Elly menjelaskan materi “Apa itu Eco Enzyme” di awal kelas kegiatan pelestarian lingkungan yang dilaksanakan secara online. Elly menjelaskan bahan organik ini terdiri dari gula merah, molase, gula tebu, kulit buah dan sayuran.
Relawan komunitas He Qi Pusat pada 20 Februari 2022 mengadakan pelatihan praktik membuat eco enzyme. Pelatihan kelas online pembuatan eco enzyme ini diadakan rutin setiap bulan di minggu ke-3.
Pada kelas perdana Minggu tersebut, mengulas materinya berupa apa itu Eco Enzyme, mengapa Eco Enzyme, praktik membuat Eco Enzyme, manfaat Eco Enzyme. Elly menjelaskan bahwa eco enzyme ini adalah hasil fermentasi yang bahan dasarnya dari limbah rumah tangga seperti sayuran, kulit buah dan gula merah.
“Shi xiong, Shi jie men..Eco Enzyme adalah cairan alami serba guna yang merupakan hasil fermentasi, bahan yang digunakan dalam Eco Enzyme ini adalah gula merah, bahan organik (Kulit buah, sayuran) dan air” ujar Elly.
Elly juga menjelaskan bahwa bahan organik ini adalah gula merah, molase, gula tebu, gula merah, kulit buah dan sayuran yang dimaksud di sini adalah kulit buah yang sudah dikupas seperti kulit jeruk, apel, nanas, dan lain-lain.
Jenis sayuran seperti batang sayuran yang sudah tidak kita gunakan dalam masakan. Tujuannya memakai bahan organik untuk mengurangi sampah yang terbuang dari dapur. Air yang dapat digunakan berupa air keran, air hujan, air AC, air sumur, dan lain-lain. Perbandingannya 1 Kg/Gr : 3 Kg/Gr : 10 Lt/Ml.
Noni Thio pemateri pelatihan mengatakan pembuatan eco enzyme ini sangat mudah dan efektif membawa manfaat untuk semua makhluk dan bumi.
Noni Thio, mengutarakan mengapa Eco Enzyme yang dipilih sebagai topik kelas kegiatan PL online Perdana ini. Selain mudah dan efektif dapat dilakukan oleh semua orang sekaligus membawa manfaat untuk semua makhluk dan bumi.
“Mengapa Eco Enzyme, Shi xiong, shi jie men. Karena 70 % sampah yang terbuang ke TPA adalah sampah organik. Kita sudah sepakat untuk melakukan pemilahan sampah organik dan nonorganik”ungkap Noni.
Penggunaan Eco Enzyme, dapat mengurangi penggunaan zat-zat kimia sintetis dalam rumah tangga. Sebagian besar kemasan produk juga turut mencemari lingkungan dan membahayakan manusia karena hanya sebagian kecil yang didaur ulang (<9%).
“Cairan Eco Enzyme dapat digunakan untuk keperluan mengepel, mencuci, dan lainnya. Karena memiliki zat disinfektan. Dengan membuat Eco Enzyme kita telah berpartisipasi mengurangi beban bumi, sekaligus menerapkan gaya hidup minim kimia sintetis dan ramah lingkungan”. Ujar Noni Thio.
The Yenny sedang menyampaikan cara membuat eco enzyme. The Yenny menyarankan peserta untuk tetap memperhatikan tujuan utama dari Eco Enzyme menjadi bagian dari ramah lingkungan.
Ketulusan, kesungguhan, kesatuan hati moderator, narasumber dan peserta sangat terasa pada pelatihan ini. Meskipun dilakukan tidak tatap muka namun tidak menyulitkan peserta untuk praktik bersama-sama melakukan pembuatan Eco Enzyme di rumah mereka masing-masing berdasarkan panduan dari relawan Tzu Chi.
