Bersama Memikul Tanggung Jawab Master

Jurnalis : Yogie Prasetyo (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Mie Li, Yogie Prasetyo, Prawira (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Ruxin Shijie memperkenalkan nasi instan Tzu Chi kepada para relawan disela-sela kegiatan Gong Xiu pada tanggal 22 Juni 2014.

Pada hari Minggu, 22 Juni 2014, kegiatan yang selalu rutin dilaksanakan satu bulan sekali oleh Tzu Chi Kantor Penghubung Tanjung Balai Karimun tidak lain adalah kegiatan Gong Xiu. Tujuan dilaksanakannya Gong Xiu adalah untuk menambah wawasan dan pengatahuan para relawan agar lebih mendalami misi Tzu Chi dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pukul 09.00 WIB seluruh relawan yang hadir dalam kegiatan Gong Xiu. Sebanyak 29 relawan dengan penuh semangat hadir untuk mendalami misi Tzu Chi. Ini merupakan sebuah karma baik dan jodoh yang baik bagi para relawan yang dapat hadir pada kegiatan Gong Xiu hari itu. Begitu banyak pembelajaran yang didapat dalam kegiatan ini, diantaranya para relawan diajarkan tentang Pradaksina yang baik dan benar. Ini merupakan sebuah cara agar setiap pembelajaran yang kita pelajari dapat selalu teringat dipikiran kita. Selain itu, para relawan diajarkan kembali tentang tata krama dalam berjalan, tata krama tentang sikap duduk, dan lain-lain.

Dengan demikian wawasan akan terus berkembang saat kita mau melihat, mendengar dan mempraktikkan tentang apa yang kita anggap benar dan mengarahkan kita pada hal yang positif.

Meskipun relawan yang hadir tidak banyak, namun semangat mereka terus menyala untuk mendalami misi Tzu Chi.

Dengan penuh antusias, para relawan bersama-sama mendengarkan dan menyelami ajaran Master Cheng Yen.

Nasi Jing Si
Pada kesempatan ini, Ruxin Shijie juga memperkenalkan Xiang Ji Fan. Sebelumnya,  Ruxin Shijie menyayangkan kegiatan Gong Xiu semakin hari relawan yang hadir semakin berkurang. Apakah para relawan yang tidak hadir tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing atau ada kendala lain. Ini menjadi sebuah (PR) bukan hanya untuk Ketua Yayasan  Tzu Chi, namun untuk kita pikirkan bersama bagaimana solusi yang terbaik agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik. Ruxin Shijie sangat prihatin dengan kondisi yang demikian. Ia mengatakan sebelum kita menjadi Buddha, hendaknya kita menjalin jodoh yang baik kepada sesama.

Kemudian Ruxin Shijie memperkenalkan produk Jing Si yaitu Nasi Jing Si. Ia menjelaskan tentang bagaimana nasi Jing Si ini bisa ada dan mulai diproduksi hingga disebarluaskan. Berawal dari sebuah realita kehidupan dimana pada waktu itu ada seorang kakek yang pernah dibantu oleh Yayasan Budha Tzu Chi. Walaupun kakek tersebut datang dari daerah yang jauh namun dengan tekad demi mendapatkan santunan beras, sang kakek datang. Ketika sampai di rumah kakek tersebut tidak dapat memasak beras yang didapat tadi karena tidak ada air bersih akibat bencana yang melanda pada waktu itu. Akhirnya beras yang didapat tadi tidak bisa dimasak dan dimakan. Mulai dari kejadian inilah, nasi Jing Si di produksi karena disetiap bencana pasti air bersih dan peralatan memasak akan sulit dicari.

Betapa bersyukurnya kita karena Tzu Chi telah membentuk sebuah tim yang diprakarsai oleh Biksuni untuk membantu memproduksi nasi Jing Si. Nasi instan inilah merupakan solusi yang baik karena cara penyajianya yang cepat dan praktis, cocok untuk dikonsumsi dalam kondisi apapun.

Mei Li Shijie (kanan) memberikan sharing pengalaman selama melakukan sumbangsih di Tzu Chi. Ia mengaku merasa terharu dengan apa yang dilakukan oleh Master Cheng Yen.

Menyelami Ajaran Master
Suasana ceria dan gembira mendadak menjadi suasana penuh haru. Mengapa tidak? Pada kegiatan Gong Xiu kali ini, relawan menyanyikan lagu Yi Nian Xin dan Xiang Shi Dou  dengan ketulusan dan sepenuh hati. Relawan menyelami setiap syair yang dinyanyikan, perlahan isak haru dan linangan air mata mulai nampak menetes di pipi para relawan. Ruxin Shijie dengan suara terbata-bata mengatakan, “Kita bisa menangis, itu karena ajaran Master Cheng Yen yang selama ini kita dapat telah meresap kedalam hati”. Ruxin juga mengajak para relawan untuk merenungkan pengorbanan Master untuk kita. “Tanpa bosan, Master membimbing kita, mengajari kita untuk selalu sadar diri dan bersyukur atas apa yang kita miliki dan terima. Mari kita bersama membuka hati dan mengajak para insan Tzu Chi untuk bersama bersatu hati menyelami Dhamma Master,” ungkapnya.

Salah satu relawan, Mie Li Shijie sharing tentang pengalamannya waktu berada di Taiwan. “Saya merasa bahagia sekali bisa bertemu Master, serasa kepala ini kosong. Nangis juga nggak bisa nangis, senang juga nggak bisa tertawa cuma bisa terpaku diam melihat Master. Begitu bahagianya kita dapat melakukan dan menjalin jodoh yang baik pada sesama, seperti membantu menyiapkan makan siang, mencabut rumput, memilah sayur,” ungkap Mie Li Shijie. “Saya berharap teman-teman meluangkan sedikit waktu untuk mendengarkan Dharma Master, beliau tidak meminta apapun dari kita namun sebagai murid Master persembahan apa yang akan kita berikan pada Master, selain mendengarkan apa yang beliau katakan dan melakukan apa yang beliau ingin kita lakukan, itu merupakan persembahan yang paling bagus untuk Master,” lengkapnya penuh haru.

Di akhir sharingnya, dengan tetesan air mata Mie Lie Shijie mengatakan, “Master sudah tidak sempat lagi, jadi kita semuanya bersama-sama bisa memberikan persembahan kepada Master dengan cara mendengarkan Dhamma yang disampaikannya dan kita menerimanya dan hanya itu yang dapat kita lakukan untuk Master,” katanya. Semoga dengan segala bentuk kegiatan yang kita lakukan selama ini dapat membuka hati kita untuk bersama menyelami dan mempraktekan Dharma yang telah dibabarkan Master kepada kita. 


Artikel Terkait

Bersama Memikul Tanggung Jawab Master

Bersama Memikul Tanggung Jawab Master

26 Juni 2014 Kegiatan yang selalu rutin dilaksanakan satu bulan sekali oleh Tzu Chi Kantor Penghubung Tanjung Balai Karimun tidak lain adalah kegiatan Gong Xiu.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -