia (dua siswa kelas budi pekerti Tzu Chi) merayakan hari ulang tahun bersama. Sylviana bahkan meminta 2 anak menyanyikan lagu ulang tahun dalam bahasa mandarin. Vina Calista dan Tania Anggelina pun maju ke depan dan menyanyikan lagu tersebut untuk Sylviana. Melihat kelucuan anak-anak ini, Sylviana pun bernyanyi bersama. ”Saya juga sangat bahagia kalau hadiahnya adalah anak-anak membersihkan monas dengan benar, tidak merusak tangan,” ungkapnya.

”Sekarang tugas kita adalah membersihkan Monas,” ajaknya. ”Yess!” seru anak-anak ini antusias. Para mentor pun segera menyiapkan perlengkapan memungut sampah. Acara memungut sampah ini dimulai dari taman di sisi selatan yang dipenuhi oleh rerimbunan pepohonan. Di sana ada banyak orang yang sedang duduk berwisata. Didampingi para mentor, tanpa sungkan, malu, apalagi takut, anak-anak ini dengan polosnya mencari dan memungut sampah di manapun berada. Di sekitar mereka yang sedang berwisata, di bawah bangku taman, dan bahkan di sela-sela rimbunnya pepohonan. Beragam reaksi dan ekspresi timbul dari para wisatawan yang melihat kegiatan yang dilakukan anak-anak ini. Ada yang segera berpindah tempat, namun ada juga yang tetap diam dan dengan heran memperhatikan anak-anak ini memungut sampah dengan asyiknya.

foto   foto

Ket : - Teriknya sinar matahari di Monumen Nasional (Monas) Jakarta tidak menyurutkan semangat murid-murid
           kelas budi pekerti untuk bersiap diri memungut sampah yang berserakan di dalam taman Monas. (kiri)
         - Tanpa ragu, malu, apalagi takut murid-murid kelas budi pekerti ini mengambil sampah yang berserakan,
           meski sampah yang berserakan itu ada di dekat mereka yang sedang berwisata di taman Monas. (kanan)

Tak kelihatan rasa jijik di wajah mereka, malah kegembiraan yang jelas terlihat. ”Lagi mungutin sampah. Cape tapi seneng,” seperti itulah jawaban dari Louis Chen (7) didampingi mentornya saat saya tanya apa yang sedang dilakukannya. Hari itu, ia datang bersama sang mama, namun selama acara itu ia tetap mandiri, dan tidak takut sendirian karena memiliki banyak teman. Sementara itu, teman baik Louis di kelas, Kevin tidak dapat ikut memungut sampah karena sedang sakit kepala dan harus menuggu di dalam tenda.

Selesai memungut sampah yang berserakan, anak-anak ini pun diajak mengunjungi museum Monas. Dua orang guide memandu 80 anak yang dibagi menjadi 2 kelompok. Disana, anak-anak menyaksikan sejarah bangsa Indonesia dari awal kelahiran hingga berbagai perubahan yang terjadi. Dengan takjub anak-anak menyaksikan berbagai diorama di dalam kaca yang mengambarkan sejarah bangsa Indonesia. Kelas budi pekerti ini pun berakhir saat anak-anak kembali ke tenda dan menikmati makan siang bersama-sama.

 

Artikel Terkait

Gempa Palu: Tim Medis Tzu Chi Menuju Palu

Gempa Palu: Tim Medis Tzu Chi Menuju Palu

03 Oktober 2018

Hari ini, Rabu, 3 Oktober 2018, Pkl. 10.30 WITA,  5 orang relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi dan Tim Medis berangkat menuju Palu, Sulawesi Tengah dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Relawan Tzu Chi juga membawa: obat-obatan dan juga tenda.

Menembus Tapal Batas Lautan Biak

Menembus Tapal Batas Lautan Biak

01 Agustus 2018
Dengan tekad berbagi cinta kasih dengan tulus, relawan Tzu Chi Biak menempuh perjalanan darat dan laut sejauh lebih dari 120 kilometer untuk mengadakan Bakti Sosial Pengobatan Umum dan Gigi di Kampung Sowek di Distrik Kepulauan Aruri, Kabupaten Supiori.
Ketupat dari Beras Cinta Kasih

Ketupat dari Beras Cinta Kasih

12 Agustus 2011
Ketupat biasanya identik dengan hidangan spesial lebaran dalam merayakan hari raya Idul Fitri. Ketupat adalah sejenis makanan yang terbuat dari nasi dengan bahan dasar beras dan dibungkus dengan daun kelapa muda.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -