Bermanfaat Bagi Orang Lain

Jurnalis : Christine Desyliana (He Qi Barat), Fotografer : Gianny Sj dan Yip Hong Seng (He Qi Barat)
 
 

fotoDalam acara sosialisasi ini, para calon relawan jug amendapat pengetahuan mengenai kegiatan muda mudi Tzu Chi yang dikenal dengan sebutan Tzu Ching yang dibawakan oleh Hasan Basri, ketua Tzu Ching.

“Kehidupan kita bermakna apabila kita dapat bermanfaat bagi orang lain.”
Kata Perenungan Master Cheng Yen

 

 

Setiap orang di dunia ini, tentu ingin hidupnya penuh makna. Pertanyaannya, bagaimana cara tiap-tiap orang membuat hal itu terwujud? Nah, di bawah ini, saya ingin berbagi kisah hidup beberapa orang yang sudah melakukan suatu ‘Action’ atau ‘Usaha’ agar hidupnya penuh makna.

Harapan Yang Lebih Baik Untuk Masa Yang Akan Datang
Saya ingin menjadi orang yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat “, demikian perkataan dari Budi Prayogo Shixiong ketika ditanyai apa harapannya jika sudah bergabung di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Kisah ini dimulai ketika saya melihat Budi Prayogo Shixiong dan temannya Nelianah Shijie sudah tiba di Sekolah SMK Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat dari jam 07.30 WIB. Mereka datang dari daerah Kelapa Gading dan Taman Semanan.

Mereka sudah mengetahui dari jauh hari bahwa acara Sosialisasi Tzu Chi ini baru akan di mulai jam 09.00 WIB dari teman kuliah mereka. Tapi tetap saja mereka setia menunggu, mengisi daftar absensi dan mengikuti acara Sosialisasi Tzu Chi dari awal sampai akhir acara.

Melihat remaja ini, saya berpikir bahwa hari itu adalah hari Minggu, seharusnya mereka bisa mengisi hari liburnya dengan hal-hal lainnya. Tapi mereka lebih memilih dan ikut acara Sosialisasi Tzu Chi yang diadakan tiap bulan ini di He Qi Barat.

Saya pun bertanya ke Nelianah Shijie, “Apa yang memotivasi Anda untuk mau memilih dan hadir di acara ini?”. Dan jawabannya sederhana, “Karena saya sering nonton acara kisah nyata relawan Tzu Chi dan Lentera Kehidupan di DAAI TV. Dan saya ingin seperti relawan Tzu Chi tersebut dan terinspirasi oleh Master Cheng Yen.”

Dan yang membuat mereka terkesan ketika ikut sosialisasi di hari ini adalah ketika melihat Hasan Basri Shixiong yang merupakan Ketua Tzu Ching Indonesia yang beragama Islam dan seorang Shijie yang memakai Jilbab dan seorang muslimah ikut serta menampilkan budaya humanis Shou Yu (isyarat tangan) yang berjudul “Rang Ai Chuan Chu Chi (Biarkan cinta kasih menyebar luas)” di pertengahan acara. Jadi mereka berpendapat bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini memang benar-benar wadah kegiatan kemanusiaan yang lintas agama, ras, etnis, negara dan bangsa.

Mereka sangat antusias untuk segera bisa memulai kegiatan Tzu Chi selanjutnya setelah resmi bergabung di barisan relawan Tzu Chi Indonesia per hari ini, tanggal 14 Oktober 2012, dan bahkan ternyata Budi Prayogo Shixiong sudah lama mengumpulkan emas (istilah di Tzu Chi untuk barang-barang daur ulang) sejak tahun 2008 di rumahnya daerah Kelapa Gading untuk Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, sedangkan Nelianah Shijie mengumpulkan emas ke Yayasan sejak tahun 2012 ketika diberitahu oleh tetangga rumahnya di daerah Taman Semanan.

Melihat semangat dan tindakan nyata remaja ini, Saya melihat bahwa ada harapan yang lebih baik untuk Indonesia di masa yang akan datang. Semoga Indonesia memiliki banyak remaja yang dapat bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat.

Kalau sudah Jodoh, Pasti Tak akan Kemana-mana
Tak disangka bahwa dari 1 orang wanita dan seorang Bikhuni mampu menginspirasi 30 ibu rumah tangga dan sekarang bahkan lebih banyak orang yang terinspirasi untuk menjadi relawan Tzu Chi”, kesan dari Yip Hong Seng Shixiong setelah melihat pemutaran DVD Discovery Channel mengenai Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, di awal acara Sosialisasi.

foto   foto

Keterangan :

  • Sosialisasi untuk calon relawan baru dimanfaatkan untuk memmberikan pengetahuan menganai apa saj yang dilakukan oleh relawan Tzu chi. serta misi dan Visinya (kiri).
  • Para peserta kegiatan sosialisasi membentuk sebuah lingkaran besar dan bergandeng tangan untuk memeragakan bahasa isyarat tangan " satu keluarga" (kanan).