Relawan yang berhasil membuat eco enzyme ini adalah Foeng Jie Tju, dan Lani Muliana yang sudah menyiapkan tiga bahan eco enzyme yang ditampilkan langsung kepada para peserta.
Foeng Jie Tju, Lani Muliana relawan Tzu Chi yang telah menyiapkan tiga bahan pembuatan eco enzyme yang langsung di praktikkan bersama-sama.
“Disini Saya ada pakai cherry tomat yang sudah tidak segar, apakah boleh dipakai?”. Tanya Foeng Jie Tju.
“Boleh, tidak segar itu dikarenakan dehidrasi, kekurangan air saja”. Jawab The Yenny.
“Kulit jeruk sudah saya potong-potong kecil, gula belum saya hancurkan”. Ujar Lani Muliana.
“Ya, Enzymenya akan lebih keluar. Cairkan gula dengan air 1 liter” Jawab The Yenny.
“Sebaiknya masukan dahulu gula, dan air agar tercampur dahulu baru masukan bahan organiknya”. Ujar The Yenny menjawab pertanyaan Lani Muliana.
“Saya ada pakai daun pandan, apakah boleh?” Tanya Lani Muliana.
“Boleh, hanya biasanya di fermentasi kedua ya pakainya. Sampah di TPA wanginya tidak sedap, tetapi nanti hasil Eco Enzyme kita akan wangi. Apalagi memakai buah jeruk, nanas?”. Ucap The Yenny.
Maria Fintje salah satu peserta penggiat Eco Enzyme yang menunjukan hasil pembuatan eco enzyme yang sudah siap di gunakan. Maria mengatakan apa bila para peserta sulit mendapatkan bahan organik bisa dicicil seperti yang dilakukan Maria.
The Yenny, menyarankan peserta untuk tetap memperhatikan tujuan utama dari Eco Enzyme menjadi bagian dari ramah lingkungan, Eco Lifestyle. Oleh karena itu,, Dia menyarankan untuk memakai wadah yang sudah tersedia di rumah, atau yang sudah tidak terpakai bukan dari hasil beli baru.
“Wadah bermulut besar, lebar, ada yang perlu diperhatikan jangan terlalu lama di buka agar tidak terkontaminasi”. Ujar The Yenny. The Yenny menganjurkan untuk tidak memakai wadah dari logam, kaca, dan bermulut sempit. “sebaiknya wadah yang dari drum, dan penutupnya ditambah lagi dengan plastik agar kedap udara”. Ucap The Yenny.
Maria Fintje salah satu peserta menyampaikan sharingnya dalam membuat eco enzyme. “Biasanya saya buat 10 liter. Nah, kebetulan kemarin saya ada wadah, kurang lebih ini 4 liter. Bila ada Shi xiong, Shi jie sulit mendapatkan bahan organik bisa dicicil seperti saya. Ini adalah wadah bekas kerupuk yang tutupnya sudah tidak bagus jadi saya tutup pakai plastik saja” ungkap Maria Fintje.
Para peserta pelatihan pelestarian lingkungan berfoto bersama di akhir kegiatan pelestarian lingkungan yang dilaksanakan secra online.
Elly koordinator kegiatan pelestarian lingkungan berharap para peserta mendapatkan manfaat setelah mengikuti pelatihan pembuatan eco enzyme. Dia berharap para peserta dapat pembelajaran dan pemahaman cara mendaur ulang sampah.
“Tidak berhenti hanya sampai di sana, tetapi dapat terlibat aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan mulai dari hal-hal kecil” ucap Elly. “Segala sesuatu dari sebuah tekad, bagai menanam sebatang pohon yang berawal dari benih” lanjut Elly.
Pada sesi tanya jawab pembuatan eco enzyme ini panitia mendapat tanggapan yang sangat baik dari para peserta. Kegiatan pelestarian lingkungan ini di tutup dengan pemberian penghormatan kepada Master Cheng Yen dan foto bersama.
Editor: Anand Yahya