Yip Hong Seng Shixiong yang suka fotografi ini, sudah hampir 3 tahun lamanya ikut kegiatan Tzu Chi seperti bakti sosial (baksos) Kesehatan, pembagian beras, kunjungan panti anak jalanan dan kunjungan panti jompo, tapi hanya sebagai partisipan (fotografer) dan belum mendaftar sebagai relawan Tzu Chi, walaupun istrinya sudah lama bergabung sebagai relawan Tzu Chi.

Ada pepatah yang berbunyi,”Kalau sudah jodoh, pasti tak akan kemana-mana”. Sepertinya pepatah ini benar adanya, karena Yip Hong Seng Shixiong akhirnya memutuskan dan bersedia mendaftar sebagai relawan Tzu Chi di hari ini agar dapat ikut serta menjadi relawan Tzu Chi yang mencatat sejarah kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi sekaligus mencoba menginspirasi orang lain melalui hasil karya berupa foto dari setiap kegiatan kemanusiaan Tzu Chi.

Dan selama acara sosialisasi berlangsung pun, Saya melihat Yip Hong Seng Shixiong terus mengambil foto dengan kamera yang selalu standby di tangannya. Beliau juga berkenan untuk berbagi hasil karyanya di acara sosialisasi ini untuk dilampirkan ketika Saya merangkai artikel ini. Indahnya kehidupan ini jika setiap manusia saling mendukung dan berbagi sesuai kemampuannya masing-masing.

Jika bisa dari Sekarang, Kenapa harus Tunggu Besok ?
Terdapat 29 orang peserta acara sosialisasi dan 18 orang relawan Tzu Chi bertugas sebagai Pendamping, yang mengisi daftar absensi. Dan hal ini tentulah bukan karena suatu kebetulan, tetapi dikarenakan memang adanya jalinan jodoh sehingga semua bisa berkumpul di Aula lantai 2 SMK Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng.

Acara kali ini agak berbeda karena adanya penggabungan sosialisasi Tzu Chi dan Tzu Ching (untuk kalangan anak kuliah) sehingga para peserta memperoleh informasi yang lengkap dan akurat.

Para pesertanya pun beraneka ragam umur, agama, ras dan etnis. Namun, semua duduk dengan sangat rapi, tenang dan teratur. Mereka sangat antusias mendengar semua informasi yang diberikan oleh Christine Desyliana Shijie dan Hasan Basri Shixiong.

Setiap arahan dari pembawa acara yaitu Surya Shixiong pun diikuti dengan seksama, apalagi di saat pengisian form calon relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Setiap relawan Tzu Chi yang hadir, senantiasa siap mendampingi dengan senyuman yang ramah dan memberi petunjuk dengan kata-kata yang lembut jika ada peserta yang kurang paham di saat pengisian form tersebut.

Tentu saja, tak ketinggalan, salah satu budaya humanis Tzu Chi, yaitu Shou Yu disuguhkan ke para peserta, bahkan di akhir acara, semua membentuk satu lingkaran dan bersama-sama memperagakan Shou Yu yang berjudul “Satu Keluarga”. Suasana akrab dan hangat menyelimuti aula tersebut.

Bahkan setiap peserta diberikan Buletin Tzu Chi agar dapat membaca berita-berita kebajikan yang mengandung unsur benar, bajik dan indah di setiap lembarannya. Selain itu, relawan Tzu Chi memberikan rasa hormat dengan membentuk barisan yang saling berhadapan untuk melepaskan kepergian para peserta di saat akhir acara tepat pukul 11.30 WIB.

29 orang calon relawan baru Tzu Chi ini adalah beberapa orang yang mempunyai niat yang tulus di dalam diri dan mewujudkan niat tersebut ke dalam satu tindakan nyata. Langkah mereka dalam melakukan kebajikan sudah terbuka dan mereka melakukan langkah pertama di kegiatan Tzu Chi dari sekarang.

Setiap orang melewati proses kehidupan, yaitu lahir, tua, sakit dan meninggal. Waktu pun terus berlalu tanpa mengenal kata ‘henti’. Jadi, marilah kita membuat kehidupan kita bermakna dengan cara membuat diri kita bermanfaat bagi orang lain. Lagipula, Jika bisa dari sekarang, Kenapa harus tunggu esok?

  
 

Artikel Terkait

Dukungan untuk Pendidikan Berkualitas

Dukungan untuk Pendidikan Berkualitas

29 Februari 2024

Relawan Tzu Chi dari Bank Sinarmas memberikan bantuan tas dan alat tulis bagi 140 anak pembaca aktif di Taman Baca Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka, Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Doa untuk Keselamatan

Doa untuk Keselamatan

05 Mei 2011
Dengan khusyuk para relawan berdoa agar pada saat Hari Waisak nanti diberi kelancaran dan keberkahan karena di hari yang suci tersebut diharapkan akan membawa kebaikan dari Buddha dan Dharma.
Setiap Orang Bisa Berbuat Baik

Setiap Orang Bisa Berbuat Baik

16 Oktober 2014 Pekerjakan lain dilakukan secara bergotong royong oleh relawan dan warga yang telah hadir terlebih dahulu. Di halaman depan gedung Cetiya  relawan dan warga menyusun beras. Jumlah keseluruhan 155 karung, yang semuanya akan dibagikan ke warga sebagai pengganti kupon yang sudah dibagikan terlebih dahulu.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -